Sabtu, 4 Oktober 2025

Konflik Rusia Vs Ukraina

Rusia Akan Hentikan Operasi Militer ''Dalam Sekejab'', Tapi Ada Syarat, Ukraina Belum Merespons

Rusia diketahui telah menyerang Ukraina dari utara, timur, dan selatan, menggempur kota-kota termasuk Kyiv, Kharkiv, dan pelabuhan Mariupol.

Editor: Willem Jonata
RT.COM
Juru bicara Pemerintah Rusia, Dmitry Peskov 

Pembicaraan baru

Garis besar tuntutan Rusia datang ketika delegasi dari Rusia dan Ukraina bersiap bertemu pada Senin ini, untuk pembicaraan putaran ketiga yang bertujuan mengakhiri perang Rusia melawan Ukraina.

Ini dimulai segera setelah Presiden Rusia Vladimir Putin mengakui dua wilayah yang memisahkan diri di Ukraina timur, di mana separatis yang didukung Rusia telah memerangi pasukan pemerintah Ukraina sejak 2014, sebagai wilayah independen. Tindakan ini telah dikecam sebagai ilegal oleh Barat.

"Ini bukan kami yang merebut Lugansk dan Donetsk dari Ukraina. Donetsk dan Lugansk tidak ingin menjadi bagian dari Ukraina. Tapi, itu tidak berarti mereka harus dihancurkan sebagai hasilnya," kata Peskov.

"Selebihnya. Ukraina adalah negara merdeka yang akan hidup seperti yang diinginkannya, tetapi dalam kondisi netralitas," ujar dia.

Peskov mengatakan semua tuntutan telah dirumuskan dan diserahkan selama dua putaran pertama pembicaraan antara delegasi Rusia dan Ukraina, yang berlangsung pekan lalu.

"Kami berharap semua ini akan berjalan baik dan mereka akan bereaksi dengan cara yang sesuai," kata Peskov.

Dia menyampaikan, Rusia telah dipaksa untuk mengambil tindakan tegas untuk memaksa demiliterisasi Ukraina, daripada hanya mengakui kemerdekaan daerah yang memisahkan diri.

Pevkov menyebut upaya ini bertujuan untuk melindungi 3 juta penduduk berbahasa Rusia di republik-republik tersebut, yang katanya sedang diancam oleh 100.000 tentara Ukraina.

"Kami tidak bisa begitu saja mengenali mereka. Apa yang akan kami lakukan dengan 100.000 tentara yang berdiri di perbatasan Donetsk dan Lugansk yang dapat menyerang kapan saja. Mereka selalu membawa senjata AS dan Inggris," katanya.

Menjelang invasi Rusia, Ukraina berulang kali dan dengan tegas membantah pernyataan Moskwa bahwa pihaknya akan melakukan serangan untuk merebut kembali wilayah separatis dengan paksa.

Peskov mengatakan situasi di Ukraina telah menimbulkan ancaman yang jauh lebih besar bagi keamanan Rusia daripada yang terjadi pada tahun 2014, ketika Rusia juga telah mengumpulkan 150.000 tentara di perbatasannya dengan Ukraina, memicu kekhawatiran akan invasi Rusia, tetapi membatasi tindakannya pada pencaplokan wilayah Crimea.

“Sejak itu situasinya memburuk bagi kami. Pada 2014, mereka mulai memasok senjata ke Ukraina dan mempersiapkan tentara untuk NATO, membawanya sesuai dengan standar NATO,” katanya.

"Pada akhirnya yang menjadi keseimbangan adalah kehidupan 3 juta orang di Donbass ini. Kami mengerti bahwa mereka akan diserang," ungkap Peskov.

Peskov mengatakan Rusia juga harus bertindak dalam menghadapi ancaman yang dirasakannya dari NATO, dengan mengatakan itu "hanya masalah waktu" sebelum aliansi itu menempatkan rudal di Ukraina seperti yang terjadi di Polandia dan Rumania.

"Kami baru mengerti bahwa kami tidak tahan dengan ini lagi. Kami harus bertindak," ungkap dia.

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved