Sabtu, 4 Oktober 2025

Konflik Rusia Vs Ukraina

Indonesia Bisa Berperan dalam Penyelesaikan Konflik Rusia-Ukraina, Lewat Majelis Umum PBB dan ASEAN

Analis Politik Internasional, Drs Ign Agung Setiawan SE S.IKom MSi PhD mengatakan Indonesia bisa ambil peran dalam penyelesaian konflik Rusia-Ukraina.

AFP/DANIEL LEAL
Seorang wanita berjalan di depan sebuah bangunan tempat tinggal yang rusak di Koshytsa Street, pinggiran ibukota Ukraina Kyiv, di mana sebuah peluru militer diduga menghantam, pada 25 Februari 2022. - Pasukan Rusia mencapai pinggiran Kyiv pada hari Jumat ketika Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan pasukan penyerang menargetkan warga sipil dan ledakan terdengar di ibu kota yang terkepung. Ledakan sebelum fajar di Kyiv memicu hari kedua kekerasan setelah Presiden Rusia Vladimir Putin menentang peringatan Barat untuk melancarkan invasi darat skala penuh dan serangan udara pada Kamis yang dengan cepat merenggut puluhan nyawa dan membuat sedikitnya 100.000 orang mengungsi. (Photo by Daniel LEAL / AFP) 

TRIBUNNEWS.COM - Analis Politik Internasional, Drs Ign Agung Setiawan SE S.IKom MSi PhD mengatakan Indonesia bisa turut ambil peran dalam upaya penyelesaian konflik antara Rusia dan Ukraina.

Agung mengatakan Indonesia sekarang ini memiliki posisi yang cukup menguntungkan.

Mengingat Presiden Joko Widodo (Jokowi) ini termasuk pemimpin negara yang cukup dihormati di dunia internasional.

Ditambah lagi pada tahun ini Indonesia memegang kepemimpinan G20.

"Indonesia itu kan kalau dilihat sekarang itu kan posisi yang cukup menguntungkan, karena pemimpin Indonesia Pak Jokowi dihormati dalam dunia Internasional. Dan apalagi Indonesia ini kan memimpin G20, tahun ini kan kepemimpinan G20 ada di Indonesia," kata Agung saat dihubungi Tribunnews, Minggu (27/2/2022).

Baca juga: PM Georgia: Oposisi Ingin Seret Negara Kami ke dalam Perang dengan Rusia

Agung menilai jika Indonesia tidak ikut berkontribusi dalam persoalan konflik Rusia-Ukraina ini, maka nantinya akan mempersulit Indonesia saat menjadi Ketua G20.

Selain itu Indonesia juga memiliki konstitusi UUD 1945 yang mengharuskan Indonesia berperan aktif dalam upaya menjaga perdamaian dunia.

"Nah kalau krisis semacam ini tidak segera dituntaskan dan Indonesia tidak berkontribusi dalam persoalan ini, ya ini akan mempersulit Indonesia. Karena ketika Indonesia menjadi ketua G20, ketika ekonomi menjadi semakin ada resesi dan sebagainya ini akan menjadi kesulitan kita, kesulitan Indonesia."

"Dalam arti pemimpin-pemimpin G20 saat ini kan sudah terpecah antara Rusia kemudian negara-negara barat lainnya, karena krisis ini kan menjadi gap di antara mereka. Nah ini memang menjadi kesulitan Indonesia untuk nanti memimpin G20 ini, kalau Indonesia tidak segera ikut serta dalam penyelesaian konflik ini. Dan kita kan mempunyai konstitusi UUD 1945 mengharuskan Indonesia turut berperan aktif untuk menjaga perdamaian dunia," terang Agung.

Baca juga: Sempat Dilaporkan Tewas, 13 Tentara Ukraina di Pulau Ular Diduga Masih Hidup dan Ditangkap Rusia

Indonesia Bisa Bermain di Majelis Umum PBB

Agung menuturkan Indonesia memiliki hubungan baik dengan Rusia maupun dengan Ukraina.

Oleh karena itu Indonesia dinilai bisa menggandeng kedua negara berselisih tersebut untuk bisa duduk kembali di meja perundingan.

Selain itu posisi Indonesia yang netral juga bisa digunakan untuk mendamaikan Rusia-Ukraina.

"Indonesia itu kan mempunyai hubungan yang baik dengan Rusia maupun dengan Ukraina. Maka dengan itu Indonesia bisa menggandeng tangan dua musuh ini untuk duduk di dalam meja perundingan lagi."

"Artinya okelah Rusia mengatakan Perjanjian Minsk itu sudah koyak itu kan bisa dijahit lagi, dan Indonesia piawai dalam resolusi ini. Posisi Indonesia itu kan netral. Dan posisi netral ini posisi yang menguntungkan untuk mendamaikan mereka," kata Agung.

Baca juga: Rusia Desak Google Buka Channel Medianya di YouTube yang Diblokir

Lebih lanjut Agung mengungkapkan, Indonesia juga bisa bermain lewat Majelis Umum PBB agar konflik Rusia-Ukraina bisa segera berakhir.

Indonesia bisa membentuk opini publik lewat Majelis Umum PBB dan meminta Rusia untuk segera menarik pasukannya dari Ukraina.

"Indonesia bisa bermain dalam Majelis Umum PBB, ya kalau bermain di Dewan Keamanan PBB jelas susah, karena pasti akan di veto oleh Rusia. Tetapi kalau Majelis Umum PBB barangkali masih bisa."

"Karena itu kan semua negara-negara di dunia itu kan anggota Majelis Umum PBB. Nah itu kan bisa membentuk opini publik dalam hal ini untuk segera menyelesaikan konflik Rusia dan Ukraina, memaksa Rusia untuk menarik pasukannya dari Ukraina," ungkap Agung.

Baca juga: Usai Negosiasi di Belarusia Gagal, Rusia dan Ukraina Sepakat Gelar Pertemuan Kedua

Indonesia Bisa Gunakan Kartu ASEAN

Agung mengatakan, Indonesia adalah negara terbesar di Asia Tenggara dan sebentar lagi Indonesia akan menjadi Ketua ASEAN.

Menurut Kaprodi Hubungan Internasional FISIP UNS ini, Indonesia bisa mengunakan ASEAN untuk upaya penyelesaian konflik Rusia-Ukraina.

Pasalnya ASEAN memiliki partnership dengan Rusia, sehingga bisa menjadi peluang untuk upaya diplomasi.

"Sebentar lagi tahun depan Indonesia akan menjadi Ketua ASEAN. Dan saya kira kartu ASEAN ini bisa dimainkan oleh Indonesia."

"Karena ASEAN ini kan mempunyai partnership dengan Rusia, ini kan bisa menjadi potensi untuk berdiplomasi Indonesia dengan Rusia," jelas Agung.

Baca juga: Mahkamah Internasional akan Lakukan Penyelidikan atas Dugaan Kejahatan Perang Rusia

Presiden Prancis Macron Telepon Putin Bahas Ukraina, Minta Rusia Terapkan Gencatan Senjata

Diwartakan Tribunnews.com sebelumnya, Presiden Prancis, Emmanuel Macron berbicara dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin, Senin (28/2/2022).

Menurut Istana Elysée, panggilan dengan Putin berlangsung selama 1 jam 30 menit.

Diberitakan CNN, Macron mendesak perlunya menerapkan gencatan senjata segera.

Ia mengulangi tuntutan masyarakat internasional untuk menghentikan serangan Rusia di Ukraina.

Baca juga: Pengamat Barat Remehkan Tentara Rusia yang Tak Mampu Rebut Ibu Kota Kyiv: Mereka Cuma Macan Kertas

Macron juga mendesak Putin untuk menghentikan semua serangan terhadap warga sipil di Ukraina.

Selain itu, melestarikan infrastruktur sipil dan menyediakan akses yang aman ke jalan-jalan utama, terutama di selatan Kyiv.

"Presiden Putin mengonfirmasi kesediaannya untuk berkomitmen pada tiga poin ini," kata pihak Istana Elysee, Senin, dilansir Reuters.

Selanjutnya, Macron dan Putin juga setuju untuk tetap berhubungan selama beberapa hari mendatang.

(Tribunnews.com/Faryyanida Putwiliani/Nuryanti)

Baca berita lainnya terkait Konflik Rusia Vs Ukraina.

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved