Kisah Unik
Raja Edward VII, Dalang di Balik Perang Dunia Pertama. Siapa Dalang Perang Rusia vs Ukraina?
Perang bisa dipicu oleh perbedaan agama, perebutan pengaruh atau wilayah, rebutan sumber daya ekonomi, dan terutama rebutan negara jajahan.
Penemuan berbagai teknologi canggih di Inggris yang menjalar ke seluruh daratan Eropa itu membuat Inggris sang penguasa, berkat keberhasilan membangun armada laut. Ia menerapkan kebijakan permainan isolasi cantik (splendid isolation). Artinya, sebagai negara paling kuat dan mendominasi di Eropa, Inggris tak memerlukan negara lain.
Tapi kebijakan permainan isolasi cantik ini terpaksa harus diubah karena lambat tapi pasti, Jerman semakin mengimbangi dominasi Inggris berkat kecanggihan teknologinya. Perubahan kebijakan tersebut dilakukan Raja Edward VII yang naik takhta pada 1901.
Inggris tak rela dominasinya harus diimbangi Jerman, apalagi dikalahkan. Caranya, membenturkan negara dengan figur pemimpin paling berpengaruh, seperti Perancis, Rusia, Jepang, Belgia, Italia, Serbia dan Amerika Serikat diajak kerja sama.
Raja Edward VII juga juga sadar, pihak swasta yang telah berjasa dalam membangun infrastruktur di Inggris dan tiap negara di Eropa, dipengaruhinya untuk diajak bekerja sama.
Berawal dari Kecemasan
Raja Edward VII memang lihay. Agar Perancis, Rusia, Jepang dan negara berpengaruh lainnya bisa masuk ke dalam sekutunya, maka ia memberi konsesi yang menguntungkan untuk negara-negara tersebut.
Namun keliahaian itu dipicu oleh kecemasan Raja Edward VII melihat gepolitik dan ekonomi yang makin kuat, dan Jerman, Jepang, Rusia, Amerika Serikat selangkah demi selangkah membangun aliansi.
Di Rusia ada sosok agung yang sangat dihormarti karena keberhasilannya membangun Rusia. Dialah Sergei Witte yang 11 tahun jadi arsitek utama kemajuan industri Rusia di akhir abad 19 (1892-1903). Antara lain membangun tranportasi darat antara negara Eropa.
Witte yang pintar kemudian membangun kerjasama ekonomi dengan Perancis melalui Gabriel Hanotaux, dan berhasil membuka pasar modal bagi Rusia. Uangnya terus dipakai Wiite ekspansi membangun jalur kereta api.
Program Witte berhasil. Jika antara 1879-1892 jalur kereta api hanya sepanjang 5.466 KM yang dibuka, berkat Witte menjadi 14.814 KM sepanjang tahun 1892-1901.
Kesuksesan membangun jalur kereta api berkat jasa Rusia dan Perancis itu mempersingkat waktu jarak tempuh jalur trans Siberia yang merupakan jembatan darat Eropa-Asia. London-Shanghai pun dua kali lebih cepat ketimbang rute laut yang jadi unggulan Inggris.
Di Prancis, Gabriel Hanotaux sebagai Menteri Luar Negeri merupakan sosok agung. Programnya antara lain, memperkuat aliansi Rusia-Perancis, mengendurkan ketegangan Perancis dengan Jerman akibat perang Franco-Rusia yang memperebutkan perbatasan, dan memperkuat serangkaian perjanjian internasional untuk memperkuat posisi Perancis di Afrika Barat dan Tengah, yaitu Danau Chad dengan maksud menghalangi Inggris merebut seluruh Afrika Timur.
Kombinasi kecakapan Witte dalam industri transportasi darat dan kecekatan Gabriel dalam diplomasi, pada 1895 keduanya sukses menarik koalisi Rusia, Jerman dan Perancis.
Raja Edward VII yang mulai berkuasa pada 1901, cemas melihat kesuksesan serangkaian kerjasama Perancis-Rusia yang dirintis akhir abad 19 itu. Keamburkan dominasi Inggris di ambang mata. Tak ada cara lain, untuk menggagalkan koalisi negara-negara berpengaruh di Eropa itu selain membenturkan Rusia, Perancis, Jerman dan lainnya.
Raja Edward VII bukan orang sembarangan. Ia lihay memaksimalkan kemampuannya untuk mencapai tujuan menumbangkan Jerman. Segala sumber daya ia kerahkan tanpa harus terlihat nyata.