Konflik Rusia Vs Ukraina
Presiden Ukraina Janji Tak akan Tinggalkan Kyiv Meski Dirinya Target Utama Serangan Rusia
Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy mengatakan dia adalah target nomor satu serangan Rusia. Namun dia berjanji akan tetap tinggal di Kyiv.
Baru-baru ini, Ukraina meningkatkan upaya untuk bergabung dengan aliansi militer NATO dan Uni Eropa, aspirasi yang membuat marah Moskow.
AS, bersama dengan Inggris, Jepang, Kanada, Australia, dan Uni Eropa meluncurkan lebih banyak sanksi terhadap Moskow di atas hukuman awal pekan ini, termasuk langkah Jerman untuk menghentikan pipa gas senilai $11 miliar dari Rusia.
Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Josep Borrell menggambarkan tindakan blok itu sebagai "paket sanksi paling keras yang pernah kami terapkan".
China berada di bawah tekanan atas penolakannya untuk menyebut serangan Rusia sebagai invasi.
Presiden AS Joe Biden mengatakan, setiap negara yang menyetujui agresi telanjang Rusia terhadap Ukraina akan ternoda oleh asosiasi.
Dia juga menolak berkomentar langsung tentang posisi China.
Baca juga: Krisis Energi Dampak Konflik Rusia-Ukraina Paling Nyata Bagi Perekonomian RI
Baca juga: Jepang Bekukan 3 Bank Rusia sebagai Sanksi Ekonomi dan Keuangan
Rusia adalah salah satu produsen energi terbesar di dunia, dan baik Rusia maupun Ukraina adalah salah satu pengekspor biji-bijian utama.
Perang dan sanksi akan mengganggu ekonomi di seluruh dunia.
Harga minyak melonjak sebanyak $2 per barel pada hari Jumat karena pasar bersiap untuk efek sanksi perdagangan pada eksportir minyak mentah utama Rusia.
Gandum berjangka AS mencapai tertinggi dalam hampir 14 tahun, jagung melayang di dekat puncak delapan bulan, dan kedelai rebound di tengah kekhawatiran gangguan pasokan biji-bijian dari wilayah kunci Laut Hitam.
Maskapai juga menghadapi gangguan, dengan Japan Airlines membatalkan penerbangan pada Kamis malam ke Moskow dan Inggris menutup wilayah udaranya untuk operator Rusia.
(Tribunnews.com/Yurika)