Jumat, 3 Oktober 2025

Konflik Rusia Vs Ukraina

Penduduk Kiev Disuruh Buat Bom Molotov, Sambil Menunggu Serangan Rusia

Pemerintah setempat mengatakan kepada orang-orang di daerah Obolon barat laut kota itu untuk menjauh dari jalanan karena pasukan Rusia mendekat

Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Eko Sutriyanto
AFP/MARTIN BERNETTI
Seorang anak laki-laki Ukraina terlihat selama protes untuk mendukung Ukraina di depan Kedutaan Besar Rusia di Santiago, pada 24 Februari 2022. - Presiden Rusia Vladimir Putin meluncurkan invasi skala penuh ke Ukraina pada hari Kamis, melepaskan serangan udara dan memerintahkan pasukan darat melintasi perbatasan dalam pertempuran yang menurut otoritas Ukraina menewaskan puluhan orang. (Photo by MARTIN BERNETTI / AFP) 

Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari

TRIBUNNEWS.COM, KIEV - Orang-orang di Kiev, ibu kota Ukraina, diminta untuk membuat bom molotov pada Jumat waktu setempat, saat mereka bersembunyi di tempat penampungan darurat dan ruang bawah tanah, menunggu serangan Rusia di kota itu.

Perlu diketahui, rudal menghantam Kiev semalam dan sirene serangan udara pun meraung.

Ini tentu saja meningkatkan ketakutan diantara para penduduk yang tidak melarikan diri dari kota berpenduduk 3 juta itu pada Kamis kemarin, bahwa serangan akan segera terjadi.

"Buat bom Molotov, netralkan penjajah," kata Kementerian Pertahanan Ukraina.

Sementara pemerintah setempat mengatakan kepada orang-orang di daerah Obolon barat laut kota itu untuk menjauh dari jalanan karena pasukan Rusia mendekat.

Dikutip dari laman Reuters, Jumat (25/2/2022), beberapa warga mengungsi di stasiun kereta bawah tanah yang digunakan sebagai tempat perlindungan dari serangan udara, atau bergegas ke ruang bawah tanah blok apartemen atau bangunan lain saat peringatan serangan udara dibunyikan.

Baca juga: Harga Minyak Mentah Indonesia Terancam Melonjak Imbas Perang Rusia-Ukraina

"Anak-anak ketakutan, mereka menangis dan bertanya 'Bu, apakah kita semua akan mati?'," kata Alla, seorang wanita berusia 40-an tahun.

Ruang bawah tanah tempat ia berlindung saat ini telah dipenuhi ratusan orang tanpa adanya tempat untuk tidur, hanya ada kursi dan air, bahkan mencari tempat duduk pun sulit.

"Kami tidak tahu berapa lama kami harus tinggal di sini. Untung setidaknya kami punya kursi," kata seorang wanita berusia 35 tahun yang menyebut namanya sebagai Viktoria.

Sedangkan anak-anaknya yang berusia 5 dan 7 tahun tidur tanpa melepas pakaian mereka, mantel musim dingin.

"Kami terkejut, kami tidak menyangka. Bagaimana anda bisa berperang melawan orang-orang yang menginginkan kedamaian?" jelas Viktoria.

Ledakan dan jendela yang rusak

Para pemimpin Ukraina membangkitkan kenangan akan serangan Nazi Jerman di Kiev pada 1941.

Kerusakan kota yang berusia berabad-abad selama Perang Dunia II itu membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk diperbaiki.

Seorang penduduk Kiev tenggara, yang hanya menyebut namanya sebagai Sergei, mengatakan bahwa saat serangan terjadi, dirinya bangun sekitar pukul 4 pagi dan pergi ke balkon apartemennya untuk merokok.

Namun kemudian ia mendengar ledakan dan melihat kilatan di langit di depan apartemennya.

5 detik kemudian, sebuah ledakan mengguncang bangunan tempat tinggalnya yang berlantai 10, tidak jauh dari bandara internasional Boryspil.

Baca juga: Balas Dendam, Rusia Larang Semua Penerbangan Inggris di Wilayahnya

"Kaca terbang ke mana-mana. Sekarang ada pecahan kaca di dapur saya. Saya kaget," kata Sergei.

Beruntung, tidak ada anggota keluarganya yang terluka akibat serangan itu.

Seorang reporter Reuters melihat kawah sedalam 2 meter penuh dengan puing-puing di tanah yang ada di sebelah gedung itu dan jendela-jendela gedung tersebut pun telah pecah.

Seorang polisi di tempat kejadian mengatakan bahwa tidak ada warga yang tewas, namun beberapa orang terluka parah.

Lalu warga bernama Oxana Gulenko mengaku ia terlempar dari tempat tidurnya karena ledakan itu.

Gulenko merupakan seorang petugas medis militer Ukraina, ia memiliki ayah yang berjuang untuk Uni Soviet di Afghanistan.

"Bagaimana kami bisa menjalaninya di zaman kami? Apa yang harus kami pikirkan? (Presiden Rusia Vladimir) Putin harus dibakar di neraka bersama seluruh keluarganya," tegas Gulenko, sambil membersihkan pecahan kaca di apartemennya.

Sedangkan warga yang lain membersihkan puing-puing di jalan.

Anatoliy Marchenko, yang bertugas di tentara Soviet, harus memperbaiki balkonnya setelah serangan itu dan tidak dapat menemukan kucingnya yang kabur selama aksi penembakan.

"Saya malu karena saya berbicara bahasa Rusia. Saya kenal orang-orang di sana (di Rusia), mereka adalah teman saya. Apa yang mereka butuhkan dari saya? Perang telah datang ke rumah saya dan hanya itu," kata Marchenko dan beralih menggunakan bahasa Ukraina.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved