Jumat, 3 Oktober 2025

Konflik Rusia Vs Ukraina

Putin Akui Dua Wilayah Separatis Ukraina Merdeka, Rusia Bakal Bebas Kirim Tentara?

Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan bahwa ia mengakui dua wilayah yang memisahkan diri dari Ukraina timur sebagai wilayah merdeka.

Penulis: Ika Nur Cahyani
AFP/ARIS MESSINIS
Pasukan Ukraina ikut serta dalam latihan militer di luar kota Rivne pada 16 Februari 2022. (Photo by Aris Messinis / AFP) 

TRIBUNNEWS.COM - Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan bahwa ia mengakui dua wilayah yang memisahkan diri dari Ukraina timur sebagai wilayah merdeka.

Dilansir The Guardian, Donetsk dan Luhansk yang secara kolektif dikenal sebagai Donbas merupakan wilayah separatis yang didukung Rusia. 

Keduanya memisahkan diri dari pemerintah Ukraina pada 2014 dan memproklamirkan sebagai "republik rakyat" yang independen.

Sejak saat itu, Ukraina mencatat ada 15.000 orang tewas dalam pertempuran dengan para pemberontak dari dua wilayah tersebut.

Rusia menyangkal terlibat dalam konflik saudara ini, namun pihaknya mendukung kelompok separatis melalui militer rahasia, keuangan, pasokan vaksin Covid-19, hingga pengadaan paspor.

Dalam gambar yang disediakan oleh kantor berita Sputnik, Presiden Rusia Vladimir Putin memimpin pertemuan dengan anggota pemerintah melalui konferensi video di kediaman negara bagian Novo-Ogaryovo di luar Moskow, pada 24 Desember 2021.
Dalam gambar yang disediakan oleh kantor berita Sputnik, Presiden Rusia Vladimir Putin memimpin pertemuan dengan anggota pemerintah melalui konferensi video di kediaman negara bagian Novo-Ogaryovo di luar Moskow, pada 24 Desember 2021. (Sputnik / AFP)

Baca juga: AS Perintahkan Pejabatnya Keluar dari Ukraina setelah Rusia Mengakui Dua Wilayah Separatis

Baca juga: Penduduk di Kota Donetsk Merayakan Pengakuan Rusia Atas Kemerdekaan Republik Donetsk

Lantas apa arti pengakuan Putin terhadap Donbas?

Untuk pertama kalinya, Rusia menganggap Donbas bukan bagian dari Ukraina.

Ini bisa menjadi jalan bagi Moskow untuk mengirim pasukan militer ke wilayah separatis itu secara terbuka dengan dalih melindungi mereka dari Ukraina.

Alexander Borodai, seorang anggota parlemen Rusia dan mantan pemimpin politik Donetsk mengatakan bulan lalu, bahwa separatis akan meminta Rusia membantu mereka merebut kendali atas wilayah Donetsk dan Luhansk yang masih berada di bawah kendali pasukan Ukraina.

Jika itu terjadi, bisa memicu konflik militer terbuka antara Rusia dan Ukraina.

Bagaimana dengan proses perdamaian Minsk?

Prajurit Pasukan Militer Ukraina berjalan di sepanjang jalur pada posisi mereka di garis depan dengan separatis yang didukung Rusia, dekat desa Novognativka, wilayah Donetsk pada 21 Februari 2022.
Prajurit Pasukan Militer Ukraina berjalan di sepanjang jalur pada posisi mereka di garis depan dengan separatis yang didukung Rusia, dekat desa Novognativka, wilayah Donetsk pada 21 Februari 2022. (Anatolii STEPANOV / AFP)

Pengakuan resmi Rusia atas dua wilayah separatis ini secara efektif melanggar dan mematikan perjanjian damai Minsk 2014-2015.

Meskipun belum dilaksanakan, perjanjian Minsk dilihat sebagai peluang untuk solusi dari konflik.

Kesepakatan ini menyerukan otonomi tingkat besar untuk dua wilayah di dalam Ukraina.

Bagaimana reaksi pemerintah Barat?

Sejak adanya eskalasi kehadiran militer Rusia di perbatasan Ukraina, pemerintah Barat terus memperingatkan Moskow atas sejumlah sanksi.

Menurut laporan SCMP, Presiden AS Joe Biden mengeluarkan perintah eksekutif yang menyatakan pengakuan Putin tersebut "bertentangan dengan komitmen Rusia di bawah perjanjian Minsk dan selanjutnya mengancam perdamaian, stabilitas, kedaulatan, dan integritas teritorial Ukraina".

Rusia Pernah Mengakui Wilayah Separatis Lainnya

Tidak hanya Donetsk dan Luhansk, Rusia ternyata juga pernah mengakui kemerdekaan dua wilayah separatis Georgia yakni Abkhazia dan Ossetia Selatan.

Kedua wilayah ini memisahkan diri setelah perang singkat dengan Georgia pada 2008.

Rusia memperluas kewarganegaraannya di wilayah tersebut bahkan menempatkan ribuan tentara di sana.

Pro dan Kontra untuk Moskow

Peralatan militer oleh Angkatan Darat AS yang diangkut dari Jerman ke Rumania digambarkan di dalam pangkalan militer, pada 10 Februari 2022, di Ramnicu Valcea, Rumania. - Presiden AS Joe Biden mengumumkan pekan lalu bahwa ia mengirim 1.000 tentara ke Rumania dan 2.000 ke Polandia, karena Rusia menolak untuk menarik kembali pasukan yang ditempatkan di perbatasan Ukraina. (Photo by Andrei PUNGOVSCHI / AFP)
Peralatan militer oleh Angkatan Darat AS yang diangkut dari Jerman ke Rumania digambarkan di dalam pangkalan militer, pada 10 Februari 2022, di Ramnicu Valcea, Rumania. - Presiden AS Joe Biden mengumumkan pekan lalu bahwa ia mengirim 1.000 tentara ke Rumania dan 2.000 ke Polandia, karena Rusia menolak untuk menarik kembali pasukan yang ditempatkan di perbatasan Ukraina. (Photo by Andrei PUNGOVSCHI / AFP) (AFP/ANDREI PUNGOVSCHI)

Dalam kasus Georgia, Rusia menggunakan pengakuan wilayah separatis untuk membenarkan kehadiran militernya di negara bekas Uni Soviet itu.

Rusia saat itu berupaya menggagalkan aspirasi NATO Georgia dengan menyangkal kendali penuh atas wilayahnya sendiri.

Pertimbangan yang sama akan berlaku untuk Ukraina.

Sisi negatifnya, Moskow menghadapi sanksi dan kecaman internasional karena mengabaikan proses Minsk setelah lama mempertahankan komitmennya.

Rusia juga akan dibebani tanpa batas dengan tanggung jawab atas dua wilayah yang dirusak oleh perang delapan tahun dan membutuhkan dukungan ekonomi besar-besaran.

(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved