Minggu, 5 Oktober 2025

Konflik Rusia Vs Ukraina

Invasi di Depan Mata, Ukraina Bersiap Evakuasi 3 Juta Warga Kiev

Pejabat itu tidak merinci ke mana warganya akan dievakuasi, atau bagaimana cara pengevakuasiannya.

Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Dewi Agustina
AFP/ALEKSEY FILIPPOV
Ilustrasi: Remaja Ukraina menggali parit untuk tentara yang bertugas di front timur negara mereka dan berhadapan dengan separatis yang didukung Rusia, di dekat desa Chervone, wilayah Mariupol, Ukraina timur, pada 11 Februari 2022. (Photo by Aleksey Filippov / AFP) 

Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari

TRIBUNNEWS.COM, KIEV - Seorang pejabat senior Kiev, ibu kota Ukraina, pada Kamis lalu mengatakan bahwa warga kota tersebut akan sepenuhnya dievakuasi jika pasukan Rusia menyerbu perbatasan dan berusaha menyerang negara itu.

Berbicara kepada stasiun radio Hromadske, Direktur Keamanan kota Kiev, Roman Tkachuk menyatakan bahwa 3 juta penduduk kota itu akan dibawa keluar dari Kiev jika terjadi perang.

Namun, pejabat itu tidak merinci ke mana warganya akan dievakuasi, atau bagaimana cara pengevakuasiannya.

"Jika terjadi peperangan, evakuasi akan dilakukan, dan hanya pekerja infrastruktur penting dan Angkatan Bersenjata Ukraina yang akan tetap berada di kota," kata Tkachuk.

Ia menambahkan bagi mereka yang memilih bertahan, tidak akan dipaksa untuk keluar dari kota tersebut.

Dikutip dari laman Russia Today, Sabtu (19/2/2022), pengumuman itu muncul di tengah meningkatnya ketegangan atas konflik di perbatasan antara Rusia dan Ukraina.

Baca juga: Amerika Serikat Dukung Ukraina Jika Ingin Bergabung Dengan NATO

Rusia dituduh telah menempatkan lebih dari 100.000 tentaranya di perbatasan.

Begitu pula Amerika Serikat (AS) yang juga menuduh Gedung Kremlin tengah merencanakan invasi ke Ukraina.

Perlu diketahui, krisis di Ukraina dimulai pada 2014 lalu, menyusul peristiwa Maidan, saat protes jalanan yang diwarnai aksi kekerasan menggulingkan pemerintah yang terpilih secara demokratis di Kiev.

Tidak lama kemudian, dua wilayah di timur negara itu mendeklarasikan diri sebagai negara merdeka, yakni Republik Rakyat Donetsk (DPR) dan Republik Rakyat Lugansk (LPR).

Rusia pun telah berulang kali menolak untuk mengakui negara-negara yang memisahkan diri itu sebagai negara berdaulat, dan sebaliknya menyerukan agar mereka diintegrasikan ke dalam Ukraina dengan status khusus.

Hingga akhirnya pada Jumat kemarin, Ketua DPR dan LPR meminta agar warganya mulai mengungsi ke Rusia, dan menuduh Ukraina sedang merencanakan serangan.

Ukraina pun telah sepenuhnya membantah tudingan tersebut, dengan Menteri Luar Negeri Dmitry Kuleba menyebutnya sebagai 'disinformasi' Rusia.

"Kami berkomitmen penuh hanya untuk resolusi konflik diplomatik," kata Kuleba.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved