Jumat, 3 Oktober 2025

Konflik Rusia Vs Ukraina

AS: Rusia Klaim Tarik Pasukan dari Perbatasan Ukraina, Justru Tambahkan 7.000 Tentara

Washington membantah klaim Moskow bahwa pihaknya telah menarik kembali pasukannya, Rabu malam (16/2/2022).

AFP/ARIS MESSINIS
Ukrainian troops take part in a military drill outside the city of Rivne on February 16, 2022. (Photo by Aris Messinis / AFP) 

TRIBUNNEWS.COM - Pejabat senior pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengatakan kepada wartawan pada Rabu malam (16/2/2022), bahwa tidak ada pasukan Rusia yang ditarik dari perbatasan Ukraina.

Washington juga membantah klaim Moskow bahwa pihaknya telah menarik kembali pasukannya.

"Kami sekarang tahu itu salah," kata pejabat itu.

Dikatakan, sebanyak 7.000 tentara telah bergabung dengan 150.000 tentara yang sudah berada di dekat perbatasan dalam beberapa hari terakhir.

Baca juga: Resiko Invasi, Pemerintah RI Imbau WNI Tunda Perjalanan ke Ukraina

Baca juga: Kabar Rusia Tembakkan Mortir ke Ukraina, Harga Emas Langsung Melonjak

Presiden AS Joe Biden berbicara di Ruang Timur Gedung Putih tentang aktivitas militer Rusia di dekat Ukraina di Washington, DC pada Selasa (15/2/2022).
Presiden AS Joe Biden berbicara di Ruang Timur Gedung Putih tentang aktivitas militer Rusia di dekat Ukraina di Washington, DC pada Selasa (15/2/2022). (AFP)

Dilansir Nbc News, pejabat itu mengatakan pasukan tiba baru-baru ini pada Rabu (16/2/2022).

Dia menyebut Moskow dapat meluncurkan dalih palsu untuk menyerang Ukraina setiap saat.

“Rusia terus mengatakan ingin mengejar solusi diplomatik, tindakan mereka menunjukkan sebaliknya,” kata pejabat itu.

“Kami berharap mereka akan mengubah arah sebelum memulai perang yang akan membawa kematian dan kehancuran yang dahsyat.”

Baca juga: AS Sebut Rusia Tambahkan 7.000 Tentara ke Pasukan di Dekat Ukraina

Moskow mengaku pihaknya menarik kembali sekitar 150.000 tentara.

“Kami terus melihat unit-unit kritis bergerak menuju perbatasan, bukan menjauh dari perbatasan,” kata Menteri Luar Negeri Antony Blinken di MSNBC, Rabu (16/2/2022).

“Ada apa yang dikatakan Rusia dan kemudian ada apa yang dilakukan Rusia. Kami belum melihat mundurnya kekuatannya.”

"Akan lebih baik jika mereka mengikuti apa yang mereka katakan, tetapi sejauh ini kita belum melihatnya," imbuhnya.

Menteri luar negeri Ukraina, Dmytro Kuleba, mentweet pada hari Rabu bahwa, “Pernyataan tentang penarikan tidak cukup. Kami membutuhkan transparansi dan fakta.”

Baca juga: Tentara Rusia Disebut Makin Banyak di Perbatasan Ukraina, Perang Segera Pecah?

Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken tiba di Bandara Internasional Soekarno-Hatta di Jakarta pada 13 Desember 2021. (Photo by OLIVIER DOULIERY / POOL / AFP)
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken tiba di Bandara Internasional Soekarno-Hatta di Jakarta pada 13 Desember 2021. (Photo by OLIVIER DOULIERY / POOL / AFP) (AFP/OLIVIER DOULIERY)

Sekretaris Jenderal NATO, Jens Stoltenberg, mengatakan kepada wartawan di Brussels bahwa sebenarnya Rusia telah "menambah jumlah pasukan, dan lebih banyak pasukan sedang dalam perjalanan."

Setelah bertemu dengan menteri pertahanan NATO Rabu (16/2/2022), Stoltenberg mengatakan pada konferensi pers bahwa aliansi tersebut belum melihat "tanda-tanda de-eskalasi di lapangan, tidak ada penarikan pasukan atau peralatan."

Rusia memiliki "kekuatan invasi besar-besaran yang siap menyerang dengan kemampuan canggih dari Krimea hingga Belarusia," kata Stoltenberg, seraya mencatat bahwa itu adalah peningkatan kekuatan terbesar di Eropa sejak Perang Dingin.

NATO mengirim "proposal konkret" tentang transparansi, pengurangan risiko dan pengendalian senjata dan belum menerima tanggapan dari Rusia, katanya.

Baca juga: NATO Sebut Belum Ada Tanda-tanda Rusia Kembali Menarik Pasukannya di Dekat Ukraina

Baca juga: Rusia: Ukraina Harus Nyatakan Dirinya Non-Blok Jika NATO Secara Terbuka Menolaknya Sebagai Anggota

Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg mengadakan konferensi pers menjelang pertemuan para menteri luar negeri di Brussel, pada 22 Maret 2021.
Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg mengadakan konferensi pers menjelang pertemuan para menteri luar negeri di Brussel, pada 22 Maret 2021. (François WALSCHAERTS / POOL / AFP)

CNBC melaporkan, Stoltenberg menggambarkan upaya Rusia untuk menggunakan militernya untuk "mengintimidasi" negara lain sebagai "(hal) normal baru di Eropa".

Sementara itu, Ursula von der Leyen, presiden Komisi Eropa, menyebutnya "penumpukan pasukan terbesar di tanah Eropa sejak hari-hari tergelap Perang Dingin."

Seperti pejabat AS, dia mengatakan Rusia telah "mengirim sinyal yang bertentangan" tentang apa yang akan dilakukan selanjutnya.

Baca juga: NATO Desak Rusia Tarik Pasukannya dari Perbatasan Ukraina

Serangan Rusia sangat mungkin terjadi

Biden mengatakan bahwa serangan Rusia di Ukraina masih sangat mungkin terjadi.

Dalam sambutan yang disiarkan televisi secara nasional, Biden mengatakan, AS siap untuk menanggapi dengan tegas invasi Rusia.

"(Pasukan Rusia pergi) akan bagus, tetapi kami belum memverifikasi itu. Kami belum memverifikasi unit militer Rusia kembali ke pangkalan mereka," kata presiden AS, sebagaimana dikutip dari BBC.

Baca juga: Rusia Sebut akan Tarik Mundur Pasukan di Perbatasan Ukraina, UK: Kami Belum Melihat Bukti Apapun

"Analis kami menunjukkan bahwa mereka (Rusia) tetap berada dalam posisi yang mengancam," lanjutnya.

Pidato Biden datang beberapa jam setelah Presiden Rusia, Vladimir Puti, mengatakan masalah keamanan Moskow harus ditangani dan ditanggapi dengan serius.

Putin selalu membantah dia merencanakan serangan, dan mengatakan Rusia tidak menginginkan perang lagi di Eropa.

Namun, ketegangan telah meningkat sejak November 2021.

Baca juga: Negara Mana Saja yang Memasok Senjata ke Ukraina?

Putin Sebut Tak Ingin Perang

Setelah menarik mundur tentara dari perbatasan, Presiden Rusia, Vladimir Putin mengatakan Moskow tidak menginginkan perang dengan Ukraina.

Tetapi Rusia menuntut agar masalah Ukraina dengan NATO segera diselesaikan secara keseluruhan.

Dikutip dari BBC, Vladimir Putin telah mengatakan bahwa Rusia tidak menginginkan perang di Eropa, tetapi masalah keamanannya harus ditangani dan ditanggapi dengan serius.

Presiden Rusia Vladimir Putin menghadiri pertemuan darurat video Dewan Organisasi Perjanjian Keamanan Kolektif (CSTO) yang berfokus pada situasi di Kazakhstan setelah protes keras, di kediaman negara bagian Novo-Ogaryovo, di luar Moskow, Senin (10/1/2022). (Alexey NIKOLSKY / SPUTNIK / AFP)
Presiden Rusia Vladimir Putin menghadiri pertemuan darurat video Dewan Organisasi Perjanjian Keamanan Kolektif (CSTO) yang berfokus pada situasi di Kazakhstan setelah protes keras, di kediaman negara bagian Novo-Ogaryovo, di luar Moskow, Senin (10/1/2022). (Alexey NIKOLSKY / SPUTNIK / AFP) (AFP/ALEXEY NIKOLSKY)

Komentar presiden Rusia itu muncul ketika militer mengatakan bahwa beberapa pasukan ditarik dari perbatasan dekat Ukraina, tanda pertama dari Moskow tentang kemungkinan penurunan ketegangan.

Namun, para pemimpin Barat mengatakan belum ada bukti penarikan itu.

"Apakah kami menginginkan ini (perang) atau tidak? Tentu saja tidak. Itulah mengapa kami mengajukan proposal untuk proses negosiasi," kata Putin dalam konferensi pers, Selasa (15/2/2022).

Berita lain terkait dengan Konflik Rusia vs Ukraina

(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved