Konflik Rusia Vs Ukraina
Rusia: Ukraina Harus Nyatakan Dirinya Non-Blok Jika NATO Secara Terbuka Menolaknya Sebagai Anggota
Rusia akan meminta kepada NATO untuk secara terbuka mengumumkan penolakannya dan tidak menerima Ukraina ke dalam blok.
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, MOSKWA - Kepala Delegasi Rusia untuk Pembicaraan Wina tentang Keamanan Militer dan Kontrol Senjata, Konstantin Gavrilov menyatakan Rusia akan meminta kepada NATO untuk secara terbuka mengumumkan penolakannya dan tidak menerima Ukraina ke dalam blok.
Ukraina juga harus kembali menghormati janji yang dibuat pada 1990.
"Ukraina pada gilirannya harus menyatakan netral, status non-bloknya, yang termasuk dalam ketentuan Deklarasi Kedaulatan Negara Ukraina pada 16 Juli 1990," kata Gavrilov dalam forum OSCE tentang keamanan.
Perlu diketahui, Ukraina memasukkan kebijakan bergabung dengan Uni Eropa (UE) dan NATO dalam Konstitusi Ukraina melalui keputusan mayoritas oleh parlemen federal pada Februari 2019.
Sehingga, negara itu dianggap melanggar janji lama untuk tetap netral.
Padahal seharusnya menolak untuk bergabung dengan aliansi militer apapun.
Langkah itu dilakukan di bawah pemerintahan gelombang baru politisi Ukraina yang berkuasa setelah kudeta yang didukung Barat pada 2014 lalu.
Baca juga: NATO Sebut Belum Ada Tanda-tanda Rusia Tarik Kembali Pasukannya di Dekat Ukraina
Dikutip dari laman Sputnik News, Rabu (16/2/2022), Rusia telah secara sistematis menuntut agar NATO menghentikan ekspansi ke arah timur yang 'tidak masuk akal' dan mendesaknya untuk menghormati janji-janji yang diberikan pada akhir 1980-an dan awal 1990-an.
Di tengah meningkatnya ketegangan di sekitar Ukraina yang dimulai pada November 2021, Rusia meneruskan proposalnya untuk memulihkan stabilitas dan memastikan keamanan di kawasan itu kepada NATO dan Amerika Serikat (AS).
Namun, keduanya menolak ketentuan kunci dalam proposal ini, khususnya permintaan untuk menolak keanggotaan Ukraina dalam aliansi tersebut.
Baca juga: Mengenal NATO, Organisasi yang Dianggap Ancaman Besar bagi Rusia Sehingga Ancam akan Serbu Ukraina
AS dan NATO sama-sama bersikeras untuk mempertahankan kebijakan 'pintu terbuka' mereka, meskipun ada peringatan dari Rusia bahwa akan ada pengerahan pasukan NATO di negara tetangga Ukraina sebagai ancaman keamanan langsung dan akan bertindak sesuai dengan itu.
Meskipun menolak untuk menghormati proposal kunci, negara Barat setuju untuk memulai dialog tentang ketentuan sekunder, seperti rezim kontrol senjata baru di Eropa dan pengurangan skala latihan militer di perbatasan masing-masing.
Ukraina sebelumnya memperkuat rencananya untuk bergabung dengan NATO dalam Konstitusinya.
Baca juga: Presiden AS Joe Biden: Korban Manusia Akan Sangat Besar Jika Rusia Invasi Ukraina
Sedangkan NATO menolak untuk menghormati tuntutan keamanan Rusia yang memaksa agar tidak menerima keanggotaan Ukraina.
Gedung Kremlin bahkan telah berulang kali memperingatkan bahwa penempatan pasukan NATO di Ukraina akan dipandang sebagai ancaman keamanan oleh Rusia.