Sabtu, 4 Oktober 2025

Konflik Rusia Vs Ukraina

Ukraina Serukan Pertemuan dengan Rusia dalam Waktu 48 Jam, Bahas Ketegangan Perbatasan

Ukraina menyerukan pertemuan dengan Rusia dan anggota Organisasi Keamanan dan Kerjasama di Eropa (OSCE) atas meningkatnya ketegangan di perbatasannya.

VALENTYN OGIRENKO / X03345 / AFP
Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba memberikan konferensi pers setelah pertemuannya dengan Ketua OSCE di Kyiv, pada 10 Februari 2022. 

TRIBUNNEWS.COM - Ukraina menyerukan pertemuan dengan Rusia dan anggota Organisasi Keamanan dan Kerjasama di Eropa (OSCE) atas meningkatnya ketegangan di perbatasannya.

Dilansir BBC, Menteri Luar Negeri Dmytro Kuleba mengatakan Rusia telah mengabaikan permintaan resmi untuk menjelaskan penambahan pasukan di perbatasan Ukraina.

"Langkah selanjutnya adalah meminta pertemuan dalam 48 jam ke depan untuk transparasi tentang rencana Rusia," kata Kuleba.

Rusia membantah rencana untuk menyerang Ukraina, meskipun ada penambahan sekitar 100.000 tentara di perbatasan Ukraina.

Baca juga: Presiden Ukraina Menganggap Enteng Peringatan Invasi Rusia yang Menambah Jumlah Pasukan

Baca juga: Ketegangan Meningkat, Presiden Ukraina Undang Biden untuk Segera Berkunjung

Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba
Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba memberikan konferensi pers setelah pertemuannya dengan Ketua OSCE di Kyiv, pada 10 Februari 2022.

Beberapa negara Barat memperingatkan bahwa Rusia sedang mempersiapkan aksi militer.

Amerika Serikat (AS) mengatakan Moskow dapat memulai dengan pemboman udara "kapan saja".

Lebih dari selusin negara mendesak warganya untuk meninggalkan Ukraina, dan beberapa telah menarik staf kedutaan dari Ibu Kota.

CBS News mengutip tiga sumber melaporkan bahwa AS sedang bersiap untuk menarik semua personelnya dari Kiev dalam 48 jam ke depan.

Kuleba menuntut jawaban dari Rusia tentang niat mereka di bawah aturan Dokumen Wina, kesepakatan tentang masalah keamanan yang diadopsi oleh anggota Organisasi untuk Keamanan dan Kerjasama di Eropa (OSCE), yang mencakup Rusia, Jumat (11/2/2022).

Baca juga: INI Prediksi AS: Rusia Akan Mulai Invasi ke Ukraina Dengan Serangan Rudal dan Serangan Bom

“Jika Rusia serius ketika berbicara tentang keamanan yang tidak dapat dipisahkan di ruang OSCE, dia harus memenuhi komitmennya terhadap transparansi militer untuk mengurangi ketegangan dan meningkatkan keamanan untuk semua,” katanya.

Namun, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, yang mengkritik "kepanikan" yang dapat menyebar dari klaim semacam itu.

Zelensky mengatakan tidak melihat bukti bahwa Rusia merencanakan invasi dalam beberapa hari mendatang.

Pada Minggu (13/2/2022), Zelensky berbicara selama hampir satu jam melalui telepon dengan Presiden AS Joe Biden.

Gedung Putih mengatakan Presiden Biden telah menegaskan kembali dukungan AS untuk Ukraina.

Kedua pemimpin telah sepakat tentang "pentingnya melanjutkan diplomasi dan pencegahan".

Baca juga: Jika Rusia Invasi Ukraina, Presiden AS Joe Biden Janjikan Tindakan Balasan Cepat dan Tegas

Presiden AS Joe Biden berbicara tentang operasi kontraterorisme di Suriah dari Ruang Roosevelt Gedung Putih di Washington, DC, pada 3 Februari 2022
Presiden AS Joe Biden berbicara tentang operasi kontraterorisme di Suriah dari Ruang Roosevelt Gedung Putih di Washington, DC, pada 3 Februari 2022 (SAUL LOEB / AFP)

Pernyataan panggilan telepon Ukraina mengatakan presidennya berterima kasih kepada AS atas "dukungan tak tergoyahkan" dan bahwa, pada akhirnya, Presiden Zelensky mengundang pemimpin AS untuk datang ke Ukraina.

Belum ada komentar atas undangan dari Gedung Putih.

Panggilan telepon selama satu jam antara Presiden Biden dan pemimpin Rusia Vladimir Putin sehari sebelumnya gagal menghasilkan terobosan.

Baca juga: Di Ambang Perang dengan Rusia, Maskapai Penerbangan Mulai Hindari Wilayah Udara Ukraina

Dalam upaya terbaru untuk menemukan solusi diplomatik, Kanselir Jerman Olaf Scholz memiliki pertemuan yang dijadwalkan dengan Presiden Zelensky di Kyiv pada Senin dan dengan Presiden Putin di Moskow pada hari Selasa.

Kanselir, yang mengambil alih kepemimpinan Jerman dari Angela Merkel pada bulan Desember, telah memperingatkan konsekuensi ekonomi yang parah bagi Rusia jika harus meluncurkan invasi.

Scholz menggemakan pernyataan oleh negara-negara Barat lainnya dan anggota aliansi militer NATO.

Baca juga: Harga Bensin di Tokyo Jepang Terus Melonjak Dampak Ketegangan Ukraina-Rusia

Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengadakan konferensi pers untuk pembaruan Covid-19 terbaru di ruang pengarahan Downing Street di London pusat pada 8 Desember 2021.
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengadakan konferensi pers untuk pembaruan Covid-19 terbaru di ruang pengarahan Downing Street di London pusat pada 8 Desember 2021. (Adrian DENNIS / AFP / POOL)

Namun para pejabat Berlin meremehkan harapan akan adanya terobosan.

Sementara itu, Perdana Menteri Inggris Boris Johnson berencana mengadakan pembicaraan diplomatik baru di seluruh Eropa untuk membawa Rusia "kembali dari ambang" perang.

Di Washington, Penasihat Keamanan Nasional Presiden Biden Jake Sullivan mengatakan invasi dapat dimulai "kapan saja".

Sullivan mengatakan AS sedang memantau dengan cermat kemungkinan operasi "bendera palsu" oleh Moskow sebagai dalih untuk invasi skala penuh sehingga dapat mengklaim pihaknya menanggapi agresi Ukraina.

Baca juga: Olaf Scholz: Jerman Akan Jatuhkan Sanksi Segera kepada Rusia Jika Invasi Ukraina

Rusia berpendapat bahwa penumpukan pasukannya di sepanjang perbatasan Ukraina adalah urusannya sendiri, di dalam wilayahnya sendiri.

Berita lain terkait dengan Konflik Rusia vs Ukraina

(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved