Kamis, 2 Oktober 2025

INI Prediksi AS: Rusia Akan Mulai Invasi ke Ukraina Dengan Serangan Rudal dan Serangan Bom

Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan mengatakan Rusia akan memulai dengan melancarkan serangan rudal dan serangan bom jika menginvasi Ukraina

Editor: hasanah samhudi
AFP
Dokumentasi foto pada 12 Maret 2021 menunjukkan Penasihat Keamanan Nasional Jake Sullivan berbicara selama konferensi pers harian di Brady Briefing Room Gedung Putih di Washington, DC. Sullivan mengatakan kepada CNN pada 13 Februari 2022, bahwa Rusia dapat melakukan aksi militer besar di Ukraina kapan saja saat ini. 

Surat kabar Washington Post melaporkan bahwa evaluasi atas intelijen baru dan bukti di lapangan yang dirilis Jumat (11/2/2022) lalu menunjukkan bahwa Rusia sepenuhnya siap untuk melancarkan serangan dengan 130.000 tentara dan persenjataan utama di sekitar Ukraina di tiga sisi.

Rusia juga telah melakukan latihan militer di Rusia selatan, Laut Hitam dan Belarusia, yang berbatasan dengan Ukraina di utara.

Pada hari yang sama, Minggu (13/2/2022), Presiden Joe Biden mengatakan kepada Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, bahwa Amerika Serikat akan menanggapi dengan cepat dan tegas jika Rusia menginvasi negaranya.

"Presiden Biden menjelaskan bahwa Amerika Serikat akan merespons dengan cepat dan tegas, bersama dengan sekutu dan mitranya, untuk setiap agresi Rusia lebih lanjut terhadap Ukraina," kata Gedung Putih yang mengungkapkan pembicaraan telepon antara Biden dan Zelensky.

Kedua pemimpin, kata mereka, "setuju tentang pentingnya melanjutkan diplomasi dan pencegahan dalam menanggapi peningkatan kekuatan militer Rusia di perbatasan Ukraina."

Baca juga: Konflik Rusia Ukraina Memanas, Vladimir Putin Menambah Pasukan di Perbatasan

Baca juga: Makin Panas, Militer Rusia Kepung Ukraina dari Darat dan Laut, AS Enggan Terlibat Konflik Terbuka

Percakapan itu terjadi setelah Zelensky dalam beberapa hari terakhir menganggap enteng ancaman invasi.

Ia mengatakan bahwa peringatan dari Amerika Serikat bahwa langkah Rusia sudah dekat tidak membantu untuk menjaga ketertiban.

"Semua informasi ini hanya membantu menciptakan kepanikan. Itu tidak membantu kami," katanya.

Ukraina juga mengatakan tidak ada rencana untuk menutup wilayah udara sipil, ketika Menteri Luar Negeri Dmytro Kuleba menegaskan bahwa situasi tetap terkendali dalam sebuah pernyataan video yang dirilis Minggu (13/2/2022).

"Kami siap untuk setiap skenario perkembangan situasi," katanya.

Baca juga: Kemlu RI Siapkan Rencana Kontijensi Evakuasi WNI dari Ukraina

Baca juga: Memanasnya Konflik Ukraina-Rusia Buat Indonesia Untung?

"Kami tidak tinggal diam selama beberapa bulan terakhir, kami telah mempersiapkan semua skenario - benar-benar semua - dan mulai sekarang kami siap untuk itu," katanya.

Sullivan mengatakan Amerika Serikat masih percaya Rusia dapat memilih jalur diplomatik.

Namun Jumat (11/2/2022) lalu Amerika Serikat memperingatkan semua orang Amerika di Ukraina untuk meninggalkan negara itu dalam waktu 48 jam sebagai persiapan atas kemungkinan invasi.

"Cara mereka membangun kekuatan, cara mereka melakukan manuver di tempat membuat kemungkinan yang jelas bahwa akan ada aksi militer besar segera," katanya.

"Dan kami siap untuk terus bekerja dalam diplomasi, tetapi kami juga siap untuk menanggapi secara bersatu dan tegas dengan sekutu dan mitra kami jika Rusia melanjutkan," sebutnya.

Baca juga: Tensi Rusia-Ukraina Panas, Harga Minyak Dunia Bisa Tembus 120 Dollar AS Per Barrel

Israel juga telah mengirim pesan yang mendesak sekitar 15.000 warga Israel di negara itu untuk segera pergi.  (Tribunnews.com/UPI/Hasanah Samhudi)

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved