Konflik Rusia Vs Ukraina
Situasi Rusia-Ukraina Semakin Memanas, Pemerintah RI Rencanakan Evakuasi WNI
Indonesia berharap adanya negosiasi untuk dapat menyelesaikan permasalahan yang dihadapi Rusia dan Ukraina.
"Kami sampaikan bahwa rencana kontijensi ini merupakan SOP standar yang dimiliki oleh seluruh perwakilan untuk wajib memiliki rencana kontijensi," kata Judha.
Judha mengatakan ada 145 WNI di wilayah Ukraina, yang mayoritas tinggal di wilayah Kiev dan beberapa tersebar di daerah lain di Ukraina.
Mereka dalam keadaan sehat dan aman.
KBRI Kiev selalu melakukan proses pendataan dan melakukan pemutakhiran data WNI.
Menanggapi situasi, KBRI juga telah membangun komunikasi dengan para WNI melalui whatsapp grup untuk menyampaikan update informasi yang ada.
Baca juga: Bertemu di Berlin, Rusia dan Ukraina Gagal Mencapai Kesepakatan
Ukraina Dikepung
Konflik antara Rusia dan Ukraina kian memanas setelah ribuan tentara Rusia pada Kamis kemarin memulai latihan 10 hari di Belarus.
Ukraina pun memperingatkan latihan Angkatan Laut (AL) Rusia yang akan datang 'begitu ekstensif', sehingga mereka akan memblokir jalur pelayaran, karena Rusia terus memperketat aksi militernya di Ukraina.
Sementara itu di Moskwa, Menteri Luar Negeri Sergey Lavrov, memberikan penilaian suramnya tentang upaya diplomatik yang bertujuan untuk menghalangi invasi skala penuh.
Ia menolak pembicaraannya dengan rekan Inggris-nya dan menyebutnya sebagai percakapan tentang 'orang bisu dengan orang tuli'.
Lavrov pun kembali menegaskan bahwa negara Barat tidak secara serius menangani masalah Rusia yang paling mendesak.
Dikutip dari laman The New York Times, Presiden Rusia Vladimir Putin sedikit 'lebih mendamaikan' dengan mengatakan kepada wartawan pada Kamis kemarin bahwa negosiasi dengan Barat terus berlanjut atas tuntutan Rusia untuk membentuk kembali arsitektur keamanan Eropa Timur.
Putin menekankan bahwa Rusia sedang mempersiapkan tanggapan tertulis bolak-balik dengan Amerika Serikat (AS) dan NATO.
Tidak hanya itu, ia juga berencana untuk berbicara melalui telepon dalam beberapa hari mendatang dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron.

Namun tampaknya aktivitas militer Rusia yang intensif di Utara, Timur dan Selatan Ukraina memberikan nada yang tidak menyenangkan pada upaya perebutan diplomatik.