Protes jilbab di sekolah India: Bagaimana masalah ini memicu protes besar-besaran dan menyebabkan sekolah-sekolah ditutup?
Beberapa institusi pendidikan di India telah ditutup karena terjadi demonstrasi hingga aksi kekerasan tentang penggunaan jilbab di sekolah.
Pemerintah setempat memberlakukan Pasal 144 - undang-undang era kolonial yang melarang pertemuan lebih dari empat orang di satu tempat - untuk membatasi protes.
Di distrik Shivamogga, sekelompok siswa laki-laki tertangkap kamera sedang mengibarkan bendera safron di sekolah mereka, mendorong pemerintah untuk mengumumkan penyelidikan.
Di distrik Mandya, sebuah video viral menunjukkan seorang perempuan muda berburka didekati oleh kumpulan pria dengan selendang safron.
Saat para pria itu meneriakkan Jai Shri Ram (salam Tuhan Ram) berulang kali, perempuan itu berdiri tegak, meneriakkan "Allahu Akbar" (Tuhan Maha Besar) saat otoritas sekolah mengawalnya pergi.
#KarnatakaHijabRow when a #hijabi student arrives at PES college in #Mandya. She gets heckled by students wearing #saffronshawls chanting #JaiSriRam. She raises her hand says "#AllahuAkbar befor being escorted by college staff. Video courtesy: Digvijaya News. #Karnataka pic.twitter.com/l17IL095Bv
— Imran Khan (@KeypadGuerilla) February 8, 2022
[removed][removed]
Kemudian, perempuan itu - yang diidentifikasi sebagai Muskan - mengatakan bahwa kepala sekolah meyakinkannya bahwa dia akan mendukungnya.
"Beberapa gadis Muslim lainnya juga diejek dengan cara yang sama. Pihak administrasi dan kepala sekolah tidak pernah melarang kami mengenakan burka, jadi mengapa saya harus mendengarkan orang luar?" katanya kepada surat kabar The Indian Express.
Seorang pejabat senior polisi mengatakan kepada BBC Hindi bahwa peristiwa itu sebagai "insiden kecil" dan situasi terkendali.
Apa kata pemerintah negara bagian?
Menteri Pendidikan, Karnataka Nagesh BC mendukung otoritas sekolah yang mengatakan pengguna selendang safron dan jilbab harus dilarang di dalam institusi pendidikan.
Karnataka Nagesh juga menuduh bahwa para murid itu sedang dihasut melakukan aksi protes oleh kelompok "penjahat".
"Ini pada dasarnya politik. Semua ini terjadi karena pemilihan anggota majelis negara bagian dijadwalkan tahun depan," kata Nagesh kepada BBC Hindi, mengacu pada upaya sayap politik Front Popular India dalam mendapatkan dukungan di wilayah tersebut.
Ketua Menteri Basavaraj S Bommai dan menteri dalam negeri negara bagian telah mendesak para pelajar dan lainnya untuk "menjaga perdamaian dan harmoni".
I appeal to all the students, teachers and management of schools and colleges as well as people of karnataka to maintain peace and harmony. I have ordered closure of all high schools and colleges for next three days. All concerned are requested to cooperate.
— Basavaraj S Bommai (@BSBommai) February 8, 2022
[removed][removed]
Apa yang dikatakan pengadilan sejauh ini?
Dua petisi telah diajukan atas nama para pengunjuk rasa.