Sabtu, 4 Oktober 2025

Pakar Kontraterorisme: Pemimpin ISIS Tewas, tapi Faksi Lainnya Masih Menjadi Ancaman bagi AS

Terlepas dari kemenangan AS atas tumbangnya pimpinan ISIS, organisasi itu masih jauh dari musnah, menurut seorang pakar kontraterorisme.

Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Inza Maliana
AHMAD AL-RUBAYE / AFP
Seorang anggota pasukan Irak berjalan melewati mural berlogo kelompok ISIS di sebuah terowongan yang dilaporkan digunakan sebagai pusat pelatihan oleh para jihadis, pada 1 Maret 2017, di desa Albu Sayf, pada pinggiran selatan Mosul. Terlepas dari kemenangan AS atas tumbangnya pimpinan ISIS, organisasi itu masih jauh dari musnah, menurut seorang pakar kontraterorisme. 

TRIBUNNEWS.COM - Pemerintahan Joe Biden baru saja merayakan "penggulingan" ancaman teroris yang signifikan.

Biden mengumumkan bahwa pemimpin ISIS Abu Ibrahim al-Hashimi al-Qurayshi tewas dalam ledakan yang dilakukannya sendiri saat serangan kontraterorisme AS di Suriah pada hari Kamis (3/2/2022).

Namun, terlepas dari kemenangan AS, ISIS masih jauh dari musnah, menurut seorang pakar kontraterorisme seperti dilansir Newsweek.

Qurayshi menjabat sebagai kepala faksi inti ISIS yang dikenal sebagai Negara Islam Irak dan Syam (ISIL).

Namun, para pemimpin faksi lain masih buron di timur tengah, Asia selatan, serta Afrika utara dan tengah.

Seth G. Jones, direktur Program Keamanan Internasional di Pusat Studi Strategis dan Internasional (CSIS) sekaligus pakar kontraterorisme, memberikan pandangan tentang masing-masing faksi yang masih ada saat ini.

Baca juga: PROFIL Abu Ibrahim al-Hashimi al-Qurayshi, Pemimpin ISIS yang Tewas dalam Serbuan AS di Suriah

Baca juga: Pemimpin ISIS Ledakkan Diri saat Dikepung Tentara AS, Joe Biden Menyebutnya Pengecut

Seorang anggota Hashed Al-Shaabi (Unit Mobilisasi Populer) mencopot tanda di tiang lampu berlogo kelompok ISIS saat pasukan Irak bergerak maju di dalam kota Tal Afar, sebelah barat Mosul pada 26 Agustus 2017.
Seorang anggota Hashed Al-Shaabi (Unit Mobilisasi Populer) mencopot tanda di tiang lampu berlogo kelompok ISIS saat pasukan Irak bergerak maju di dalam kota Tal Afar, sebelah barat Mosul pada 26 Agustus 2017. (AHMAD AL-RUBAYE / AFP)

Mengenai tewasnya Qurayshi, Jones mengatakan itu bukan akhir dari ISIL, tapi bisa menjadi awal yang baru.

"Dalam isolasi, itu bukan masalah besar," kata Jones kepada Newsweek.

"Sebagai satu insiden, organisasi dapat pulih."

Melihat kembali ke tahun 2019 ketika pemimpin pertama ISIL Abu Bakr al-Baghdadi tewas, juga oleh ledakan yang dilakukan sendiri selama serangan AS, Jones mencatat bahwa situasi ISIL sebenarnya membaik dalam jangka panjang setelah Qurayshi yang lebih "karismatik" mengambil alih.

Jones mengatakan kemampuan kelompok itu untuk beroperasi tidak akan hancur hanya karena hilangnya pemimpin.

Gambar file ini dirilis oleh Departemen Luar Negeri AS pada 17 Juli 2020, menunjukkan versi bahasa Inggris dari pengumuman Hadiah untuk informasi tentang lokasi pemimpin ISIS Amir Mohammed Said Abd al-Rahman al-Mawla -- alias Abu Ibrahim al-Hashimi al-Qurashi.
Gambar file ini dirilis oleh Departemen Luar Negeri AS pada 17 Juli 2020, menunjukkan versi bahasa Inggris dari pengumuman Hadiah untuk informasi tentang lokasi pemimpin ISIS Amir Mohammed Said Abd al-Rahman al-Mawla -- alias Abu Ibrahim al-Hashimi al-Qurashi. (HANDOUT / US DEPARTMENT OF STATE / AFP)

Ia menekankan bahwa ISIL masih harus dianggap sebagai ancaman paling signifikan terhadap keamanan nasional AS dari semua afiliasi ISIS.

Dia mengatakan bahwa di luar kematian Qurayshi, Amerika dan sekutunya harus terus menyudutkan wilayah kelompok itu untuk benar-benar mengekang kekuatan mereka dalam jangka panjang.

Namun, di luar ISIL, Jones menyebut ISIS-K sebagai ancaman terbesar kedua.

ISIS-K

ISIS-K, atau yang dikenal sebagai ISIS-Khorasan, beroperasi di Afghanistan dan Pakistan.

ISIS-K kelompok yang melakukan serangan terhadap pasukan AS dan warga Afghanistan di bandara Kabul selama penarikan Presiden Joe Biden dari negara itu Agustus lalu.

Departemen Luar Negeri AS mengidentifikasi pemimpin faksi ini sebagai Sanaullah Ghafari yang menjabat sejak Juni 2020.

Jones mengatakan kepada Newsweek bahwa Taliban yang "lemah dan tidak efektif" tidak mampu memerangi kelompok ISIS-K di pedesaan negara itu.

Karena kehadiran Taliban yang lemah, Jones mengatakan Amerika harus waspada karena faksi ini kemungkinan akan terus melakukan serangan di masa mendatang.

IS-GIS

ISIS di Sahara Besar beroperasi di sebagian Burkina Faso, Mali, dan Nigeria.

Mantan pemimpinnya Adnan Abu Walid al-Sahrawi pernah memimpin serangan yang menewaskan 4 tentara AS dan 4 tentara Nigerien pada 2017.

al-Sahrawi disingkirkan oleh pasukan Prancis pada Agustus 2021.

Namun, kelompok itu masih mempertahankan eksistensinya.

ISWAP

Beroperasi dari Cekungan Chad di perbatasan Nigeria dan Chad, ISIS Provinsi Afrika Barat dibentuk pada 2016 sebagai cabang Boko Haram, kelompok yang dikenal menculik 276 siswi pada 2014.

Mantan pemimpinnya, Abu Musab al-Barnawi terbunuh oleh pasukan Nigeria pada Oktober 2021.

Namun, ISWAP mempertahankan operasinya, melakukan serangan terhadap pos militer Nigeria pada Januari tahun ini.

IS-CAP

ISIS–Provinsi Afrika Tengah adalah faksi ISIS yang menurut Jones dapat dipecah menjadi dua kelompok.

Satu kelompok lahir dari Pasukan Demokrat Sekutu, sebuah kelompok teroris yang didirikan pada akhir 1990-an, yang beroperasi di Republik Demokratik Kongo.

Sedangkan kelompok kedua disebut Ahlu Sunnah Wal Jammah terutama berbasis di Mozambik.

"Mereka telah terlibat dalam serangkaian pemboman tingkat tinggi di Uganda, termasuk serangkaian pemboman di Kampala pada 16 November, menargetkan pasukan keamanan di Parlemen Uganda," kata Jones kepada Newsweek.

ISIS sebagai ancaman

Selain faksi-faksi ini, Biro Kontraterorisme Departemen Luar Negeri mencatat ISIS-Bangladesh, ISIS-Filipina, ISIL-Libya, dan ISIL Provinsi Sinai dalam daftar teroris asing.

Di luar ISIL dan ISIS-K, Jones tidak merasa organisasi lain ini menjadi ancaman langsung bagi Amerika Serikat sendiri.

Namun, dia mengatakan bahwa serangan terhadap Kedutaan Besar AS di Afrika Timur atau di tempat lain "tidak sepenuhnya mustahil."

Amerika Serikat mungkin akan melawan organisasi-organisasi ini dalam upaya memerangi serangan yang menargetkan sekutu NATO-nya, kata Jones.

"Tentu saja ada sejumlah pemerintah Eropa, termasuk Prancis, yang telah menyatakan keprihatinannya tentang meluasnya terorisme ke Eropa," kata Jones kepada Newsweek.

"Tetapi dalam hal AS, ada operasi eksternal yang terbatas, setidaknya untuk saat ini."

(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved