PBB: 2.000 Tentara Anak Rekrutan Houthi Yaman Tewas di Medan Perang
Sebuah laporan PBB menyebutkan hampir 2.000 anak-anak yang direkrut oleh pemberontak Houthi Yaman telah tewas terbunuh di medan perang.
“Semua pasukan militer dan paramiliter yang setia kepada otoritas yang berbasis di Sanaa termasuk dalam definisi ini” karena melanggar embargo senjata yang diberlakukan PBB, katanya.

Sebagian besar jenis kendaraan udara tanpa awak (drone), alat peledak improvisasi yang ditularkan melalui air, dan roket jarak pendek dirakit di daerah yang dikuasai Houthi, para ahli menemukan.
Komponen seperti mesin dan elektronik malah “bersumber dari luar negeri menggunakan jaringan perantara yang kompleks di Eropa, Timur Tengah dan Asia”.
Laporan itu tidak mengkonfirmasi tuduhan oleh Amerika Serikat dan Arab Saudi bahwa Iran terlibat langsung dalam pelanggaran tersebut.
Teheran mengakui mendukung Houthi secara politis tetapi menyangkal telah membantu mereka mendapatkan senjata.
Para ahli mengatakan bukti menunjukkan komponen senjata dan peralatan militer lainnya terus dipasok melalui darat ke pasukan Houthi “oleh individu dan entitas yang berbasis di Oman”.
Oman, yang berbatasan dengan Yaman, adalah satu-satunya negara di kawasan itu selain Iran yang mempertahankan hubungan resmi dengan kelompok bersenjata itu.
Baca juga: Jenderal AS Prediksi Serangan Rusia ke Ukraina Bakal Mengerikan, Mampukah Barat Menghentikannya?
Baca juga: Perjanjian Ekstradisi Akhiri Polemik Area Militer Antara Singapura dan Indonesia
Laporan itu juga mengatakan alat peledak improvisasi yang ditularkan melalui air telah diluncurkan dari daerah yang dikuasai Houthi dengan frekuensi yang meningkat selama setahun terakhir.
Di Laut Merah, alat peledak improvisasi digunakan untuk menyerang kapal komersial yang berlabuh di pelabuhan Saudi, dalam beberapa kasus lebih dari 1.000 km dari pantai Yaman.
"Tampaknya hampir pasti bahwa perangkat tersebut diluncurkan dari 'induk', yang akan menarik perangkat untuk sebagian besar perjalanan," kata para ahli.
Pemberontak juga terus menyerang jauh di dalam Arab Saudi menggunakan drone jarak jauh serta rudal jelajah dan balistik.
“Tujuan serangan ini terutama bersifat politis… Houthi ingin mendorong Riyadh untuk menerima penyelesaian politik yang bermanfaat bagi mereka,” kata para peneliti PBB.
“Ini sangat kontras dengan penggunaan rudal dan kendaraan udara tanpa awak di Yaman, yang tujuannya seringkali untuk mencapai tingkat kematian maksimum.”
(Tribunnews.com/Yurika)