Polisi Jepang Turun Tangan Mengusut Kasus Nyontek Saat Ujuan Masuk Universitas
seorang wanita pelajar SMA dan mahasiswa Universitas Tokyo (Todai) bertemu di situs pencocokan tutor online.
Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Mengetahui adanya kasus menyontek saat ujian masuk universitas tanggal 15 Januari lalu, polisi Jepang pun ikut mengusut, khususnya kepada pemasok jawaban, yang dianggap melanggar UU Bisnis Jepang dikategorikan sebagai aktivitas penipuan.
"Kami masih terus menyelidiki kasus tersebut sebagai penipuan, baik si pengirim pesan (penjawab) maupun pelajar putri yang meminta jawaban mengirimkan dari ruang ujian masuk universitas," papar sumber Tribunnews.com Kamis (27/1/2022).
Selain itu, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Olahraga, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi juga menerima email konsultasi dari seseorang yang mengaku sebagai mahasiswa laki-laki di Universitas Tokyo yang mengatakan, "Saya tertipu dan mengirimkan jawaban."
Dikatakan bahwa seorang wanita pelajar SMA dan mahasiswa Universitas Tokyo (Todai) bertemu di situs pencocokan tutor online.
Saat ujian berlangsung pelajar SMA wanita mengirimkan sedikitnya 10 halaman lembar tes saat ujian berlangsung 15 Januari lalu, yang dikirimkan kepada mahasiswa Todai tersebut pakai ponsel, meminta jawaban.
Menurut seseorang yang mengetahui masalah ini, selama waktu ujian "Sejarah Dunia B" dari pukul 09:30 hingga 11:40, pelakunya pelajar SMA wanita Jepang kepada mahasiswa Todai yang dianggapnya sebagai tutor.

Pelajar SMA wanita itu pun mengomentari, "Saya ingin menguji kemampuan seorang tutor."
Pelajar SMA wanita itu mengirim gambar lembar masalah Sejarah Dunia B dalam obrolan aplikasi panggilan "Skype" dan memintanya untuk "mencoba menyelesaikannya".
Mahasiswa yang merasa tidak tahu bahwa itu adalah pertanyaan tes yang umum yang sedang berlangsung, menjawabnya.
Pada akhirnya sang mahasiswa Todai menyatakan, "Sudah semua ya?" Lalu dijawab pelajar SMA wanita dari ruang kelas, "Ya. Terima kasih".
Pelajar SMA mengaku kepada mahasiswa Todai sebagai pelajar SMA kelas dua (Red.: Pelajar berbohong) dan berusaha "menantang" kehebatan sang tutor mahasiswa Todai dengan mengirimkan soal-soal jawaban ujian masuk universitas. Da sang tutor mahasiswa Todai dalam laporan email kepada kementerian pendidikan menyatakan sama sekali tak tahu kalau pelajar SMA itu membohonginya dan bahkan merasa tertipu.
Seorang pejabat kementerian pendidikan Jepang menyatakan sangat prihatin atas kasus tersebut, "Saya pribadi mengkhususkan diri dalam sejarah dunia, jadi saya sangat kecewa jika kasus nyontek itu terjadi."
Pusat Nasional untuk Ujian Masuk Universitas mengetahui hal ini pada tanggal 15 Januari sore pada hari ujian. Dikatakan bahwa dia berkonsultasi dengan Departemen Kepolisian Metropolitan minggu lalu, mengatakan bahwa ada kemungkinan aktivitas penipuan karena laporan anonim dan posting di SNS.
Beberapa ahli pendidikan mempertanyakan, "Kok masih bisa ya menjawab di ponsel "Terima kasih" dari pelajar wanita itu, padahal pemeriksaan dan pengawasan sudah sangat ketat."
Calon peserta ujian saat masuk ke ruangan ujian harus membuat ponsel mati atau di silent mode, serta dititipkan kepada panitia, tidak boleh dibawa masuk ke ruangan ujian.
Mata pelajaran yang diujikan saat itu mengalami kebocaran adalah Bahasa Jepang Modern dan Sejarah Dunia.
Pelajar SMA itu terdaftar di situs tutor sekitar jam 7 malam pada 12 Desember 2021. Dia berharap untuk pelajaran online pada hari Sabtu dan menulis, "Saya mencari guru les" dan "Saya ingin mengadakan pelajaran percobaan pada tanggal 15 Januari."
Menurut mahasiswa Todai di tahun ketiga, tutor yang lain, ketiga dihubungi pelajar SMA wanita, mengaku sebagai siswa sekolah menengah tahun kedua mencoba mencocokkan jadwal ujian umum, dengan mengatakan, "Sejarah dunia dari pukul 11:00 hingga 12:00, dan Bahasa Jepang Modern (Kokugo Gendaibunka) dari pukul 13:00 hingga 14:00. Saya ingin meminta percobaan. Saya akan mengirimkan masalah melalui Skype, jadi tolong balas."
Mahasiswa Todai yang lain itu merasa curiga, akhirnya menolak permintaan tersebut dan tidak menghubunginya pada hari ujian.
Departemen Kepolisian MetropolitanTokyo sampai kini masih terus menyelidiki dugaan gangguan bisnis palsu tersebut.
Sementara pemerintah Jepang juga memberikan beasiswa bagi para pelajar asing. Bagi yang mau konsultasi mengenai beasiswa Jepang silakan email ke: [email protected]