Tenangkan Publik, Ukraina Sebut Invasi Rusia Tak akan Segera Terjadi
Para pemimpin Ukraina berusaha meyakinkan publik bahwa invasi Rusia tidak akan segera terjadi.
TRIBUNNEWS.COM - Para pemimpin Ukraina berusaha meyakinkan publik bahwa invasi Rusia tidak akan segera terjadi.
Namun di sisi lain, Ukraina sendiri telah bersiap akan kemungkinan tersebut dengan pasokan peralatan militer dari Amerika Serikat.
Dilansir AP News, Rusia membantah sedang merencanakan serangan terhadap Ukraina meskipun telah mengerahkan 100.000 tentara di perbatasan.
Hal ini membuat AS dan NATO meradang, hingga ikut waspada dengan kemungkinan pecahnya perang.
Sejumlah pertemuan diplomatik tidak membuahkan hasil dan ketegangan semakin meningkat di Ukraina.

Baca juga: Siap Kerahkan 8.500 Tentara, Amerika Masih Pantau Pergerakan Militer Rusia di Perbatasan Ukraina
Baca juga: Eropa-AS: Rusia Hadapi Konsekuensi Berat Jika Invasi Ukraina
NATO mengatakan, telah memperkuat pencegahannya di wilayah Laut Baltik.
Sementara itu, AS telah bersiap mengerahkan 8.500 tentara menuju Eropa untuk membantu Ukraina.
Departemen Luar Negeri telah memerintahkan keluarga semua warga Amerika di Kedutaan Besar AS di Kyiv untuk meninggalkan negara itu.
Inggris juga telah menarik beberapa diplomat dari kedutaan di sana.
Sementara itu di Ukraina, pemerintah berusaha menenangkan publik.
Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky mengatakan bahwa situasi saat ini terkendali dan masyarakat diharapkan tidak panik, Senin (24/1/2022).
Menteri Pertahanan Oleksii Reznikov di hari yang sama juga mengatakan, angkatan bersenjata Rusia belum membentuk pasukan untuk bertempur "yang akan mengindikasikan bahwa besok mereka akan melancarkan serangan."
"Ada skenario berisiko. Itu mungkin dan mungkin di masa depan," kata Reznikov kepada saluran ICTV Ukraina, Senin.

"Tapi mulai hari ini, ancaman seperti itu tidak ada."
"Sampai hari ini, kami tidak melihat alasan untuk pernyataan tentang serangan skala penuh di negara kami," ujar Oleksiy Danilov, sekretaris Dewan Keamanan dan Pertahanan Nasional Ukraina.