Intelijen Amerika Prediksi Rusia Invasi Ukraina pada Awal 2022: Putin Menyangkal, Biden Mengancam
AS menyebut rencana penyerangan Rusia ke Ukraina ini melibatkan sekitar 175 personel militer.
TRIBUNNEWS.COM, MOSKOW - Hubungan Rusia dan blok barat, terutama Amerika Serikat kian memanas.
Eskalasi kedua negara terjadi terkait potensi invasi militer Rusia ke Ukraina.
Intelijen Amerika Serikat menyebutkan bahwa Negeri Beruang Merah berencana melancarkan operasi penyerangan ke negara tetangganya paling cepat awal tahun depan.
AS menyebut rencana penyerangan Rusia ke Ukraina ini melibatkan sekitar 175 personel militer.
Dalam beberapa pekan terakhir, negara-negara anggota NATO mengungkapkan bahwa Rusia terus meningkatkan jumlah personel militernya di dekat perbatasan Ukraina.
Penumpukan pasukan itu dikhawatirkan sebagai indikasi akan adanya invasi. Moskow membantah tuduhan tersebut.
Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan kepada Perdana Menteri Inggris Boris Johnson pada hari Senin (13/12/2021) bahwa anggota aliansi militer NATO mengancam Rusia dengan memperluas aktivitas di Ukraina.
Moskow mengatakan perluasan keanggotaan NATO mengancam Rusia dan telah melanggar jaminan yang diberikan kepadanya ketika Uni Soviet runtuh pada 1991.
"Vladimir Putin memberikan garis besar rinci tentang evaluasi utamanya tentang situasi saat ini di sekitar Ukraina," kata Kremlin tentang panggilan telepon dengan Johnson.
"Digarisbawahi bahwa semua ini terjadi dengan latar belakang 'ekspansi' militer aktif di wilayah Ukraina oleh negara-negara NATO yang menciptakan ancaman langsung terhadap keamanan Rusia," kata Kremlin.
Baca juga: Presiden Biden Ingatkan Sanksi Amerika Serikat Jika Rusia Serang Ukraina: Ini Jawaban Presiden Putin
Johnson memperingatkan Putin bahwa setiap tindakan destabilisasi terhadap Ukraina akan menjadi kesalahan strategis dengan konsekuensi yang signifikan, kata Downing Street.
AS Mengancam
Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengancam Presiden Rusia Vladimir Putin terkait konflik Ukraina-Rusia.
Biden mengatakan kepada Putih bahwa Rusia akan membayar "harga yang mengerikan" dan menghadapi konsekuensi kehancuran ekonomi jika menginvasi Ukraina.
Seperti dilansir Reuters, Minggu (12/12/2021), Biden menyebut kemungkinan akan mengirim pasukan tempur darat AS ke Ukraina jika terjadi invasi Rusia.
"Saya menjelaskan kepada Presiden Putin... bahwa jika dia menyerang Ukraina, konsekuensi ekonominya akan hancur," kata Biden di hadapan wartawan setelah berkomentar tentang tornado di AS, Sabtu (11/12/2021).
Sebelumnya, Biden sempat terlibat pembicaraan secara virtual dengan Putin pada awal pekan ini.
Biden telah menjelaskan kepada pemimpin Rusia tersebut soal posisi Rusia di dunai akan berubah "secara signifikan" jika terjadi serangan ke Ukraina.
Biden janji memberikan dukungan sambil menjanjikan bantuan AS jika Moskow menyerang.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengeluarkan pernyataan berterima kasih kepada Biden atas dukungan kuatnya dalam panggilan telepon yang berlangsung sekitar satu setengah jam pada Kamis (9/12/2021).
Sementara, Gedung Putih mengatakan Biden menegaskan kembali komitmen teguh Amerika Serikat terhadap kedaulatan dan integritas teritorial Ukraina.
42 pesawat dan drone mata-mata milik negara asing dalam seminggu
Di tengah ketegangan Moskow dan "rekan-rekan" mereka dari Barat, Radar Rusia berhasil melacak lebih dari 40 pesawat dan drone mata-mata milik negara asing dalam seminggu terakhir.
Semuanya tercatat mendekati wilayah perbatasan Rusia.
Media Kementerian Pertahanan Rusia, Krasnaya Zvezda, pada hari Senin (13/12) melaporkan bahwa semua kunjungan asing tersebut berhasil dilacak oleh stasiun radar Rusia.
Dilansir dari TASS, infografis Krasnaya Zvezda menunjukkan adanya 34 pesawat mata-mata asing dan 8 pesawat tak berawak melakukan pengintaian udara di sepanjang perbatasan negara Rusia dalam seminggu terakhir.
Baca juga: Negara Barat Bertekad Dukung Ukraina Hadapi Ancaman Rusia
Meskipun demikian, surat kabar kementerian tersebut tidak merinci asal pesawat dan drone pengintai yang mendekati wilayah Rusia.
Besar kemungkinan semuanya datang dari negara-negara Barat seperti AS dan sekutunya yang tergabung di NATO.
Merespons kehadiran armada pengintai, jet tempur militer Rusia sempat memberikan peringatan melalui reaksi cepat pada tiga kesempatan dalam seminggu terakhir.
Tiga peringatan tersebut diberikan kepada pesawat yang terbang terlalu dekat dengan perbatasan.
Surat kabar Krasnaya Zvezda memastikan tidak ada satu pun pelanggaran perbatasan dalam seminggu terakhir, meskipun intensitas kunjungan terbilang sangat tinggi.
Pada seminggu terakhir pula, Rusia juga dikabarkan mulai mengirimkan armada pesawat pencegat MiG-31 dan pengangkut personel lapis baja BTR-82AM ke pasukan militernya.
Tambahan alutsista ini merupakan bagian dari rencana pengadaan pertahanan hingga akhir tahun ini.
Mikoyan MiG-31 adalah pesawat tempur pencegat yang Rusia kembangkan untuk menggantikan MiG-25 "Foxbat". Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) menjuluki MiG-31 dengan sebutan Foxhound.
Pesawat MiG-31 telah bekerja cukup sibuk setidaknya dalam satu tahun terakhir.
Pesawat tempur ini kerap mencegat pesawat pengintai milik AS dan negara Eropa lainnya.
Selain MiG-31, militer Rusia juga kerap menugaskan Sukhoi Su-27 untuk melakukan pencegatan dan pengawalan pesawat asing.
Ukraina izinkan pasukan asing
Parlemen Ukraina pada hari Selasa (14/12) menyetujui rancangan undang-undang yang mengizinkan pasukan asing untuk ikut serta dalam latihan militer dalam negerinya.
Langkah ini sangat berpotensi membuat Rusia marah.
Dilansir dari Reuters, rancangan undang-undang tersebut mengatur rencana 10 latihan militer besar di tahun 2022.
Rancangan aturan ini diajukan langsung oleh Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy.
Kepada parlemen, Wakil Menteri Pertahanan Ukraina Anatoliy Petrenko mengatakan, ada 21.000 warga Ukraina dan 11.500 personel militer dari AS, Inggris, Polandia, Rumania dan negara-negara lain akan berpartisipasi dalam latihan di darat, di laut dan di udara.
"Latihan multinasional di wilayah tersebut akan membantu memperkuat kemampuan pertahanan nasional dan mendukung upaya politik dan diplomatik untuk menjaga stabilitas di kawasan," ungkap Petrenko.
Di tengah memanasnya hubungan dengan Rusia, Ukraina dalam setahun terakhir semakin rajin menjalin kerja sama militer dengan negara-negara Barat.
Ukraina juga masih terus berusaha agar bisa bergabung dengan NATO.
Upaya Ukraina ini jelas memicu respons keras dari Rusia, membuat hubungan keduanya semakin buruk.
Peningkatan aktivitas militer juga meningkatkan risiko perang terbuka antara kedua tetangga tersebut.
Ukraina menuduh Rusia mengerahkan sekitar 90.000 tentara di sepanjang perbatasan mereka.
Rusia meyakinkan bahwa manuvernya murni memiliki tujuan defensif.
Rusia juga menegaskan bahwa pihaknya memiliki hak untuk memindahkan pasukan di sekitar wilayahnya sendiri sesuka hati.
Pada peringatan hari tentara nasional Ukraina tanggal 6 Desember lalu, Presiden Zelenskiy mengatakan bahwa militernya telah siap untuk melawan serangan Rusia.
"Prajurit Angkatan Bersenjata Ukraina terus memenuhi misi terpenting mereka, yaitu untuk mempertahankan kebebasan dan kedaulatan negara dari agresor Rusia. Tentara Ukraina yakin dengan kekuatannya dan mampu menggagalkan rencana penaklukan musuh," kata Zelenskiy, seperti dikutip Reuters.
Sebagian berita ini tayang di Kontan dengan judul: Putin beritahu PM Inggris Boris Johnson bahwa NATO mengancam Rusia dari Ukraina