Virus Corona
Protes Pembatasan Covid-19 Musim Dingin, Kerusuhan Melanda Eropa, dari Belanda hingga Austria
Kerusuhan dan aksi protes melanda seluruh Eropa. Hal ini terkait dengan kemarahan warga atas pembatasan kegiatan Covid
TRIBUNNEWS.COM, LONDON - Kerusuhan dan aksi protes melanda seluruh Eropa. Hal ini terkait dengan kemarahan warga atas pembatasan kegiatan Covid-19 yang baru di musim dingin.
Melansir Business Insider, aksi protes terbaru ini sedang berlangsung di seluruh Eropa sebagai tanggapan terhadap pembatasan musim dingin.
Telah terjadi aksi demonstrasi di kota-kota besar di seluruh Eropa yang menentang aturan dan persyaratan baru terkait pembuktian vaksinasi.
Baca juga: Sampaikan Kondisi Pandemi Covid-19 Global, Menkes: Eropa Meningkat, Indonesia harus Waspada
Bahkan, tak jarang aksi demonstrasi itu berujung pada kekerasan dan penangkapan atau berubah menjadi kerusuhan.
Aksi demonstrasi terkait virus corona bukanlah hal baru di Eropa. Masyarakat melakukan protes untuk menentang penguncian dan pembatasan pada tahun 2020, dan protes berlanjut hingga tahun ini.
Ini karena pemerintah negara Eropa memberlakukan aturan di mana setiap masyarakat harus menunjukkan bukti vaksinasi jika ingin mengakses tempat-tempat publik.
Akan tetapi, para pengunjuk rasa kini membidik pembatasan baru yang mulai diberlakukan pada awal musim dingin yang bertujuan untuk mengurangi gelombang Covid-19 musim dingin dan semakin beratnya beban sistem kesehatan di wilayah tersebut.
Berdasarkan laporan Reuters, ratusan orang melakukan kerusuhan di Rotterdam, Belanda, pada hari Jumat, dengan tiga orang dirawat di rumah sakit setelah polisi menembakkan peluru.
Dalam kejadian itu, 51 orang ditangkap. Mereka berdemonstrasi menentang proposal pemerintah yang ingin memberlakukan aturan di mana setiap orang harus menunjukkan bukti bahwa mereka telah divaksinasi, baru saja pulih dari Covid-19, atau memiliki hasil tes negatif.
Ahmed Aboutaleb, walikota Rotterdam, mengatakan aksi protes itu menjadi "pesta kekerasan".
BBC melaporkan, kekerasan baru meletus di kota Belanda lainnya, Den Haag, pada hari Sabtu, ketika pengunjuk rasa melemparkan kembang api dan membakar sepeda. Di sisi lain, polisi bersenjata tongkat menggunakan kuda dan anjing untuk mengendalikan kerusuhan. Sedikitnya tujuh orang juga ditangkap.
Reuters memberitakan, di Wina, Austria, puluhan ribu orang memprotes pembatasan baru dan rencana pemerintah untuk mewajibkan vaksinasi Covid-19 pada Februari tahun depan. Pemerintah mengatakan langkah itu diperlukan karena negara itu tidak memiliki tingkat vaksinasi yang cukup tinggi.
Ribuan orang memprotes di Zagreb, Kroasia, menentang rencana kebijakan kewajiban vaksin bagi pegawai sektor publik, menurut BBC.
Aksi yang sama juga terjadi di Italia. Il Messaggero melaporkan, ribuan orang berkumpul di Milan dan ribuan lainnya berkumpul di Roma. Mereka memprotes "green pass" negara itu, yakni sertifikat yang membuktikan seseorang telah divaksinasi, dites negatif, atau pulih dari Covid-19.
Protes Anti Lockdown COVID-19 Meluas di Eropa: Belanda, Belgia, Prancis, Austria

Protes menentang pembatasan COVID-19 berlanjut di Belanda untuk hari ketiga secara berturut-turut pada Minggu (21/11). Polisi mengeluarkan perintah darurat di Enschede, kota dekat perbatasan Jerman.
Para pengunjuk rasa menyalakan kembang api dan merusak properti di kota-kota - Groningen dan Leeuwarden di utara Belanda, Enschede di timur, dan Tilburg di selatan, pada Minggu malam. Sedikitnya 130 orang telah ditangkap sejak protes dimulai, kata polisi.
Sebuah pertandingan sepak bola di Leeuwarden sempat terganggu setelah para pendukung yang dilarang menonton pertandingan karena pembatasan COVID-19, melemparkan kembang api.
Di Rotterdam, kota terbesar kedua di Belanda, polisi menangkap 26 orang pada Minggu (21/11) setelah para penonton sebuah pertandingan menjadi gaduh. Orang-orang menyerang polisi, melemparkan tempat sampah, dan menyalakan kembang api.
Tetapi protes itu jauh lebih ringan daripada yang meletus di Rotterdam pada Jumat (19/11) malam dan Den Haag pada Sabtu (20/11).
Belanda memberlakukan penguncian parsial pada 13 November, dan sedang mempertimbangkan aturan yang lebih ketat untuk warga yang tidak divaksinasi di area publik.
Belgia
Ribuan orang memprotes aturan pembatasan COVID-19 di pusat kota Brussels pada Minggu (21/11).
Mereka terutama berdemonstrasi menentang persyaratan oleh pemerintah agar masyarakat menunjukkan sertifikat vaksin di tempat umum, seperti restoran.
Sekitar 35.000 orang turun ke jalan di Brussels pada Minggu (21/11), kata polisi. Tetapi mayoritas telah bubar sebelum protes berkembang menjadi kekerasan.
Menjelang malam, pengunjuk rasa mulai menghancurkan mobil dan membakar tempat sampah. Polisi akhirnya merespons dengan menggunakan meriam air dan gas air mata untuk meredakan situasi.
Kepala Biro DW Brussels, Alexandra von Nahmen, mengatakan dia bisa mencium bau gas air mata saat dia berjalan ke tempat kerja.
Tiga pejabat polisi dan satu demonstran terluka dalam bentrokan itu, kata seorang juru bicara polisi. Sekitar 42 pengunjuk rasa ditahan, dan dua lainnya ditangkap.
Infeksi COVID-19 meningkat pada kecepatan yang mengkhawatirkan di Belgia dalam beberapa pekan terakhir. Belgia mencatat rata-rata lebih dari 12.000 infeksi baru per hari.
Meskipun 75% dari populasi sudah divaksinasi di seluruh Belgia, situasinya jauh lebih buruk di ibu kota di mana hanya 57% yang sudah divaksinasi penuh, kata kepala biro DW Brussels.
Prancis
Wilayah luar negeri Prancis di Guadeloupe dilanda penjarahan dan kerusuhan pada malam ketiga protes, dengan pengunjuk rasa bersenjata menembaki polisi dan petugas pemadam kebakaran, kata pihak berwenang pada Minggu (21/11).
Polisi menangkap 38 orang saat pengunjuk rasa masuk ke mobil dan membakar kendaraan. Mereka juga menghancurkan apotek, kata Alexandre Rochatte, petugas keamanan Guadeloupe, yang mewakili pemerintah Prancis, dalam sebuah pernyataan.
Wilayah ini telah diguncang oleh protes selama seminggu, dengan orang-orang menuntut diakhirinya mandat pemerintah tentang vaksinasi wajib bagi petugas kesehatan, serta mencari dukungan untuk kenaikan harga bahan bakar.
Juru bicara pemerintah, Gabriel Attal, mengatakan kepada radio Europe 1 bahwa situasi saat ini tidak dapat "diterima atau ditoleransi."
Prancis mengerahkan pasukan khusus ke kepulauan Karibia, yang tiba pada Minggu (21/11). Perdana Menteri Jean Castex juga dijadwalkan bertemu pada Senin (22/11) di Paris dengan para pejabat Guadeloupe.
Hampir 70% populasi daratan Prancis sudah divaksinasi lengkap, sedangkan di Guadeloupe porsinya kurang dari 50%.
Austria

Puluhan ribu orang juga melakukan unjuk rasa di ibu kota Austria, Wina, setelah pemerintah mengumumkan lockdown nasional baru yang berlaku mulai Senin (22/11). Pemerintah Austria mengumumkan aturan itu untuk menahan lonjakan infeksi COVID-19. Pemerintah setempat juga berencana untuk membuat vaksinasi menjadi wajib pada Februari 2022. Austria adalah negara Eropa pertama yang membuat vaksinasi sebagai persyaratan hukum.
pkp/yf (Reuters, AP)
Sebagian artikel ini sudah tayang di KONTAN dengan judul Kerusuhan dan demonstrasi melanda Eropa, marah soal pembatasan Covid-19 musim dingin