Sabtu, 4 Oktober 2025

Dicari Pengadilan Kriminal International, Putra Muammar Khaddafi Mencalonkan Diri Jadi Presiden

Putra mantan pemimpin Libya Muammar Khaddafi, Saif al-Islam Khaddafi, mencalonkan diri dalam pemilihan presiden yang akan berlangsung Desember nanti

Editor: hasanah samhudi
FB Komisi Pemilihan Nasional Libya/AFP
Saif al-Islam Khaddafi (kiri), putra Muammar Khaddafi, Minggu (14/11/2021), mendaftarkan sebagai calon presiden ke komisi pemilihan presiden yang akan berlangsung Desember mendatang. 

Ambisinya mengejar kursi presiden pun diperumit oleh kasus peradilan in absentia oleh pengadilan Tripoli terhadap dirinya pada 2015. Saat itu ia muncul melalui tautan video dari Zintan.

Dia dijatuhi hukuman mati karena kejahatan perang, termasuk pembunuhan pengunjuk rasa selama pemberontakan satu dekade lalu, tetapi kemudian diampuni.

Dia juga dicari oleh Pengadilan Kriminal Internasional atas tuduhan kejahatan terhadap kemanusiaan.

Ibrahim Fraihat, seorang profesor resolusi konflik di Doha Institute, mengatakan Saif al-Islam Khaddafi memiliki beberapa dukungan di antara mantan loyalis rezim, dan juga dalam kekuatan suku tertentu.

“Saya pikir dia tidak berpeluang untuk memenangkan pemilihan ini, saya pikir ia juga menyadari ia tidak memiliki peluang,” tambah Fraihat.

Baca juga: Erdogan: Libya Minta Bantuan, Turki Akan Segera Kirim Pasukan

Baca juga: Mantan Perdana Menteri Libya Mahmoud Jibril Meninggal Dunia karena Virus Corona

“Ini pesan politik darinya, bahwa ia kembali ke panggung politik dan turut ambil bagian, dan bahwa  dia dapat mencalonkan diri dalam pemilihan dan dia mengabaikan permintaan Pengadilan Kriminal Internasional agar dia diserahkan,” katanya.

Dididik di London School of Economics dan fasih berbahasa Inggris, Saif al-Islam Khaddafi pernah dilihat oleh banyak pemerintah sebagai wajah Libya yang dapat diterima dan ramah Barat, dan kemungkinan pewaris.

Tetapi ketika pemberontakan pecah pada tahun 2011 melawan pemerintahan lama Muammar Khaddafi, Saif al-Islam segera memilih kesetiaan keluarga dan klan daripada banyak persahabatannya di Barat.

“Kami berjuang di sini di Libya; kita mati di sini di Libya,” katanya ke Reuters. (Tribunnews.com/Aljazeera/Hasanah Samhudi)

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved