Penanganan Covid
Australia-AS Teliti Vaksin Tambalan di Kulit Untuk Atasi Covid-19, Tak Perlu Jarum Suntik
Peneliti Australia-AS menemukan vaksin Covid-19 yang ditambal di kulit tikus memberikan hasil menjanjikan, dan akan diuji klinis pada April 2022
Pertama, tambalan dalam kondisi kering akan membuat vaksin stabil setidaknya selama 30 hari pada 25 derajat Celcius dan satu minggu pada 40 derajat Celcius, dibandingkan dengan beberapa jam pada suhu kamar untuk vaksin Moderna dan Pfizer.
Baca juga: Studi: Negara Miskin Kesulitan Dapat Vaksin Covid-19, Negara Kaya Justru Kelebihan 1,2 Miliar Dosis
Baca juga: Studi di Amerika: Vaksin mRNA Covid-19 Tidak Terkait Dengan Keguguran
Ini menawarkan keuntungan besar terutama bagi negara-negara berkembang.
Kedua, sangat mudah digunakan. "Anda tidak perlu membutuhkan profesional medis yang sangat terlatih untuk menggunakannya,” kata Muller.
Burak Ozdoganlar, seorang profesor teknik di Universitas Carnegie Mellon di Pittsburgh AS, juga telah mengerjakan teknologi tersebut sejak 2007.
Dia melihat keuntungan lain: "Kurangnya jumlah vaksin yang dikirim secara tepat ke kulit dapat mengaktifkan respon imun yang mirip dengan injeksi intramuskular," katanya kepada AFP.
Ini adalah faktor penting karena negara berkembang berjuang untuk mendapatkan cukup vaksin Covid-19.
Baca juga: Hasil Studi Temukan Varian Alpha Sebarkan Virus Lebih Banyak ke Udara Dibandingkan Versi Aslinya
Baca juga: Studi Baru Klaim Covid-19, Tidak Berasal dari Gua di China
Ozdoganlar dapat memproduksi sekitar 300-400 tambalan sehari di labnya, tetapi belum dapat mengujinya pada vaksin mRNA, yang telah muncul selama pandemi, karena ia belum diizinkan oleh Pfizer atau Moderna.
Tambalan yang digunakan dalam penelitian ini dibuat oleh perusahaan Australia Vaxxas. Uji klinis pada manusia diharapkan berlangsung April tahun depan.
Dua perusahaan Amerika lainnya terlibat, yaitu Micron Biomedical dan Vaxess.
Vaksin Covid-19 yang mereka gunakan diproduksi oleh perusahaan Medigen, yang sudah resmi di Taiwan.
Tantangan utama saat ini adalah produksi, karena belum ada produsen yang mampu membuat patch yang cukup secara massal.
Baca juga: Studi: Vaksinasi Covid-19 Dua Dosis Dapat Kurangi Risiko Rawat Inap jika Terpapar Corona
"Jika Anda ingin membuat vaksin, Anda harus menghasilkan ratusan juta," kata CEO Vaxess, Michael Schrader. "Kami tidak memiliki skala itu sampai hari ini - tidak ada yang benar-benar memiliki skala itu."
"Ini masa depan, menurut saya, tidak bisa dihindari," kata Schrader. "Saya pikir Anda akan melihat selama 10 tahun ke depan, ini (akan) secara dramatis membentuk kembali cara kita mendapatkan vaksin di seluruh dunia." (Tribunnews.com/CNA/Hasanah Samhudi)