Jumat, 3 Oktober 2025

Pemimpin Pengungsi Rohingya, Mohibullah, Ditembak Mati di Bangladesh

Pemimpin pengungsi Rohingya, Mohibullah, tewas di sebuah kamp di Bangladesh, Rabu (29/9/2021), setelah ditembak mati oleh pria bersenjata.

observerbd.com
Pemimping pengungsi Rohingya, Mohibullah - Mohibullah tewas di sebuah kamp di Bangladesh, Rabu (29/9/2021) setelah ditembak mati oleh pria bersenjata. 

Dia muncul sebagai pemimpin utama pengungsi Rohingya.

Selain itu, Mohibullah juga menjadi juru bicara yang mewakili para pengungsi dari negara tetangga Myanmar dalam pertemuan internasional.

Pria berusia 50 tahun itu datang ke Bangladesh pada 2017 ketika sekitar 700.000 pengungsi melarikan diri dari Myanmar.

Ia datang saat terjadi kekerasan yang diduga dilakukan oleh tentara Myanmar.

Pada 2019, ia mewakili para pengungsi dalam kunjungan ke Gedung Putih untuk pertemuan dengan Presiden AS saat itu, Donald Trump.

Pertemuan itu membahas tentang kebebasan beragama, di mana ia mengangkat poin tentang penderitaan dan penganiayaan yang dihadapi oleh Muslim Rohingya di Myanmar.

Pengungsi Rohingya di kompleks SKB Bireuen
Pengungsi Rohingya di kompleks SKB Bireuen (SERAMBINEWS.COM/YUSMANDIN IDRIS)

Namun, dia dikritik keras oleh media Bangladesh pada tahun yang sama setelah dia memimpin rapat umum 200.000 pengungsi untuk memperingati ulang tahun kedua penumpasan oleh militer Myanmar.

Sekitar 700.000 orang Rohingya melarikan diri ke kamp-kamp di Cox's Bazar setelah Agustus 2017.

Saat itu militer di Myanmar memulai tindakan keras terhadap kelompok Muslim, menyusul serangan oleh pemberontak.

Tindakan keras itu termasuk pemerkosaan, pembunuhan, serta pembakaran ribuan rumah, dan disebut pembersihan etnis oleh kelompok hak asasi global dan PBB.

Dalam sebuah pernyataan, Meenakshi Ganguly, direktur Asia Selatan di Human Rights Watch, mengatakan Mohibullah adalah suara penting bagi komunitas Rohingya.

“Dia selalu membela hak-hak Rohingya untuk kembali ke negaranya dengan aman dan bermartabat."

"Dia memiliki suara dalam keputusan mengenai kehidupan dan masa depan Rohingya."

"Pembunuhannya adalah demonstrasi nyata dari risiko yang dihadapi oleh orang-orang yang berbicara demi kebebasan dan menentang kekerasan,” kata Ganguly.

Baca juga: Pemerintah Militer Myanmar Tidak Punya Rencana Vaksinasi Etnis Rohingya

Baca juga: Kehidupan Memilukan Etnis Rohingya yang Termarjinalkan di Negara Sendiri Saat Pandemi Covid-19

Ganguly juga mengatakan kematian Mohibullah dapat merusak upaya pengungsi Rohingya untuk kembali ke Myanmar secara selamat.

Halaman
123
Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved