Sabtu, 4 Oktober 2025

Dunia di Bawah Ancaman Krisis Ekonomi, 2 Hal Ini Penyebabnya

Dalam beberapa hari terakhir dunia dibayangi ancaman krisis ekonomi. Dua hal utama dianggap bisa jadi penyebabnya.

Editor: Hasanudin Aco
Shutterstock
Ilustrasi krisis ekonomi di tengah pandemi 

Namun demikian, yang menjadi pertanyaan kali ini adalah bagaimana dan kapan pemerintah China bakal mengendalikan situasi dan mengumumkan rencana untuk melakukan restrukturisasi terhadap Evergrande Group.

Tak sedikit pula investor yang pesimistis pemerintah China bakal melakukan penyelamatan terhadap Evergrande.

"Setiap orang mengharapkan pemerintah akan memberikan resolusi yang baik, sebab Evergrande merupakan perusahaan yang penting secara sistemik," ujar Chief Investment Officer Rockefeller Global Family Office Jimmy Chang.

Baca juga: Risiko Gagal Bayar Bisa Picu Krisis Keuangan, Menkeu AS Kembali Dorong Kongres Naikkan Batas Utang

Secara keseluruhan, Evergrande memiliki kewajiban berupa utang sebesar 300 miliar dollar As atau sekitar Rp 4.260 triliun (kurs Rp 14.200).

Sampai dengan akhir pekan, total utang yang jatuh tempo diperkirakan lebih dari 100 juta dollar AS atau sekitar Rp 1,4 triliun.

"Terdapat risiko penularan bila masalah Evergrande di China tidak terselesaikan. Saya pikir akan ada perusahaan pelat merah dengan kondisi keuangan yang baik yang bakal mengambil alih (Evergrande Group)," ujar dia.

Beberapa pihak menilai, krisis Evergrande tak bakal menyebabkan krisis keuangan, seperti krisis Lehman Brothers pada tahun 2008 lalu.

Namun, risiko Evergrande bakal menyebabkan gejolak baru di perekonomian sangat mungkin terjadi.

Chang menilai, pemerintah China perlu bertindak cepat karena krisis Evergrande telah berdampak pada sentimen, setelah sebelumnya tak dianggap sebagai masalah oleh investor di pasar global.

"Ramalan (mengenai dampak Evergrande ke pasar global) bisa saja terjadi. Masalah likuiditas ini, real estate adalah bisnis yang sangat penting bagi ekonomi China serta kemampuan keuangan di banyak keluarga China. Kepemilikan rumah di China lebih dari 90 persen," ujar Chang.

"Banyak orang di China membeli apartemen sebagai investasi, sehingga bila ini tak segera diatasi akan memberikan mimpi buruk," ujar dia.

Fakta bahwa ekonomi China begitu besar membuat krisis akibat permasalahan likuiditas yang dialami Evergrande sangat mungkin berdampak pada perekonomian dunia.

"Bila China memiliki masalah serius yang diakibatkan oleh Evergrande, maka seluruh dunia akan terkena dampaknya," ujar Chang.

Dampaknya ke Indonesia

Kepala ekonom BRI Danareksa Sekuritas Telisa Aulia Falianty mengatakan, memang dampak secara langsung dari kasus ini ke perekonomian Indonesia tak besar. Namun, dampak tidak langsungnya yang perlu diwaspadai.

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved