Jumat, 3 Oktober 2025

Kisah Wanita Afghanistan Melahirkan di Tengah Keterbatasan, Bidan Sebut sebagai Pengalaman Terburuk

Salah satu warga perempuan Afghanistan, Rabia harus melahirkan dalam kondisi sangat terbatas. Keterbatasan tersebut akibat penguasaan oleh Taliban.

Editor: Daryono
bbc.com
Salah seorang wanita Afghanistan, Rabia telah melahirkan anaknya ditemani bidan yang bernama Abida. 

TRIBUNNEWS.COM - Cerita memilukan terjadi di tengah kondisi Afghanistan yang tidak menentu.

Seorang warga Afghanistan bernama Rabia terpaksa melahirkan anaknya dalam kondisi yang memprihatinkan.

Dirinya melahirkan di rumah sakit sekitar provinsi Nangrahar, Afghanistan.

Dikutip dari BBC, ia melahirkan dengan kondisi tanpa adanya makanan dan obat-obatan.

“Ini adalah kelahiran anak ketiga saya tetapi perasaanku begitu berbeda.”

Baca juga: Aturan Taliban, Pejabat Sebut Wanita Afghanistan Hanya Boleh Bekerja jadi Petugas Kebersihan Toilet

Baca juga: Pangeran Harry Ungkap Pesan Kakeknya Sebelum Dia Berangkat Dinas Militer di Afghanistan

“Begitu menyedihkan,” ungkapnya.

Keterbatasan itu juga dirasakan oleh bidan yang menangani Rabia, Abida.

Dia menceritakan bahwa suasana rumah sakit begitu panas karena suhu mencapai 43 derajat celcius.

Abida juga menambahkan bahwa penyebabnya adalah diputusnya aliran listrik dan tidak adanya bahan bakar untuk menyalakan generator.

Selain itu, penanganan yang dilakukannya juga hanya dibekali sebuah senter dari ponsel miliknya.

Masih dikutip dari sumber yang sama, Abida menganggap bahwa penanganan kelahiran pada Rabia adalah pengalaman terburuknya.

“Ini merupakan salah satu pengalaman terburuk saya selama menjadi seorang bidan,”.

“Ini terlalu menyakitkan namun seperti inilah cerita kami setiap harinya di rumah sakit setelah Taliban menguasai,” ceritanya.

Di lain sisi, kelahiran anak dari Rabia merupakan suatu keberuntungan. 

Anaknya lahir dalam kondisi baik begitu pula dirinya.

Rabia dirawat selama tiga hari di rumah sakit dan boleh pulang setelahnya.

Dikutip dari BBC, Afghanistan merupakan salah satu negara terburuk dalam masalah laju kematian saat melahirkan pada penduduknya.

World Health Organization atau WHO membeberkan data bahwa negara tersebut memiliki angka kematian 638 wanita meninggal tiap 10 ribu kelahiran anak. 

Executive Director United Nations Population Fund (UNFPA), Natalia Kanem pun mengatakan kejadian tentang kematian wanita melahirkan menjadi prioritas utama.

“Terdapat perasaan putus asa terhadap kasus ini namun saya tetap harus menghadapinya,” ungkapnya.

Baca juga: Taliban Bubarkan Kementerian Urusan Perempuan di Afghanistan

UNFPA pun memperkirakan, tanpa penanganan yang konkret terhadap wanita maka dapat dipastikan terjadi kematian lebih banyak.

Nakem mengungkap terjadi kematian tambahan sebanyak 51 ribu wanita dan 4,8 juta kelahiran tanpa penanganan sesuai medis antara tahun 2021 hingga 2025.

Hal senada juga diungkapkan mantan menteri kesehatan Afghanistan, Wahid Majrooh.

Dirinya menganggap bahwa penyebab banyaknya kematian karena fasilitas kesehatan yang hancur di seluruh Afghanistan.

“Fasilitas kesehatan di seluruh Afghanistan telah hancur.”

“Akibatnya, rasio kematian karena melahirkan dan kematian anak akan terus meningkat,”ujarnya. 

Masalah-masalah yang terjadi salah satunya disebabkan Taliban memblokir seluruh pasokan dari luar termasuk bantuan kesehatan.

Bahkan terdapat kasus ketika WHO sangat sulit untuk menyalurkan bantuan dana kepada Taliban dan medis bagi warga di bandara Kabul.

Isu terhadap perempuan setelah penguasaan oleh Taliban tidak hanya berhenti sampai pada kematian karena melahirkan saja.

UNFPA menilai ada isu lain terkait wanita seperti kelaparan, kecemasan terhadap anak karena tidak boleh ke sekolah, serta paksaan untuk menikahi para militan yang dihadapi wanita muda.

“Jika kamu ibu muda, kesempatan dirimu hidup menipis seketika,” ungkap Kanem.

Baca juga: 7 Orang Tewas dan 30 Terluka karena Ledakan di Dua Kota Afghanistan, Diduga Ulah ISIS-K

Peraturan Taliban: Dokter Harus Wanita dan Tidak Boleh Keluar Rumah

Permasalahan lain yang dihadapi di bidang kesehatan oleh Afghanistan adalah persyaratan bahwa dokter harus wanita.

Masih dikutip dari BBC, ada seseorang bidan yang tak ingin dipublikasikan namanya mengungkapkan temuan tentang persyaratan tersebut.

Dia mengatakan, dokter pria yang akan memeriksa wanita akan langsung disiksa oleh pasukan Taliban.

Ia juga menambahkan terdapat satu kasus di timur Afghanistan yang serupa dengan yang dikatakan sebelumnya.

“Jika pasien wanita tidak dapat menemui dokter dengan jenis kelamin yang sama, maka dokter pria hanya dapat melihatnya tanpa boleh menanganinya.” katanya.

Kasus lain juga dihadapi oleh wanita di Afghanistan.

Salah satu warga Afghanistan, Zarmina menceritakan ketika dirinya tidak boleh keluar rumah tanpa ditemani suaminya.

Padahal dirinya dalam kondisi hamil tua dan membutuhkan konsultasi kepada dokter.

“Suami saya harus bekerja untuk keluarga lalu mengapa harus memintanya untuk menemani ke rumah sakit?” kata Zarmina.

Baca juga: Cerita Sejumlah Penyanyi Afghanistan yang Kabur dari Taliban, Takut Dieksekusi Bila Tidak Pergi

Peraturan yang dialami Zarmina memberikan dampak terhadap proses konsultasi terhadap kandungan.

Sehingga dimungkinkan akan semakin bertambah kematian wanita akibat peraturan dari Taliban tersebut.

(Tribunnews.com/Yohanes Liestyo Poerwoto)

Artikel terkait Afghanistan

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved