Minggu, 5 Oktober 2025

Taliban: Dulu melarang internet dan hancurkan pesawat televisi dan kamera, sekarang sangat aktif manfaatkan media sosial

Saat berkuasa di Afghanistan pada pertengahan 1990-an, Taliban melarang internet. Kini, mereka sangat aktif menggunakan media sosial untuk mempromosikan

Khosty juga mengungkapkan akun beberapa anggotanya sudah punya puluhan ribu pengikut. Semua anggota diinstruksikan "jangan mengomentari isu-isu kebijakan luar negeri negara-negara tetangga yang bisa mengganggu hubungan kita dengan mereka."

Di masa lampau, Taliban dikenal bersikap sangat tertutup mengenai identitas pimpinan dan para pejuang mereka.

Tidak heran bila foto pendiri Taliban, Mullah Omar, sangat langka.

Kini, dalam upaya mendapat legitimasi internasional, pimpinan mereka tidak hanya tampil di depan media massa, namun mereka juga dipromosikan di medsos.

Setelah selama tidak tampil secara terbuka, Zabihullah Mujahid sebagai juru bicara Taliban tampil di acara jumpa pers setelah jatuhnya Kabul ke tangan mereka. Tidak hanya itu, akun-akun Taliban di Twitter pun berganti tampilan profil mereka dengan foto Mujahid.

Sebaliknya, banyak warga Afghanistan yang pernah bekerja untuk pasukan internasional, organisasi dan media asing, serta pihak-pihak yang kritis atas Taliban di media sosial kini malah membekukan akun mereka, khawatir nanti bakal menjadi target.

Para pegiat hak asasi manusia dari Amnesty International dan Human Rights Watch mengungkapkan telah menerima laporan-laporan kelompok Taliban tengah memburu dan diduga membunuh orang-orang sebagai pembalasan.

Sementara itu, Facebook telah meluncurkan fitur "sekali klik" bagi warga di Afghanistan agar bisa dengan cepat mengunci akun mereka, mencegah siapapun yang tidak masuk dalam daftar pertemanan untuk mencari informasi lebih detail atas pemilik akun.

Platform itu juga mengumumkan untuk sementara menghapus fitur yang dapat melihat dan mencari daftar "teman" untuk akun-akun di Afghanistan.

Pertanyaannya adalah apakah Taliban telah berubah dan meninggalkan sifat brutal yang melekat pada kelompok itu.

Banyak pihak di Afghanistan dan di seluruh dunia masih tidak percaya akan janji kelompok itu untuk berubah.

Namun, mereka tampaknya sudah menyadari bahwa beberapa elemen teknologi, yang dulu mereka hindari, kini bisa membantu mereka dalam upaya membentuk opini di panggung internasional.

"Media sosial merupakan alat yang kuat untuk mengubah persepsi publik," kata seorang anggota tim medsos Taliban.

"Kami ingin mengubah persepsi soal Taliban," katanya.

Sumber: BBC Indonesia
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved