Taliban: Dulu melarang internet dan hancurkan pesawat televisi dan kamera, sekarang sangat aktif manfaatkan media sosial
Saat berkuasa di Afghanistan pada pertengahan 1990-an, Taliban melarang internet. Kini, mereka sangat aktif menggunakan media sosial untuk mempromosikan
Awal Mei lalu, saat pasukan Amerika Serikat dan NATO mulai menarik pasukan terakhir mereka dari Afganistan, Taliban langsung menggencarkan serangan militer atas pasukan pemerintah setempat.
Namun, mereka juga melakukan suatu hal yang langka dilakukan selama berkonflik di Afghanistan: Taliban meluncurkan kampanye di media sosial secara komprehensif.
Satu jaringan akun di media sosial ini menyoroti kegagalan rezim di Kabul sekaligus memuji pencapaian Taliban.
Baca juga:
- Dari mana sumber pemasukan Taliban?
- Persenjataan militer AS dalam jumlah besar yang kini dikuasai Taliban
- Apa perbedaan Taliban, al-Qaeda, dan ISIS?
Sejumlah cuitan saat itu menyebarkan kemenangan-kemenangan terkini Taliban - terkadang terlalu dini untuk disiarkan - sambil menyertakan beberapa tagar, seperti #kabulregimecrimes (yang dilampirkan ke cuitan-cuitan yang menuduh pemerintah Afghanistan melakukan kejahatan perang); #westandwithTaliban (upaya untuk melancarkan dukungan masyarakat akar rumput) dan #ﻧَﺼْﺮٌ_ﻣٌِﻦَ_اللهِ_ﻭَﻓَﺘْﺢٌ_ﻗَﺮِﻳﺐٌ (pertolongan dari Allah dan kemenangan sudah dekat).
Tagar-tagar pertama itu setidaknya jadi tren di Afghanistan.
Sebagai respons, Amrullah Saleh sebagai Wakil Presiden Afghanistan saat itu memperingatkan militer dan masyarakat untuk tidak terpengaruh oleh apa yang ia sebut sebagai "klaim-klaim palsu kemenangan Taliban di media sosial".
Dia juga meminta masyarakat untuk tidak membagikan detail operasi militer pemerintah yang bisa membahayakan keamanan.
Perkembangan itu menunjukkan bahwa Taliban sudah berubah sikap dari penolakannya atas teknologi informasi dan media modern, kini sudah membangun elemen-elemen media sosial untuk memperkuat pesan mereka.
Bentuk tim khusus medsos
Saat Taliban pertama kali berkuasa di Afghanistan pada 1996, mereka melarang internet dan menyita atau menghancurkan perangkat televisi, kamera, dan video.
Namun pada 2005, laman resmi Emirat Islam Taliban, 'Al-Emarah', diluncurkan dan kini mempublikasi kontennya dalam lima bahasa - Inggris, Arab, Pastun, Dari, dan Urdu.
Konten berbentuk audio, video, dan tulisan di bawah pengawasan komisi kebudayaan Emirat Islam Afghanisan (IEA), yang dipimpin oleh juru bicara mereka, Zabihullah Mujahid.
Cuitan pertama Mujahid langsung diblokir Twitter. Namun pada akunnya yang baru, aktif sejak 2017, memiliki lebih dari 317.000 pengikut.
Di bawah pengawasan Mujahid ada satu tim relawan yang khusus mempromosikan idelogi Taliban secara daring.