Sabtu, 4 Oktober 2025

Konflik di Afghanistan

Taliban Dikabarkan Datangi Satu per Satu Rumah Warga Cari Perempuan untuk Dinikahi

Seperti diungkapkan aktivis sosial Fariha Easer, Taliban masih mencari perempuan atau gadis berusia 15 tahun untuk dinikahi.

Editor: Hasanudin Aco
AFP/-
Pejuang Taliban berpose saat mereka berjaga di sepanjang pinggir jalan di Herat. Afghanistan, pada 14 Agustus 2021. (HO/STR/AFP) 

TRIBUNNEWS.COM, KABUL - Taliban dikabarkan melakukan penggeledahan dari rumah ke rumah, mencari perempuan Afghanistan untuk dinikahi anggotanya.

Namun tak hanya dinikahi, perempuan-perempuan tersebut bahkan diperkosa.

Taliban kembali menguasai Afghanistan, setelah berhasil menduduki Kabul, Minggu (15/8/2021).

Meski kelompok tersebut telah menjanjikan transisi kekuasaan yang damai dan tanpa pembunuhan balas dendam, kenyataannya kekerasan di sana kian tinggi.

Sejumlah pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) masih kerap terjadi di sana.

Seperti diungkapkan aktivis sosial Fariha Easer, Taliban masih mencari perempuan atau gadis berusia 15 tahun untuk dinikahi.

Baca juga: ISIS-K Lakukan Bom Bunuh Diri di Bandara Kabul dan Musuhi Taliban, Seberapa Berbahaya Mereka?

Fariha, yang sepanjang waktunya memperjuangkan hak perempuan Afghanistan, pencarian Taliban itu dilakukan dari rumah ke rumah.

“Mereka mengatakan bahwa mereka adalah penyelamat, penjaga Islam, dan pembebas dari barat,” tutur Fariha dikutip dari Daily Star.

“Mereka meminta seorang ayah untuk memberikan putrinya untuk dijadikan istri. Mereka mengatakan salah satu Taliban adalah Mullah, dan mereka harus menikahkan mereka,” tambahnya.

Menurut Fariha, perempuan itu dibawa pergi setelah pernikahan. Namun sang ayah kemudian menemukan kenyataan yang memiriskan hati.

“Setelah tiga hari baru diketahui bahwa ia tak hanya dinikahi, tetapi juga diperkosa empat orang lainnya setiap malam,” katanya.

“Sang ayah pun mendatangi Gubernur Distrik dan diberitahu tak ada yang bisa dilakukan. Apa pun yang ingin dilakukan, ia harus melakukannya sendiri,” tambah Fariha.

Fariha mengatakan pria tersebut bersama putrinya berhasil melarikan diri, namun jutaan perempuan dan gadis Afghanistan berada dalam bahaya terkait eksploitasi yang sama.

“Mereka tak berubah, dan tak akan melakukannya. Mereka ditentukan dengan kekerasan, pembunuhan dan terus melanggar HAM,” tuturnya.

Pada masa Taliban berkuasa di Afghanistan, perempuan selalu menjadi pihak yang ditekan.

Mereka tak boleh bersekolah jika berusia di bawah 10 tahun, harus selalu menggunakan burqa dan keluar rumah harus ditemani oleh kerabat pria.

Taliban sendiri mengungkapkan bahwa mereka akan lebih moderat terhadap perempuan.

Mengungkapkan mereka tak diwajibkan memakai burqa, dan tetap diperbolehkan bersekolah dan bekerja.

Namun, banyak yang skeptis Taliban akan menepati janji mereka.

Janji Hormati Perempuan

Sebelumnya, Taliban berjanji untuk melindungi hak-hak perempuan dan kebebasan pers.

“Kami akan mengizinkan perempuan untuk bekerja dan belajar. Kami punya kerangka kerja, tentu saja. Wanita akan sangat aktif di masyarakat tetapi dalam kerangka Islam,” kata Juru Bicara Taliban, Zabihullah Mujahid, pada konferensi pers pertama  mereka di Kabul, Selasa (17/8/2021).

Sejak menguasai Afghanistan dalam waktu singkat, Taliban berusaha mencitrakan diri sebagai kelompok yang lebih moderat dibandingkan saat mereka berkuasa pada 1990-an.

“Tidak akan ada diskriminasi terhadap perempuan, mereka akan bekerja bahu-membahu dengan kami,” katanya, seperti dilansir dari Al Jazeera.

Didesak tentang perbedaan pemerintahan baru Taliban dari yang sebelumnya, Mujahid mengatakan bahwa kelompok tersebut telah berkembang dan tidak akan mengambil tindakan yang sama seperti yang mereka lakukan di masa lalu.

“Akan ada perbedaan dalam hal tindakan yang akan kita ambil dibandingkan dengan 20 tahun yang lalu,” katanya.

Pada bagian lain, juru bicara politik Taliban, Suhail Saheen mengatakan, Taliban menghormati hak-hak perempuan, termasuk tidak wajib menggunakan burqa.

"Burqa bukan satu-satunya jilbab yang harus ditaati, ada berbagai jenis jilbab tidak terbatas pada burqa," ujar Juru Bicara Kantor Politik Taliban, Suhail Shaheen, kepada Sky News Inggris, seperti dilansir Channel News Asia.

Burqa adalah pakaian wanita berbentuk satu potong pakaian yang menutup seluruh kepala dan tubuh, dan hanya ada bahan tembus pandang pada bagian wajah.

Namun Shaheen tidak merinci jenis jilbab lain yang dianggap dapat diterima oleh Taliban.

Kembali berkuasanya Taliban menimbulkan kekhawatiran warga atas kekuasaan Taliban pada 1996-2001.

Saat itu, sekolah-sekolah perempuan ditutup, perempuan dilarang bepergian dan bekerja, dan perempuan dipaksa mengenakan burqa yang menutupi seluruh tubuh saat di depan umum.

Selain itu, kekhawatiran pun mencakup pendidikan dan kesejahteraan perempuan.

Namun Shaheen memberikan kepastian atas hak-hak perempuan.

“Perempuan bisa mendapatkan pendidikan dari pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi, itu berarti universitas. Kami telah mengumumkan kebijakan ini di konferensi internasional, konferensi Moskow dan di sini di konferensi Doha (tentang Afghanistan)," kata Shaheen.

Konferensi pers hari Selasa dilakukan ketika ribuan warga sipil Afghanistan yang ketakutan dan pembantu militer AS mencari penerbangan ke luar negeri setelah Taliban kembali berkuasa pada hari Minggu.

Para pejabat Taliban mengatakan perang AS telah berakhir dan mereka bergerak untuk membentuk pemerintahan baru.

Sebelumnya, Taliban mengatakan mereka akan memberikan "amnesti" kepada setiap lawan di negara itu yang meletakkan senjata mereka, dan mendorong perempuan untuk bergabung dengan pemerintah.

Mullah Abdul Ghani Baradar, salah satu pendiri Taliban dan sekarang wakil pemimpin, tiba di kota terbesar kedua di negara itu Kandahar dari Doha, Qatar, Selasa (17/8/2021).

Kandahar adalah tempat kelahiran spiritual dan ibu kota Taliban selama masa kekuasaan pertama mereka.

Kedatangan Baradar dinilai menandakan kesepakatan untuk membentuk pemerintahan sudah dekat.

Sumber: Kompas.TV

Sumber: Kompas TV
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved