Rabu, 1 Oktober 2025

Konflik di Afghanistan

Facebook dan Twitter Amankan Akun Warga Afghanistan dari Taliban

Facebook dan Twitter mengamankan akun warga di Afghanistan dari Taliban, termasuk menghapus kemampuan untuk melihat daftar teman arsip tweet

Editor: hasanah samhudi
AFP
Juru Bicara Taliban Zabihullah Mujahid (tengah) pergi setelah berpidato pada konferensi pers pertama di Kabul pada 17 Agustus 2021 setelah pengambilalihan Afghanistan oleh Taliban. Facebook menyatakan memblokir akun Whatsapp Taliban. 

Twitter juga mengatakan secara proaktif memantau akun yang berafiliasi dengan organisasi pemerintah dan mungkin menangguhkan sementara akun sambil menunggu informasi tambahan untuk mengonfirmasi identitas mereka.

"Di Instagram, kami meluncurkan peringatan pop-up di Afghanistan dengan langkah-langkah spesifik tentang cara melindungi akun Anda," kata Gleicher dari Twitter dalam serangkaian tweet, seperti dilansir dari Hindustan Times.

Juru Bicara LinkedIn, seperti dikutip Reuters, mengatakan bahwa untuk sementara waktu menyembunyikan koneksi penggunanya di Afghanistan sehingga pengguna lain tidak dapat melihatnya.

Taliban, yang aktif di media sosial dan secara teratur memposting video, telah menemukan cara untuk menghindari pembatasan di YouTube, Facebook, dan WhatsApp.

Zabihullah Mujahid telah memposting pembaruan rutin ke lebih dari 300.000 pengikut, termasuk media internasional, di Twitter.

Baca juga: Peraih Nobel Malala Yousafzai Khawatirkan Nasib Perempuan Afghanistan

Baca juga: Taliban Umumkan Pembentukan Emirat Islam Afghanistan, Dibentuk Dewan Penguasa

Kelompok hak asasi manusia mengatakan bahwa Taliban dapat menggunakan platform online untuk melacak sejarah digital atau koneksi sosial warga Afghanistan.

Amnesty International mengatakan minggu ini bahwa ribuan warga Afghanistan, termasuk akademisi, jurnalis dan pembela hak asasi manusia, berada pada risiko serius pembalasan Taliban.

Taliban telah menjanjikan hak bagi perempuan dan pemerintahan yang inklusif serta amnesti penuh bagi semua yang bekerja dengan pemerintah Afghanistan terpilih yang didukung Barat.

Namun, puluhan ribu orang berusaha melarikan diri dari negara itu karena takut akan pembalasan dan masa pemerintahan Taliban 1990an hingga 2001. (Tribunnews.com/Sputniknews/HindustanTimes/Hasanah Samhudi)

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved