Senin, 6 Oktober 2025

Konflik di Afghanistan

Kondisi Terkini setelah Taliban Menguasai Kabul: Terjadi Kepanikan, Presiden Melarikan Diri

Situasi Afghanistan setelah Taliban menguasai ibu kota Kabul, Minggu (15/8/2021), terjadi kepanikan hingga Presiden Ashraf Ghani melarikan diri.

AFP
Pejuang Taliban berdiri di atas kendaraan polisi yang rusak di sepanjang pinggir jalan di Kandahar pada 13 Agustus 2021. 

"Mantan Presiden Afghanistan meninggalkan Afghanistan, meninggalkan negara dalam situasi sulit ini," kata Abdullah, Kepala Dewan Rekonsiliasi Nasional Afghanistan, mengutip AlJazeera.

"Tuhan harus meminta pertanggungjawabannya."

Ghani kemudian mengunggah di Facebook bahwa dia memilih meninggalkan Afghanistan untuk mencegah pertumpahan darah di ibu kota, tanpa mengatakan ke mana dia pergi.

Dalam unggahannya, Ghani menyebut kepergiannya itu adalah keputusan sulit.

Ghani mengatakan dia yakin "patriot yang tak terhitung jumlahnya akan menjadi martir dan kota Kabul akan dihancurkan" jika dia tetap tinggal.

"Taliban telah menang dan sekarang bertanggung jawab atas kehormatan, properti, dan pemeliharaan diri warga negara mereka," ujarnya.

Media lokal melaporkan Ghani pergi ke Tajikistan.

Sementara lainnya mengatakan ia terbang ke Tsahkent, di negara tetangga Uzbekistan.

Negara Barat Evakuasi Warga Mereka

FOTO DOKUMENTASI: Bendera Amerika berkibar pada upacara pembukaan Kedutaan AS di Kabul, ibukota Afghanistan Kabul pada 17 Desember 2001. AS minta jaminan Taliban agar tidak menyerang Kedubesnya.
FOTO DOKUMENTASI: Bendera Amerika berkibar pada upacara pembukaan Kedutaan AS di Kabul, ibukota Afghanistan Kabul pada 17 Desember 2001. AS minta jaminan Taliban agar tidak menyerang Kedubesnya. (AFP)

AS telah mengerahkan ribuan tentara untuk membantu mengevakuasi stafnya dan orang-orang Afghanistan yang membantu misinya.

Baca juga: Kepanikan Warga Afghanistan, Kabul Satu-satunya Kota Utama yang Belum Dikuasai Taliban

Baca juga: Beredar Video Diduga Taliban Ambil Senjata Buatan AS dan Operasikan Helikopter

Pada Minggu, terdengar helikopter belalu-lalang mengangkut personel kedutaan AS.

Asap membubung di dekat kompleks kedutaan saat staf menghancurkan dokumen penting dan bendera AS diturunkan.

Sekitar 600 tentara Inggris telah dikerahkan untuk membantu misi personel mereka sendiri.

Perdana Menteri, Boris Johnson, mengatakan prioritasnya adalah mengeluarkan warga negara Inggris dan "semua orang yang telah membantu upaya Inggris selama 20 tahun" dari Afghanistan "secepat yang kami bisa."

Negara-negara lain juga mengevakuasi warga mereka, dalam beberapa kasus menutup kedutaan mereka sama sekali.

Rusia berencana mengadakan pertemuan darurat Dewan Keamanan PBB untuk membahas situasi di Afghanistan.

Dikatakan, Rusia tidak akan menutup kedutaannya karena telah dijamin keamanannya oleh Taliban.

(Tribunnews.com/Pravitri Retno W)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved