Konflik di Afghanistan
Cerita Wanita Afghanistan saat Kekuasaan Taliban Mulai Meluas: Kami akan Kembali ke Masa-masa Kelam
Beberapa wanita di Afghanistan diwawancari seputar kondisi mereka saat ini, serta bagaimana nantinya bila Taliban berkuasa penuh
TRIBUNNEWS.COM - Di suatu sore di satu kota di Afghanistan, wanita bernama Zahra (26), serta ibu dan tiga saudara perempuannya sedang dalam perjalanan untuk makan malam di rumah saudara perempuan lainnya.
Tiba-tiba, mereka melihat orang-orang berlarian dan mendengar suara tembakan di jalan.
"Taliban ada di sini!" orang-orang berteriak.
Hanya dalam beberapa menit, segalanya berubah bagi penduduk Herat, kota terbesar ketiga di Afghanistan itu.
Zahra dibesarkan di wilayah yang sebagian besar terbebas Taliban, di mana para wanita berani memimpikan karier dan anak perempuan bisa mendapat pendidikan.
Selama lima tahun terakhir, Zahra telah bekerja dengan organisasi nirlaba lokal untuk meningkatkan kesadaran bagi perempuan dan mendesak kesetaraan gender.
Impian dan ambisinya runtuh pada Kamis (12/8/2021) malam ketika Taliban menyerbu ke kota.
Baca juga: SIAPA Itu Taliban dan Apa Tujuan Mereka? Ini 5 Hal yang Perlu Diketahui
Baca juga: Kenapa Taliban Begitu Cepat Rebut Kota-kota Besar di Afghanistan? Ke Mana Tentara yang Dilatih AS?

Taliban mengibarkan bendera putih mereka di alun-alun pusat sementara orang-orang dengan sepeda motor dan mobil bergegas ke pulang rumah mereka.
Seperti kebanyakan warga lainnya, Zahra, orang tua, dan lima saudara kandungnya kini meringkuk di dalam rumah, terlalu takut untuk keluar dan mengkhawatirkan masa depan mereka.
Associated Press (AP) tidak menyebutkan nama lengkapnya agar ia tidak dijadikan target.
"Saya sangat terkejut," kata Zahra.
"Bagaimana mungkin saya sebagai wanita yang telah bekerja keras dan berusaha untuk belajar dan maju, sekarang harus sembunyi dan tinggal di rumah?"
Di tengah serangan kilat selama beberapa hari terakhir, Taliban sekarang menguasai lebih dari dua pertiga negara itu, hanya dua minggu sebelum AS berencana untuk menarik pasukan terakhirnya.
Kelompok itu pun perlahan mendekati ibu kota, Kabul.
Badan pengungsi PBB mengatakan hampir 250.000 warga Afghanistan telah meninggalkan rumah mereka sejak akhir Mei.