Empat Faktor Pemicu Kebakaran Hutan dan Lahan Hebat di Eropa
Musim panas di Eropa baru dilewati setengahnya, namun luas area yang hangus dilalap kebakaran hutan yang mengamuk mulai dari kawasan…
Kebakaran hutan dan lahan yang membara di seluruh kawasan Eropa selatan mulai meruyak pada bulan lalu - apakah itu dipicu faktor alami oleh sambaran petir maupun akibat pembakaran sengaja oleh kelompok kriminal - makin diperparah oleh kekeringan dan panas ekstrem.
Para ilmuwan tidak meragukan lagi, perubahan iklim adalah pendorong utama musim kebakaran hutan ekstrem bukan hanya di Eropa melainkan juga di kawasan lainnya. Mereka juga memahami, adaptasi iklim di negara-negara rawan kebakaran tidak memadai untuk menangani kebakaran hutan yang akan semakin parah.
Kita lihat mengapa negara-negara di kawasan Mediterania dan Balkan sangat rentan terhadap kebakaran hutan dan mengeksplorasi konsekuensi dari pemanasan global..
1. Mengapa wilayah Mediterania sangat rawan kebakaran?
Kebakaran hutan saat musim panas adalah bagian alami dan seringkali penting bagi siklus kehidupan hutan Mediterania. Pada dekade sebelum tahun 2016, tercatat sekitar 48.000 kasus kebakaran hutan menghanguskan rata-rata 457.000 hektar hutan dan lahan setiap tahunnya, di lima negara di Eropa selatan di mana kebakaran hutan paling sering terjadi: Yakni di Spanyol, Prancis, Portugal, Italia, dan Yunani. Menurut para ilmuwan, api melahirkan pembaruan dan dapat mendorong keanekaragaman hayati di wilayah ini.
Memang, masyarakat yang tinggal di daerah panas dan gersang di seluruh Eropa selatan telah belajar untuk mengatasi jumlah kebakaran tahunan dengan lebih baik, dengan strategi pencegahan kebakaran yang lebih canggih yang mengarah pada penurunan jumlah dan luasan area kebakaran hutan secara keseluruhan sejak tahun 1980.
Tetapi dalam beberapa tahun terakhir, makin sering peristiwa kebakaran hutan meningkat drastis, jauh melampaui besaran dan intensitas normalnya.
Kebakaran hutan dahsyat pada tahun 2017 dan 2018 merenggut ratusan nyawa di seluruh wilayah yang membentang dari Turki hingga Spanyol, sementara areal luas di negara-negara di Eropa tengah dan utara, termasuk Swedia, juga terbakar hangus.
Peristiwa kebakaran yang belum pernah terjadi sebelumnya seperti itu pasti terkait dengan kekeringan ekstrem dan gelombang panas.
2. Apa yang memicu kebakaran?
Bulan Juli 2021 adalah bulan terpanas kedua yang pernah tercatat di Eropa (dan terpanas ketiga secara global). Bagian selatan benua Eropa telah menjadi fokus panas yang ekstrem, dengan suhu di Yunani diperkirakan mencapai 47 derajat Celcius.
Yunani dan negara tetangganya, Turki berada di tengah-tengah gelombang panas yang bisa menjadi yang terburuk dalam 30 tahun terakhir. Fenomena ini membangkitkan kenangan pada musim kebakaran hutan mengerikan tahun 1987 yang merenggut lebih dari 1.500 korban jiwa di Yunani.
Di Turki, hampir 200 kebakaran hutan di berbagai lokasi yang terpisah berkobar hanya dalam waktu seminggu, memaksa ribuan penduduk pesisir dan turis untuk melarikan diri ke Laut Adriatik demi keselamatan mereka.
Jadi, pembakaran hutan secara sengaja maupun penyebab alami seperti sambaran petir, sama-sama harus disalahkan swebagai pemicu kebakaran hutan. Namun panas ekstrem telah meningkatkan intensitasnya dan merupakan penyebab sebenarnya dari kehancuran yang terjadi di seluruh wilayah yang dilanda karhutla. Inilah penyebabnya mengapa luas area telah terbakar di seluruh Eropa hingga 5 Agustus, sekitar 55% lebih banyak dibandingkan dengan rata-rata selama 12 tahun sebelumnya.
Fakta ini diperparah dengan pengelolaan hutan yang sudah ketinggalan zaman, dan terkadang bahkan perlindungan yang berlebihan terhadap hutan alami, misalnya dengan cara mencegah api.
Kebakaran pada 1 Agustus lalu, juga berkobar di Pineta Dannunziana, hutan pinus perkotaan di kota Pescara, Italia, yang memaksa 800 orang mengungsi. Namun karena kawasan tersebut merupakan cagar alam yang dilindungi, maka kawasan tersebut tidak diatur dalam pengelolaan hutan, dan oleh karena itu tidak dibersihkan secara teratur dari pohon dan semak yang mati dan kering. "Semak belukar terbakar dengan sangat cepat," kata Carlo Masci, walikota Pescara.