Sabtu, 4 Oktober 2025

Arab Saudi dan Uni Emirat Arab bersitegang, harga minyak jadi naik - mengapa bisa terjadi?

Polemik Arab Saudi dan Uni Emirat Arab menyebabkan kesepakatan kelompok negara pengekspor minyak ditangguhkan

Polemik antara Uni Emirat Arab dan Arab Saudi mengenai kuota produksi minyak yang terjadi pekan ini menyebabkan pembicaraan antara negara-negara anggota OPEC dikesampingkan dan membuat pasar energi dalam ketidakpastian, sehingga mendorong harga minyak ke level tertinggi dalam enam tahun terakhir.

Sebanyak 23 negara yang tergabung dalam OPEC+, yaitu gabungan anggota organisasi pengekspor minyak dan produsen-produsen besar lainnya seperti Rusia, terpaksa harus menunda negosiasi untuk sementara waktu.

Situasi ini meningkatkan kekhawatiran atas stabilitas forum itu, yang selama 18 bulan terakhir berupaya menstabilkan pasokan minyak di tengah krisis global terkait pandemi Covid.

Masalah bermula pekan lalu, saat Uni Emirat Arab menolak proposal dari pimpinan OPEC+, yaitu Arab Saudi dan Rusia, untuk memperpanjang pembatasan produksi selama delapan bulan lagi.

OPEC
Reuters
OPEC dan para sekutunya belum dapat menentukan tanggal pertemuan berikut untuk merumuskan kuota produksi.

UEA ingin melakukan perundingan ulang soal basis produksinya saat ini - taraf untuk menghitung apakah pemotongan atau pemangkasan produksi perlu dilakukan - agar negara itu bisa leluasa memompa lebih banyak minyak.

Namun, Arab Saudi dan Rusia menolak usulan itu.

Negosiasi berubah menjadi polemik ketika menteri energi UEA dan Arab Saudi, yang bersekutu dekat, mengutarakan perbedaan sikap mereka kepada publik.

"Perseteruan itu mengejutkan, tapi mungkin polemik tak terelakkan," kata Ben Cahill, pengamat dari Center for Strategic and International Studies di Washington.

"Kapasitas produksi Abu Dhabi tidak sejalan dengan kuota di OPEC. Negara itu telah berinvestasi banyak uang untuk mendongkrak produksinya. Dan kini menuntut bisa menuai hasilnya.

"Itu sebabnya UEA jadi frustrasi sejak tahun lalu karena tidak leluasa menaikkan produksi," tambahnya.

Hubungan dua pangeran

Selama beberapa tahun terakhir, kemitraan antara Arab Saudi dan UEA telah membentuk geopolitik dunia Arab.

Ikatan personal antara Putra Mahkota Saudi, Pangeran Mohammed bin Salman, dan Putra Mahkota Abu Dhabi, Mohammed bin Zayed, memainkan peran kunci dalam mempererat kemitraan ini.

Arab Saudi
Reuters
Arab Saudi dan UEA sama-sama mendukung pasukan pro-pemerintah Yaman dalam Perang Saudara selama enam tahun.

Keduanya pun dilihat sebagai penguasa de facto negara masing-masing dan sama-sama punya visi yang ambisius.

Selama bertahun-tahun pula ada kerja sama yang erat atas berbagai isu strategis. Mereka membentuk koalisi militer Arab pada 2015 untuk memerangi kelompok pemberontak Houthi dukungan Iran di Yaman serta sama-sama menerapkan embargo diplomatik, perdagangan, dan perjalanan atas Qatar pada 2017.

Halaman
12
Sumber: BBC Indonesia
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved