Virus Corona
Lonjakan Covid di Taiwan Berpengaruh pada Hubungan Dunia Internasional
Melonjaknya angka kasus positif Covid-19 di Taiwan beberapa hari terakhir dianggap membawa pengaruh pada hubungan politik luar negeri Taiwan.
TRIBUNNEWS.COM - Melonjaknya angka kasus positif Covid-19 di Taiwan beberapa hari terakhir dianggap membawa pengaruh pada hubungan politik luar negeri Taiwan.
Pasalnya, lonjakan Covid-19 dianggap menjadi pukulan telak bagi Taiwan yang justru selama ini dikenal cukup berhasil mengendalikan pandemi.
Catatan terakhir dari Pusat Komando Epidemi Taiwan melaporkan 251 kasus baru Covid-19 dan 26 kematian yang memaksa Presiden Taiwan Tsai Ing Wen meminta maaf kepada semua rakyatnya yang terkena dampak wabah tersebut.
"Setidaknya lonjakan kasus ini membuat reputasi Taiwan melemah ketika berbicara soal pengendalian Covid di dalam hubungan luar negerinya dengan megara-negara lain apalagi selama ini Taiwan cukup aktif melakukan lobby Internasional dan membangun citra dalam rangka mendapatkan simpati dunia internasional secara politik," ucap Analisis Hubungan Internasional Alpha Research Database Ferdy Hasiman dalam keterangannya di Jakarta, Minggu (20/6/2021).
Baca juga: Jepang Sumbangkan 1,24 Juta Dosis Vaksin AstraZeneca ke Taiwan
Dijelaskan Ferdy, Taiwan ketika awal Covid muncul dianggap cukup mampu mengendalikan pandemi bahkan karena reputasi itu banyak membangun kemitraan dengan negara-negara lain dalam rangka memberikan bantuan.
"Tetapi tentu saja ketika kasus di dalam negeri meledak seperti sekarang apalagi ada pengakuan dari banyak ilmuwan di Taiwan karena aspek penanganan yang lengah dan kedisiplinan masyarakat yang lemah, maka tentu saja prestasi itu dengan sendirinya hilang di mata dunia internasional," lanjutnya.
Dijelaskan Ferdy, saat ini penanganan kasus Covid-19 merupakan pertaruhan wibawa tiap-tiap Negara, di mata internasional termasuk Taiwan.
Menjadi makin penting masalahnya karena Taiwan saat ini sedang aktif-aktifnya membangun diplomasi di dunia internasional dalam rangka kepentingan politik dia sebagai negara yang hendak memisahkan diri dari Tiongkok.
"Artinya ini tentu sangat memukul wajah para pemimpin Taiwan. Maka wajar ketika Presiden Taiwan beberapa waktu lalu meminta maaf secara resmi. Bukan hanya itu, bukan tidak mungkin dunia internasional punya asumsi tertentu ketika membangun kemitraan mereka dengan Taiwan, utamanya dalam penanganan Covid 19,” ucapnya.
Baca juga: Taiwan Perpanjang Pembatasan Covid-19 Hingga 28 Juni, Sekolah Tetap Tutup
“Intinya adalah bagaimana Taiwan bisa diandalkan, sementara situasi dia di dalam negeri sendiri sebenarnya saat ini sedang keteteran juga? Di dalam hubungan internasional, aspek penanganan COVID saat ini menyangkut juga kapasitas suatu Negara,” lanjutnya.
Diketahui dari sejumah laporan media internasional bahwa Taiwan merupakan negara pertama yang melarang kunjungan orang asing tidak lama setelah Tiongkok melaporkan munculnya virus SARS-CoV-2, dan pembatasan ketat di perbatasan masih berlaku di negara itu. Namun sialnya di tingkat lokal, masyarakat mulai berpuas diri - seperti yang dilakukan oleh pemerintah Taiwan.
Taiwan misalnya telah menghentikan tes agresif bagi warga terkait Covid, bahkan bagi mereka yang mengalami demam yang menjadi gejala umum virus Covid-19.
"Ada asumsi umum, bahkan bagi orang yang menunjukkan gejala, tidak mungkin terpapar Covid-19," kata Associate Professor Lin Hsien-ho dari National Taiwan University, seperti disampaikannya kepada BBC belum lama ini.
Bukan hanya itu dari aspek disiplin masyarakat Taiwan juga sangat lemah dengan fakta bahwa kegiatan masyarakat seper bernyanyi, minum, acap melakukan kontak dalam ruangan tanpa pengaturan ventilasi.
Dan kejadian seperti ini bukan hanya di satu kedai teh, tetapi juga banyak di kedai lainnya di jalan yang sama yang membuat penyebaran menjadi makin cepat. “Artinya ada persoalan disiplin masyarakat juga yang rendah,” sambungnya.