Olimpiade Tokyo
Jepang Berencana Perpanjang Keadaan Darurat di Tokyo hingga 20 Juni 2021
Jepang berencana memperpanjang keadaan darurat di Tokyo dan beberapa daerah lain sekira tiga pekan, hingga 20 Juni 2021 mendatang, Jumat (28/5/2021).
TRIBUNNEWS.COM - Menteri Kabinet Jepang mengumumkan, pemerintah berencana memperpanjang keadaan darurat di Tokyo dan beberapa daerah lain, pada Jumat (28/5/2021).
Rencananya, keadaan darurat yang diberlakukan akan berjalan sekira tiga pekan atau hingga 20 Juni 2021 mendatang.
Kebijakan ini dirancang oleh pemerintah mengingat penyebaran pandemi virus corona di Jepang tidak menunjukkan tanda-tanda mereda.
Sementara, Olimpiade Tokyo akan diselenggarakan di Jepang hanya dua bulan lagi.
Melansir Reuters, keadaan darurat di Ibu Kota dan delapan prefektur lainnya telah dijadwalkan berakhir pada 31 Mei.
Tetapi ketegangan pada sistem medis Jepang tetap parah.
Baca juga: Kumamoto Bersiap Diri Menyambut Tim Indonesia di Olimpiade Jepang
Baca juga: Ilmuwan Majalah Ilmiah Inggris Kritik Keras Olimpiade Jepang

Pulau Okinawa di selatan Jepang sudah berada dalam keadaan darurat yang akan berakhir pada 20 Juni 2021.
Jepang telah melihat rekor jumlah pasien Covid-19 dalam kondisi kritis dalam beberapa hari terakhir, meskipun jumlah infeksi baru telah melambat.
"Di Osaka dan Tokyo, arus orang mulai meningkat, dan ada kekhawatiran bahwa infeksi akan meningkat," ungkap Menteri Ekonomi Yasutoshi Nishimura, yang juga memimpin penanggulangan virus corona negara itu, mengatakan pada awal pertemuan dengan para ahli.
Para ahli kemudian menyetujui proposal pemerintah dan Perdana Menteri Yoshihide Suga diharapkan secara resmi mengumumkan keadaan darurat yang diperpanjang pada hari Jumat.
Baca juga: Mau Ikut Tur Olimpiade Jepang? Bayarnya 4,5 Juta Yen Per Orang
Baca juga: Tim Olimpiade AS Tetap Hadir di Olimpiade Tokyo Meski Pemerintah Melarang Warganya ke Jepang

Kekhawatiran tentang varian virus corona baru dan dorongan vaksinasi yang lambat telah mendorong panggilan mendesak dari dokter, beberapa pemimpin bisnis terkenal, dan ratusan ribu warga untuk membatalkan Olimpiade, yang akan dimulai pada 23 Juli.
Pejabat Jepang, penyelenggara Olimpiade, dan Komite Olimpiade Internasional (IOC) mengatakan Olimpiade akan dilanjutkan di bawah langkah-langkah pencegahan virus yang ketat.
Wakil Presiden IOC John Coates, yang mengawasi persiapan tersebut, mengatakan pekan lalu bahwa Olimpiade itu membahas apakah kota tuan rumah, Tokyo, dalam keadaan darurat atau tidak pada saat itu.
Baca juga: Menteri Olimpiade Jepang Gencarkan Promosi dan Informasi Terkait Olimpiade Tokyo

Baca juga: Jumlah Warga Tokyo Terpapar Covid-19 Diperkirakan Meningkat 3 Kali Saat Olimpiade Jepang
Jajak Pendapat
Jajak pendapat menunjukkan mayoritas orang Jepang menginginkan Olimpiade, ditunda tahun lalu karena Covid-19, dibatalkan atau ditunda lagi.
Beberapa anggota parlemen dari partai yang berkuasa berkomentar bahwa jika Olimpiade dibatalkan, justru akan membawa risiko politiknya sendiri bagi perdana menteri.
"Kerugiannya akan lebih besar daripada manfaatnya," kata anggota parlemen Partai Demokrat Liberal Hajime Funada kepada Reuters.
"Ini akan memberi kesan bahwa Jepang dalam kesulitan seperti itu tidak bisa menyelenggarakan Olimpiade."

Dalam pernyataan bersama setelah pertemuan puncak pada Kamis, Uni Eropa dan Jepang mendukung Tokyo menjadi tuan rumah Olimpiade tahun ini.
Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen mengatakan Uni Eropa telah mengizinkan ekspor ke Jepang lebih dari 100 juta dosis vaksin, cukup untuk menyuntik sekitar 40% populasi.
"Kami tentu saja mengatakan kami menanti-nantikan Olimpiade," katanya dalam konferensi pers.
Baca juga: Corona Seperti Riak Kecil dan Tertawakan Penundaan Olimpiade, Penasehat Kabinet Jepang Mundur
Berita lain terkait Olimpiade Tokyo
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)