Turki Desak Umat Islam Tegas soal Konflik Israel-Palestina: Tak Bersikap Berarti Terlibat Kekerasan
Turki meminta agar umat Muslim dunia mengambil sikap tegas atas eskalasi kekerasan Israel terhadap Palestina di Gaza.
TRIBUNNEWS.COM - Turki meminta agar umat Muslim dunia mengambil sikap tegas atas eskalasi kekerasan Israel terhadap Palestina di Gaza.
Wakil Presiden Turki, Fuat Oktay mengkritik kekuatan internasional karena hanya mengutuk kekerasan yang terjadi tanpa ada tindakan.
"Apa yang kami inginkan adalah tindakan aktif diambil," kata Oktay kepada awak pers, selepas Shalat Subuh.
"Ada keputusan yang diambil berulang kali di PBB, ada kecaman. Tapi sayangnya belum ada hasil yang didapat, karena sikap yang jelas tidak ditampilkan," lanjutnya, dikutip dari Reuters.
Sejak beberapa hari lalu hingga Idul Fitri pada Kamis (13/5/2021) ini, Israel melepaskan serangan udara ke Jalur Gaza, markas Hamas.
Baca juga: Presiden Turki Erdogan Telepon Putin: Israel Harus Diberi Pelajaran
Baca juga: Siapa itu HAMAS? Kelompok Militan Palestina yang Tembakkan Roket ke Israel

Sebelumnya Hamas juga melepaskan ribuan roket ke arah kota-kota di negara Yahudi itu.
Pada Senin (10/5/2021) tercatat 67 orang tewas di Gaza.
Sedangkan ada 7 orang di Israel yang tewas dalam serangan, menurut pejabat medis.
Angka korban meninggal meningkat pada Kamis (13/5/2021) menjadi 83 termasuk 17 anak-anak meninggal.
Lebih dari 480 orang lainnya terluka, kata Kementerian Kesehatan Gaza dilansir Al Jazeera.
Konflik yang menyerupai Perang Gaza 2014 ini mendorong respons internasional.
Banyak negara menuntut de-eskalasi dan AS mengatakan berencana mengirim utusan sebagai penengah pembicaraaan Israel-Palestina.

Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan telah berulang kali mengutuk pendudukan Israel di Tepi Barat dan perlakuannya terhadap warga Palestina.
Pada Sabtu (9/5/2021) lalu, dia menyebut Israel "negara teror" setelah polisi Israel menembakkan peluru karet dan granat kejut ke warga Palestina di Masjid Al Aqsa.
Oktay mengatakan umat Islam memiliki tanggung jawab untuk bertindak.
"Setiap orang yang tidak menunjukkan sikap yang jelas terhadap ini adalah pihak yang terlibat dalam kekerasan ini," kata Oktay.
"Sayangnya, saat kita melihat negara-negara Muslim yang tidak menunjukkan persatuan dan kebersamaan ini, setiap orang di sana yang tidak menunjukkan sikap yang jelas adalah pihak yang terlibat dalam hal ini (kekerasan)," jelas Oktay.
Pembicaraan Erdogan dengan Putin soal Konflik Israel-Palestina
Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan mengatakan kepada Presiden Rusia, Vladimir Putin soal kecamannya terhadap tindakan Israel kepada Palestina.
Dilansir Al Jazeera, Erdogan mengatakan komunitas internasional harus "memberi pelajaran kepada Israel dan mencegah" tindakannya kepada Palestina.
Erdogan mengatakan hal ini saat melakukan telepon dengan Putin, Rabu (12/5/2021), menurut Direktorat Komunikasi Kepresidenan Turki.
Situasi Israel dan Palestina berkobar setelah Hamas pada Senin (10/5/2021) mengultimatum Israel untuk mundur dari kompleks Masjid Al Aqsa di Yerusalem, menyusul serangan pada warga Palestina.
Hubungan memanas karena rencana penggusuran paksa penduduk Palestina di Sheikh Jarrah, Yerusalem Timur.
Baca juga: Deretan Video Kekerasan Warga Israel pada Penduduk Palestina, Buntut Saling Balas Serangan Udara
Baca juga: Apa yang Sebabkan Eskalasi Israel-Palestina Baru-baru Ini? Simak Penjelasan Berikut

Penggusuran itu akan dilakukan untuk memberi wilayah baru bagi pemukim Israel.
Terbaru, Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan 83 orang termasuk 17 anak-anak tewas sejak serangan Israel pada Senin malam.
Sementara itu lebih dari 480 orang luka-luka.
Erdogan pada Rabu lalu menekankan perlunya pihak internasional "memberi pelajaran kepada Israel dan mencegahnya".
Presiden Turki ini juga mendesak Dewan Keamanan PBB campur tangan dengan "pesan yang tegas dan jelas" kepada Israel.
Erdogan menyarankan kepada Putin bahwa pasukan perlindungan internasional diperlukan untuk melindungi Palestina.

Eskalasi yang terjadi di Israel-Palestina secara tidak langsung mempengaruhi hubungan Turki dengan negara Yahudi itu.
Tahun lalu, Erdogan ingin memperbaiki hubungan Turki dan Israel setelah perselisihan bertahun-tahun soal pendudukan di Palestina.
Pada 1949, Turki menjadi negara mayoritas Muslim pertama yang mengakui Israel sebagai negara, lalu memutuskan hubungan pada 2010.
Itu terjadi setelah 10 aktivis Turki pro-Palestina dibunuh oleh pasukan komando Israel yang menaiki kapal milik Turki, Mavi Marmara.
Erdogan dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu kerap kali saling lempar komentar pedas.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)