Jumat, 3 Oktober 2025

Ramadan 2021

Harga Makanan Makin Naik, Lebanon Hadapi Ramadan yang Sulit di Tengah Krisis Ekonomi

Harga makanan di Lebanon dilaporkan melonjak di tengah krisis ekonomi terburuk di negara itu dalam beberapa dekade.

JAWAB AMRO / AFP
Meteran parkir rusak terlihat di ibu kota Lebanon, Beirut, pada 31 Maret 2021. Saat Lebanon berjuang melawan krisis keuangan terburuknya dalam beberapa dekade, mata uang lokal telah kehilangan lebih dari 85 persen nilainya di pasar gelap. Bahkan dewan kota yang pernah terkaya di negara itu mengatakan sedang berjuang untuk mempertahankan jalan-jalannya, karena tekanan ekonomi memberi tekanan pada infrastruktur yang sudah rusak. 

TRIBUNNEWS.COM - Banyak keluarga muslim di Lebanon berjuang untuk membeli makanan selama bulan suci Ramadan.

Harga makanan melonjak di tengah krisis ekonomi terburuk di negara itu dalam beberapa dekade.

Warga Beirut, Um Ahmed mengatakan kepada Al Jazeera, harga sepiring salad enam kali jauh lebih mahal tahun ini dibanding sebelumnya.

"Harganya gila-gilaan bahkan naik lebih banyak selama Ramadan," ucapnya, seperti dikutip Tribunnews dari Al Jazeera.

"Apa yang bisa kita lakukan? Apakah kita mengemis? Kami tidak terbiasa mengemis," tuturnya.

Baca juga: Menkes Budi Ingatkan Kepala Daerah Tetap Jalankan Vaksinasi Selama Ramadan

Baca juga: Makanan Ini Dapat Membuat Perut Kenyang Selama Menjalankan Puasa Ramadan

Tekanan Ekonomi Lebanon
Meteran parkir rusak terlihat di ibu kota Lebanon, Beirut, pada 31 Maret 2021. Saat Lebanon berjuang melawan krisis keuangan terburuknya dalam beberapa dekade, mata uang lokal telah kehilangan lebih dari 85 persen nilainya di pasar gelap. Bahkan dewan kota yang pernah terkaya di negara itu mengatakan sedang berjuang untuk mempertahankan jalan-jalannya, karena tekanan ekonomi memberi tekanan pada infrastruktur yang sudah rusak.

Makanan jadi Barang Mewah

Zeina Khodr dari Al Jazeera, melaporkan dari Beirut, mengatakan bahwa bagi jutaan orang di Lebanon, makanan menjadi barang mewah.

Ekonomi dan mata uang Lebanon telah terjun bebas dan daya beli masyarakat berkurang.

Mata uang Lebanon, pound turun menjadi 10.000 terhadap dolar AS pada awal Maret 2021.

Kemudian [ada bulan itu, turun menjadi 15.000 dan belum pernah terjadi sebelumnya.

Mata uang tersebut telah kehilangan sekitar 90 persen nilainya sejak akhir 2019.

"Mereka yang dulu membeli satu kilo sayuran sekarang membeli setengahnya, sementara yang lain membeli per potong. Beberapa pergi begitu saja setelah mengetahui harganya,"kata Ahmed, seorang penjual sayur.

Baca juga: Mentan SYL Ajak Petani Tetap Khusyuk Bekerja di Bulan Puasa

Krisis Ekonomi di Lebanon
Pemadaman listrik di sebuah lingkuhan di ibu kota Lebanon, Beirut pada 31 Maret 2021. Saat Lebanon berjuang melawan krisis keuangan terburuknya dalam beberapa dekade, mata uang lokal telah kehilangan lebih dari 85 persen nilainya di pasar gelap. Bahkan dewan kota yang pernah terkaya di negara itu mengatakan sedang berjuang untuk mempertahankan jalan-jalannya, karena tekanan ekonomi memberi tekanan pada infrastruktur yang sudah rusak.

Harga Melonjak

Satu bulan makan buka puasa untuk sebuah keluarga beranggotakan lima orang sekarang diperkirakan menelan biaya dua setengah kali lipat dari upah minimum yang bernilai $ 60 pada harga pasar gelap.

Lebanon mengimpor sebagian besar makanannya dan terjadi kekurangan karena pemerintah kehabisan dolar.

"Gaji kami tidak berubah, tapi harga melonjak," kata warga Hana Sader.

Meski gandum disubsidi oleh pemerintah, harga roti juga mengalami kenaikan.

Membeli satu bungkus roti sehari selama sebulan menghabiskan lebih dari 10 persen dari upah minimum.

Badan amal harus memperluas upaya untuk membantu mereka yang membutuhkan.

Sebab tingkat pengangguran di negara berpenduduk lima juta orang itu meningkat.

Maya Terro adalah salah satu pendiri FoodBlessed, sebuah organisasi yang memberi makan sekitar 1.600 keluarga setiap bulan.

"Mereka mengatakan jika mereka tidak menerima kotak makanan bulan ini, itu mungkin berarti kami mungkin tidak berbuka puasa atau kami harus makan setengah dari jumlah itu," katanya kepada Al Jazeera.

Baca juga: Politik Lebanon Memanas: Protes Terus Berlanjut, PM Hassan Diab Ancam akan Berhenti Bekerja

Baca juga: Pengadilan Lebanon Copot Hakim yang Pimpin Investigasi Ledakan Beirut

Presiden Lebanon Michel Aoun
Presiden Lebanon Michel Aoun (timesofisrael)

Pandemi virus corona telah memperburuk ketimpangan sosial ekonomi, dengan lebih dari separuh keluarga Lebanon hidup dalam kemiskinan.

Bulan lalu, kota-kota Lebanon dilanda protes, dengan demonstran memasang penghalang jalan di jalan raya utama.

Selain itu, kebuntuan politik menambah kesengsaraan Lebanon karena Perdana Menteri yang ditunjuk Saad Hariri dan Presiden Michel Aoun terus berselisih mengenai pembentukan pemerintahan baru dan bagaimana kementerian akan dialokasikan.

Baca juga: Pertemuan ECOSOC PBB, Menlu Retno: Virus Covid-19 Ujian Bagi Solidaritas Global

Berita lain terkait Lebanon

Berita lain terkait Ramadan 2021

(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)

 
Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved