Tentara Israel Bakar Diri, Alami Stres Pasca-Trauma karena Perang Gaza Palestina
Tentara Israel yang merupakan veteran perang Palestina-Israel membakar diri di depan Departemen Rehabilitasi Kementerian Pertahanan pada Senin lalu.
TRIBUNNEWS.COM - Seorang tentara Israel yang merupakan veteran perang Palestina-Israel membakar diri di depan Departemen Rehabilitasi Kementerian Pertahanan pada Senin (12/4/2021).
Pria bernama Itzik Saidian (26) itu langsung dilarikan ke Pusat Medis Sheba, di Tel Hashomer karena luka bakar yang parah.
Dilansir Haaretz, Saidian menghujani tubuhnya dengan cairan mudah terbakar.
Kementerian Pertahanan mengatakan, setelah itu dia menyulutkan api ke badannya tepat di pintu masuk gedung.
Saidian terlibat dalam perang Palestina-Israel pada 2014 di Gaza.
Sejak saat itu, dia menderita gangguan stres pasca-trauma.
Baca juga: AS Kembali Beri Bantuan ke Palestina, Israel Kecewa
Baca juga: Program Nuklir Iran Diprediksi Mundur 9 Bulan Pascasabotase Diduga Dilakukan Israel

"Kebanyakan orang seusia saya tidak berada di tempat saya sekarang. Bukan dari segi psikologis dan ekonomi. Saya merasakan perbedaannya," kata Saidian, dalam wawancara di Channel 12 News sekitar 18 bulan lalu.
"Saya kehilangan tujuh teman saya dalam tiga jam setelah dimulainya pertempuran (dalam perang Gaza 2014) dan terus berjuang selama dua setengah minggu lagi," jelasnya.
Selama perang, Saidian menjadi bagian dari unit yang bepergian dengan APC yang terkena RPG.
Sebanyak 7 tentara tewas dalam insiden itu dan Hamas menculik salah satu tentara yang tewas.
"Anda memiliki waktu setengah jam untuk menggambarkan apa yang telah Anda alami dalam lima tahun terakhir."
"Jika Anda ingin perhatian, Anda membayar pengacara puluhan ribu syikal," kata Saidian, menggambarkan perawatan yang dia jalani di Kementerian Pertahanan.

Saidian diakui sebagai veteran perang yang mengalami 'kecacatan', namun stres pasca-trauma yang ia alami belum cukup untuk mendapat perawatan maksimal.
Bahkan dengan kondisinya itu dia diberi tunjangan bulanan yang minim.
Ketika dia meminta izin untuk bekerja, dia diberitahu bahwa setiap tambahan pendapatan akan mempengaruhi tunjangan terhadap kondisi kesehatannya.