Penanganan Covid
PM Italia Mario Draghi dan Istri Terima Dosis Pertama Vaksin Covid-19 dari AstraZeneca
Perdana Menteri Mario Draghi dan istrinya Maria Serenella Cappello menerima dosis pertama vaksin COVID-19 AstraZeneca pada Selasa (30/3/2021).
Para peneliti mengatakan vaksin itu efektif untuk semua usia, termasuk lansia, yang gagal dibuat oleh penelitian sebelumnya di negara lain.
Dewan pemantauan keamanan data independen percobaan tidak menemukan peningkatan risiko trombosis di antara 21.583 peserta yang menerima setidaknya satu dosis, pernyataan itu menambahkan.
Penemuan awal dari studi AS hanyalah satu set informasi yang harus diserahkan AstraZeneca ke Food and Drug Administration.
Komite penasihat FDA akan secara terbuka memperdebatkan bukti di balik suntikan sebelum badan tersebut memutuskan apakah akan mengizinkan penggunaan darurat vaksin.
Baca juga: Hasil Uji Coba Terbaru: Vaksin Covid-19 AstraZeneca 100% Efektif Cegah Terjadinya Penyakit Serius
Hasil Temuan yang Ditunggu-tunggu
Para ilmuwan telah menunggu hasil studi AS dengan harapan akan menjelaskan beberapa kebingungan tentang seberapa baik bidikan itu benar-benar bekerja.
Menyoal temuan hasil studi terbaru ini, Ann Falsey, profesor kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Rochester dan wakil Ketua Penyelidik Uama untuk penelitian angkat bicara.
"Temuan ini menegaskan kembali hasil sebelumnya yang diamati dalam uji coba AZD1222 di semua populasi orang dewasa tetapi sangat menarik untuk melihat hasil kemanjuran yang serupa pada orang di atas 65 untuk pertama kalinya," katanya.
"Analisis ini memvalidasi vaksin AstraZeneca COVID-19 sebagai pilihan vaksinasi tambahan yang sangat dibutuhkan, menawarkan keyakinan bahwa orang dewasa dari segala usia dapat memperoleh manfaat dari perlindungan terhadap virus," bebernya.
Baca juga: Suntikan Perdana Vaksin Covid-19 AstraZeneca di Indonesia Diberikan Kepada Para Kiai di Jawa Timur
WHO Imbau agar Tetap Tenang
EMA dan WHO juga mengatakan data yang tersedia tidak menunjukkan vaksin menyebabkan pembekuan dan orang harus terus diimunisasi dengan suntikan tersebut.
Pada Senin (15/3/2021) WHO meminta negara-negara untuk tidak menghentikan vaksinasi terhadap penyakit yang telah menyebabkan lebih dari 2,7 juta kematian di seluruh dunia.
Ilmuwan top Badan Kesehatan PBB menegaskan bahwa tidak ada kematian yang terdokumentasi terkait dengan vaksin COVID-19.
"Kami tidak ingin orang panik," kata Soumya Swaminathan.
Dia seraya menambahkan bahwa sejauh ini tidak ada hubungan antara apa yang disebut "peristiwa tromboemboli" yang dilaporkan di beberapa negara dan penembakan COVID-19.