Pilpres AS 2020
Ini Momen-momen Kemarahan Trump, Hingga Diisolasi Karena Ingin Gabung Pendemo
Trump semula bersikeras bergabung bersama ribuan pengikut garis keras yang berkumpul di Capitol Hill pada 6 Januari 2021.
TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON – Kantor berita Reuters mengungkap kisah-kisah dramatis di detik-detik protes berdarah ke Capitol Hill, serta kemarahan membuncah Presiden AS Donald Trump.
Menurut laporan Reuters, Jumat (15/1/2021), di hari-hari terakhir Trump di Gedung Putih, para pembantunya berjuang menahan kemarahan Trump, dan berusaha mengisolasinya.
“Kami akan berjalan-jalan di Pennsylvania Avenue,” janji Donald Trump kepada para pendukungnya yang berteriak-teriak di dekat Gedung Putih, sebelum mereka berbaris di Capitol Hill pekan lalu.
Trump berjanji akan pergi bersama mereka. Tapi dia tidak melakukannya. Realitanya, benteng demokrasi Amerika runtuh, dan membuat Trump ikut terpuruk di hari-hari terakhir kepresidenannya.
Baca juga: Donald Trump Jadi Presiden AS Pertama yang Dimakzulkan Dua Kali, Dinilai Hasut Kerusuhan Capitol
Baca juga: Daftar 14 Media Sosial, Aplikasi, Situs Web dan Perusahaan Teknologi yang Memblokir Donald Trump
Baca juga: Trump Dilaporkan Marah kepada Ivanka dan Jared Kushner karena Berencana Hadiri Pelantikan Joe Biden
Trump semula bersikeras bergabung bersama ribuan pengikut garis keras yang berkumpul di Capitol Hill pada 6 Januari 2021.
Dia mengatakan kepada para pembantunya pada hari-hari menjelang rapat umum, berencana menemani mereka menunjukkan kemarahannya di Kongres di hari pengesahan kemenangan Biden-Harris.
Tetapi Dinas Rahasia (Secret Service) terus memperingatkannya para agen tidak dapat menjamin keselamatannya jika dia nekat.
Keterangan disampaikan dua orang yang mengetahui masalah tersebut. Trump mengalah, lalu berjongkok di Gedung Putih menonton tayangan televisi tentang aksi yang pecah jadi kerusuhan.
Penyerbuan Capitol AS menewaskan lima orang, termasuk seorang petugas polisi, dan mengancam nyawa Wakil Presiden Mike Pence serta anggota Kongres.
Peristiwa ini sangat melukai apa yang tersisa dari kepresidenan Trump menjelang pelantikan Biden-Harris pada 20 Januari 2021.

Trump Marah Ada Kader Republik Membelot
Pidato Trump yang berapi-api dan penuh keluhan dari taman Ellipse di pinggiran selatan Gedung Putih terfokus dari rapat tergesa-gesa DPR AS yang menghasilkan pemakzulan Trump atas tuduhan menghasut pemberontakan.
Lewat pemungutan suara Rabu (13/1/2021), Trump menjadi presiden pertama dalam sejarah AS yang dimakzulkan dua kali.
Sebanyak 10 politisi Republik bergabung bersama Demokrat, dan mencela Trump. Tetapi pemakzulan itu tidak bakal terlaksana mengingat masa jabatan Trump tinggal sepekan lagi.
Apalagi Senat yang dipimpin Partai Republik, tidak memiliki rencana melakukan pemungutan suara untuk meneguhkan keputusan DPR itu.
Meski begitu, teguran DPR yang belum pernah terjadi sebelumnya membatasi minggu yang sangat tidak stabil bahkan untuk masa kepresidenan di mana kekacauan telah berlangsung demikian lama.
Hari-hari terakhir Trump di Gedung Putih pun ditandai kemarahan dan kekacauan. Trump menyaksikan debat pemakzulan di TV dan menjadi marah pada pembelotan Partai Republik.
Trump juga tiba-tiba pecah kongsi dengan Wapres Mike Pence, ditinggalkan sejumlah penasihat seniornya, dicuekin sejumlah kecil anggota parlemen Republik, lalu pamungkasnya akun Twitternya dimatikan.
Akun Twitter itu selama ini jadi corong apa saja sikap, perilaku, dan kata-kata kemarahannya pada apapun yang dihadapi selama memerintah.
Reuters berbicara kepada lebih dari selusin pejabat pemerintahan Trump. Mereka menggambarkan semakin menyusutnya lingkaran pembantu yang loyal dan terus berjuang untuk Trump.
Mereka yang tersisa berusaha menahan presiden yang semakin resah, marah dan terisolasi, dan terus meyakini klaim Pemilu penuh tipu daya.
Mereka berusaha keras menjaga Gedung Putih tetap berfungsi sampai Biden mengambil alih kekuasaan.
"Semua orang merasa mereka melakukan pekerjaan terbaik yang mereka bisa untuk mempertahankan semuanya sampai Biden mengambil alih," kata seorang penasihat Trump kepada Reuters tanpa menyebut nama.
Gedung Putih menolak berkomentar untuk cerita ini. Secret Service menolak berkomentar tentang keinginan Trump untuk melakukan perjalanan ke Capitol pada 6 Januari 2021.
Keluarkan Putusan Pengampunan Kontroversial
Ketika Trump menghabiskan waktu melampiaskan marah kepada para pembantu dan orang kepercayaannya, satu masalah nyata yang menjadi fokusnya adalah bagaimana ia menerapkan kekuasaannya untuk memberi ampunan ke sejumlah orang.
Pertanyaan terbesarnya adalah apakah dia akan mengeluarkan pengampunan yang belum pernah terjadi sebelumnya untuk dirinya sendiri, selain anggota keluarga, sebelum meninggalkan kantornya.
Meskipun Trump belum secara terbuka mengisyaratkan niatnya untuk mengambil langkah yang menurut beberapa analis hukum dapat melanggar hukum, seorang pejabat Gedung Putih mengatakan kepada Reuters: "Saya sudah mengharapkan itu."
Kemungkinan Trump membuat langkah kontroversial seperti itu mungkin berlipat ganda karena kegemparan atas pidatonya pada 6 Januari 2021.
Ia berulang kali mendesak para pendukungnya untuk "berjuang" untuknya. Beberapa ahli hukum mengatakan ini bisa membuatnya menghadapi tuntutan hukum atau bahkan tuntutan pidana.
Berbicara kepada kerumunan massa, Trump beberapa kali menyarankan dia akan bergabung dalam pawai mereka ke Capitol.
Ia mengajukan banding setidaknya enam kali kepada Pence untuk "melakukan hal yang benar" dan menolak untuk menyatakan kemenangan Biden dalam penghitungan formal suara elektoral di Kongres.
Trump dan para penggantinya telah membangun narasi palsu, Pence, yang perannya dalam proses sertifikasi sebagian besar bersifat seremonial, punya kesempatan membatalkan pengesahan.
Trump sempat berbicara dalam nada penuh putus asa dengan Pence, yang tidak bersedia membatalkan pemungutan suara. Kabar ini dilaporkan sebelumnya oleh The New York Times.
Di hari unjuk rasa, Trump kembali mengutarakan keinginannya untuk menemani para pendukungnya ke Capitol.
Secret Service memberi tahu Trump dia tidak bisa pergi bersama orang banyak, meskipun presiden memiliki kekuatan untuk mengesampingkan detail keamanan mereka.
"Mereka mengusirnya hari itu," kata seorang sumber yang mengetahui situasi itu tentang Secret Service. "Mereka bilang itu akan terlalu berbahaya."
Jadi ketika kerumunan pengikut yang melambai-lambaikan bendera menjauh dari Gedung Putih dan menuju Capitol, Trump akhirnya mundur dan hanya menonton televisi.
Trump Ulur Waktu Merespon Kerusuhan di Capitol

Di antara massa yang terlihat di layar televisi, nyata-nyata melawan polisi, menghancurkan jendela dan menyerbu ruang legislative.
Mereka orang-orang yang mengibarkan bendera Konfederasi dan mengenakan pakaian berlambang dan mengandung slogan teori konspirasi dan supremasi kulit putih.
Butuh waktu berjam-jam sebelum Trump muncul dalam video di media sosial sebagai tanggapan atas desakan agar ia meredam pendukungnya.
Ketika dia melakukannya, dia mengatakan kepada mereka, dia mencintai mereka dan untuk "pulang" sambil mengulangi klaimnya yang tidak berdasar tentang pemilihan yang curang.
Beberapa pembantu Trump sendiri tercengang dengan perilakunya.
"Ketika orang-orang menyerbu Capitol, Anda seharusnya berjalan ke ruang pers dan melakukan konferensi pers dan meminta mereka untuk berhenti,” katanya.
Suasana hati Trump memburuk sejak hari itu. Dia secara pribadi mengomel tentang keputusan Twitter memblokir akunnya. Bahkan dimatikan selama-lamanya.
Trump berusaha keras menemukan platform alternative. Tapi menantu laki-laki dan penasihat seniornya, Jared Kushner, membantu mencegah upaya asisten lain untuk membuatnya mendaftar di situs media sosial sayap kanan.
Kushner meyakinkan bukan format terbaik untuk presiden. Perwakilan Kushner menolak berkomentar. Pence dan Trump tidak berbicara selama berhari-hari setelah kerusuhan Capitol.
Wakil Presiden AS harus dibawa ke tempat aman di ruang bawah tanah Capitol setelah perusuh yang menerobos gedung, meneriakkan "Gantung Mike Pence”.
Para pejabat dan mantan pejabat Gedung Putih mengatakan mereka terkejut melihat bagaimana Trump memperlakukan Pence, yang bertahun-tahun jadi pasangannya yang setia.
Mereka tersengat kritik Trump dan desakan Wapres dapat campur tangan membatalkan hasil Electoral College.
Trump juga tidak pernah menelepon Pence di masa-masa sulitnya. Senin, kedua pria itu bertemu empat mata di Oval Office.
Pertemuan itu kemungkinan mengikuti permohonan Ivanka Trump dan Jared Kushner. Kedua pria itu kemudian tampak akrab dan tertawa bersama. "Bahasa tubuhnya bagus," kata pejabat itu.
Keesokan harinya, Pence menulis kepada Ketua Dewan Demokrat Nancy Pelosi, dia tidak akan melaksanakan Amendemen ke-25
Penasihat keamanan nasional Robert O'Brien dan penasihat Gedung Putih Pat Cipollone termasuk di antara mereka yang diyakinkan orang lain, agar tidak bersikap sembrono.
Menlu Pompeo Curi Kesempatan Buat Keputusan Signifikan
Namun beberapa orang di pemerintahan memanfaatkan kesempatan mendorong perubahan kebijakan yang signifikan sebelum meninggalkan kantor.
Menteri Luar Negeri Mike Pompeo, misalnya, terus maju dengan langkah internasional yang kontroversial, tanpa berkoordinasi sepenuhnya dengan Gedung Putih.
Di antaranya keputusan menghapuskan pembatasan interaksi pemerintah AS dengan pejabat Taiwan, yang membuat marah China.
Tindakan Pompeo lainnya selama seminggu terakhir termasuk memasukkan Kuba ke daftar negara sponsor terorisme ke AS.
Pompeo juga memasukkan kelompok Houthi di Yaman sebagai organisasi teroris. Trump diperkirakan tidak terlibat langsung pembuatan kebijakan tersebut.
Pada Selasa, Trump mengunjungi tembok perbatasan AS-Meksiko dekat Alamo, Texas. Mendirikan penghalang di seberang perbatasan adalah janji khas dari platform kampanyenya 2016.
Hanya sebagian yang dibangun. Keputusan tentang pengampunan presiden putaran terakhir diperkirakan akan menghabiskan sebagian besar dari beberapa hari yang tersisa di kantor Trump.
Dia telah memicu kontroversi dalam beberapa pekan terakhir dengan mengampuni sekutu yang dihukum dalam penyelidikan campur tangan Rusia dalam Pemilu 2016.
Ia mengampuni kontraktor keamanan yang dihukum karena membunuh warga sipil Irak. Trump mengampuni ayah Kushner, Charles, seorang pengembang real estat yang dijatuhi hukuman dua tahun penjara setelah mengaku bersalah dalam 2004 untuk penggelapan pajak dan kejahatan lainnya.
Trump dan keluarganya memiliki potensi masalah hukum, termasuk penyelidikan di New York atas pajak dan urusan bisnis.
Seorang pejabat Gedung Putih, berbicara dengan syarat anonim, menyarankan tindakan terakhir Trump sebagai presiden bisa menjadi pengampunan preemptive bagi anggota keluarga dan untuk dirinya sendiri sebelum Biden dilantik.
Pengampunan presiden hanya berlaku untuk kejahatan federal, bukan pelanggaran hukum negara. Pengampunan diri akan menjadi penggunaan kekuasaan yang luar biasa yang belum terjadi di AS.(Tribunnews/Reuters/xna)