Jumat, 3 Oktober 2025

Kapalnya Disita Iran, Korea Selatan Kirim Pasukan ke Selat Hormuz

Para pejabat di Seoul juga menuntut pembebasan kapal itu, yang menurut pihak berwenang Iran ditahan atas dugaan pencemaran laut.

VOA
Ilustrasi kapal perusak. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Srihandriatmo Malau

TRIBUNNEWS.COM, SEOUL— Pemerintah Korea Selatan mengirim pasukan militer ke Selat Hormuz setelah Korps Garda Revolusi Iran (IRGC), menyita sebuah kapal tanker berbendera Korea Selatan, Senin (4/1/2021).

Para pejabat di Seoul juga menuntut pembebasan kapal itu, yang menurut pihak berwenang Iran ditahan atas dugaan pencemaran laut.

Kementerian Luar Negeri Korea Selatan mengeluarkan pernyataan tersebut terkait kapal tanker kimia MT Hankuk Chemi, sebagaimana dilansir The Drive, Selasa (5/1/2021).

Baca juga: Dua ABK Asal Indonesia Turut Ditahan dalam Kapal Tanker Korea Selatan yang Disita Iran

Kapal itu, yang menurut Iran membawa 7.200 ton "bahan kimia berbasis minyak," telah melakukan perjalanan dari Arab Saudi ke Uni Emirat Arab ketika IRGC mengamankannya sekitar pukul 10.00 waktu setempat.

Video resmi operasi menunjukkan beberapa kapal kecil Iran mengerumuni kapal tanker, yang sekarang berlabuh di dekat pelabuhan Iran, Bandar Abbas.

Adapun seluruh krunya berjumlah 20 orang, terdiri lima warga negara Korea, 11 pelaut dari Myanmar, dua Warga Negara Indonesia, dan dua warga Vietnam, juga dilaporkan telah ditangkap.

Baca juga: Seoul Marah dan Kirim Kapal Perang Setelah Iran Sita Kapal Tanker Korsel

IRGC mengatakan bahwa mereka telah menyita kapal, yang memiliki tonase kotor sebesar 9.797 ton, setelah menerima permintaan dari otoritas pelabuhan dan Organisasi Maritim Iran, yang bertindak atas surat perintah yang dikeluarkan oleh kantor kejaksaan provinsi Hormozgan pesisir. Hormozgan terletak di sepanjang Selat Hormuz.

Insiden ini dikonfirmasi lebih lanjut oleh badan Operasi Perdagangan Maritim Inggris (UKMTO), yang memantau keamanan maritim di wilayah tersebut.

Operator Hankuk Chemi yang berbasis di Korea Selatan, DM Shipping, telah membantah kapal itu melanggar protokol lingkungan apa pun.

Tidak jelas apa yang memaksa Korea Selatan mengirim pasukannya ke daerah itu dan tindakan apa yang akan mereka ambil.

Pada Januari 2020, pejabat Korea Selatan mengumumkan bahwa mereka akan memperluas unit militer Cheonghae, yang sebelumnya telah difokuskan pada misi anti-pembajakan di Teluk Aden bekerja sama dengan Satuan Tugas Gabungan Angkatan Laut AS yang  juga mencakup operasi di dalam dan sekitar Selat Hormuz.

Kapal perusak Angkatan Laut Korea Selatan membuat penyebaran rotasi untuk mendukung unit Cheonghae, dan membentuk inti dari kekuatan itu, tetapi tidak jelas kapal perang mana yang ada di wilayah itu sekarang.

Militer Korea Selatan secara teknis bukan bagian dari Konstruksi Keamanan Maritim Internasional yang dipimpin AS, yang didirikan pada tahun 2019—khusus untuk berpatroli di dalam dan sekitar Selat Hormuz dan di tempat lain di Timur Tengah dan memantau kegiatan Iran.

Ini tentu bukan pertama kalinya Iran menyita sebuah kapal tanker berbendera asing di wilayah tersebut. Pada Juli 2019, IRGC juga mengambil alih kapal tanker berbendera Inggris Stena Impero, secara resmi atas dugaan melanggar aturan maritim.

 Pada hari yang sama, Garda Revolusi Iran juga sempat menghentikan  kapal tanker berbendera Liberia, Mesdar, yang dimiliki oleh perusahaan Inggris. Para pejabat Iran kemudian mengklaim mereka hanya menghentikan kapal itu untuk memberi tahu kru peraturan lingkungan dan maritim lainnya.

Korea Selatan memberangkatkan delegasi ke Iran pada Selasa (5/1/2021) untuk mengupayakan pembebasan kapal tanker yang disita di perairan Teluk oleh militer Iran.

"Delegasi, yang akan dipimpin oleh direktur jenderal wilayah terkait, akan diberangkatkan ke Iran sesegera mungkin dalam upaya menyelesaikan masalah ini melalui negosiasi bilateral dengan pihak Iran," kata juru bicara kementerian luar negeri Choi Young-sam dalam konferensi  pers, seperti dilansir Yonhap, Selasa (5/1/2021).

“Delegasi akan dipimpin oleh Koh Kyung-sok, direktur jenderal urusan Afrika dan Timur Tengah kementerian,” tambahnya.

Reuters melaporkan, kapal tanker itu membawa kargo lebih dari 7.000 ton etanol ketika disita pada hari Senin (4/1/2021) seperti dikatakan media Iran karena melakukan pelanggaran polusi di perairan laut.

Kementerian luar negeri Seoul juga sudah memanggil duta besar Iran untuk Korea Selatan guna mendesak pembebasan kapal tanker berbendera Korea Selatan dan krunya yang berjumlah 20 orang.

Ditanya tentang status awak kapal sebelum pertemuannya di kementerian luar negeri Seoul, duta besar Iran Saeed Badamchi Shabestari mengatakan kepada wartawan, "semuanya aman".(The Drive/Yonhap/Reuters)

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved