Sabtu, 4 Oktober 2025

Senjata yang Dipakai Membunuh Ilmuwan Nuklir Iran Diduga Milik Israel

Iran menyalahkan Israel atas serangan itu dan mengancam akan membalas aksi tersebut.

Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Choirul Arifin
KHAMENEI.IR / AFP
Foto yang disediakan oleh situs web resmi Pemimpin Tertinggi Iran pada 27 November 2020, menunjukkan ilmuwan Iran Mohsen Fakhrizadeh pada 23 Januari 2019. Iran mengatakan Mohsen Fakhrizadeh, salah satu ilmuwan nuklir paling terkemuka, tewas dalam serangan terhadap mobilnya di luar Teheran yang dituduh musuh bebuyutan Israel berada di belakang dan bersumpah akan membalasnya. 

Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari

TRIBUNNEWS.COM, TEHERAN - Laporan-laporan yang saling bertentangan mengenai rincian pembunuhan terhadap Ilmuwan Nuklir ternama Iran, Mohsen Fakhrizadeh yang tewas pada serangan bom Jumat lalu, terus bermunculan.

Termasuk berapa jumlah pelaku yang terlibat dan senjata apa yang digunakan untuk mengeksekusi Fakhrizadeh.

Pemerintah Iran menyalahkan Israel atas serangan itu dan mengancam akan membalas aksi tersebut.

Sumber informasi yang enggan disebutkan namanya mengatakan bahwa senjata yang digunakan untuk membunuh Profesor Fisika Universitas Imam Hossein itu terdapat 'logo dan spesifikasi industri militer Israel'.

Baca juga: DOKUMEN BOCOR, Terungkap Mossad Dalang Pembunuhan Kepala Nuklir Iran: Diberondong 12 Pembunuh

Kendati demikian, sumber tersebut tidak memberikan informasi lebih lanjut mengenai dugaan senjata yang dikumpulkan di TKP pembunuhan yang terletak di kota Absard, sekitar 175 km di luar Teheran.

Baca juga: Reaksi Para Pemimpin Dunia atas Pembunuhan Ilmuwan Nuklir Iran Mohsen Fakhrizadeh

Dikutip dari laman Sputnik News, Senin (30/11/2020), media Iran dan internasional telah merilis berbagai informasi mengenai detail pembunuhan itu, beberapa diantaranya saling bertentangan.

Pada hari Minggu kemarin, media Iran Fars melaporkan bahwa operasi tersebut mungkin dilakukan tanpa agen manusia sama sekali.

Foto yang disediakan oleh Kementerian Pertahanan Iran pada Senin 30 November 2020 menunjukkan anggota pasukan Iran membawa peti mati ilmuwan nuklir terkemuka Mohsen Fakhrizadeh selama upacara pemakamannya di ibu kota Iran, Teheran. Dengan pemakaman yang layak untuk
Foto yang disediakan oleh Kementerian Pertahanan Iran pada Senin 30 November 2020 menunjukkan anggota pasukan Iran membawa peti mati ilmuwan nuklir terkemuka Mohsen Fakhrizadeh selama upacara pemakamannya di ibu kota Iran, Teheran. Dengan pemakaman yang layak untuk "martir" terbesar Republik Islam, Teheran memberikan penghormatan terakhir kepada seorang ilmuwan yang tewas dalam pembunuhan yang disalahkan atas Israel, dan berjanji untuk melanjutkan pekerjaannya. Dalam sebuah dokumen yang bocor, klaim seorang jurnalis Iran, terungkap detail rinci dan rumit pembunuhan ilmuwan nuklir ini, dengan melibatkan 62 orang, 12 di antaranya adalah pembunuh yang memberondongkan peluruh ke mobil Fakhrizadeh, dan 2 sniper. (KEMENTERIAN PERTAHANAN IRAN / AFP)

Ada yang menyebut aksi ini menggunakan senapan mesin yang dikendalikan dari jarak jauh dan terpasang pada kendaraan.

Sebelumnya, media Iran melaporkan bahwa Fakhrizadeh terluka parah saat sebuah truk yang memuat bom meledak di dekat kendaraannya.

Setelah itu, beberapa penyerang melubangi mobilnya menggunakan senjata api dan terlibat dalam baku tembak dengan pengawalnya.

Fakhrizadeh disebut telah diterbangkan ke rumah sakit setempat, namun ia akhirnga meninggal karena menderita luka yang fatal.

Dalam perkembangannya, Kementerian Pertahanan Iran mengumumkan pada Minggu malam bahwa mereka memiliki petunjuk penting terkait identitas pelaku pembunuhan, dan akan mempublikasikan informasi itu secepatnya.

Fakhrizadeh terdaftar sebagai salah satu dari lima orang Iran yang masuk dalam 500 tokoh terkuat di dunia versi majalah Foreign Policy pada 2013 lalu.

Ia juga merupakan seorang profesor di Universitas Imam Hossein, sebuah kampus bergengsi di Iran.

Selain itu, Fakhrizadeh adalah seorang Ilmuwan senior Organisasi Energi Atom Iran dan seorang Brigadir Jenderal di Iran's Islamic Revolutionary Korps, Pengawal yang mengkhususkan diri dalam program rudal.

Dalam sebuah presentasi yang mendesak Amerika Serikat (AS) untuk membatalkan kesepakatan nuklir Iran pada akhir April 2018 lalu, Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu menuduh Fakhrizadeh secara terselubung menjabat sebagai Kepala Program Senjata Nuklir Iran.

Netanyahu meminta komunitas internasional untuk 'mengingat nama itu'.

Terkait kematian Ilmuwan ternamanya tersebut, para pejabat Iran termasuk Presiden Hassan Rouhani, Menteri Luar Negeri Mohammad Javad Zarif, Pengawal Revolusi dan tokoh Iran lainnya menuduh Israel terlibat dalam pembunuhan.

Zarif bahkan menyerukan kepada dunia untuk 'mengutuk tindakan teror' yang diduga dilakukan Israel. Sementara pejabat lainnya mengancam akan melakukan balas dendam.

Namun Iran belum memberikan bukti secara langsung kepada dunia tentang tuduhan mereka terhadap Israel.

Fakhrizadeh merupakan pejabat tingkat tinggi kedua Iran yang terbunuh pada 2020.

Sebelumnya, pada Januari lalu, Komandan Pasukan Pengawal Revolusi Quds Qasem Soleimani dibunuh dalam serangan pesawat tak berawak AS di Baghdad, Irak, selama momen kunjungannya untuk meredakan ketegangan antara Iran dan Arab Saudi.

Iran menanggapi pembunuhan Soleimani dengan serangan balasan yakni meluncurkan lebih dari selusin rudal balistik di dua pangkalan AS di Irak.

Serangan balasan Iran ini pun menyebabkan lebih dari 100 tentara AS mengalami cedera otak traumatis.

Dituding membunuh Fakhrizadeh, pejabat Israel belum memberikan tanggapan secara terbuka.

Namun, pada hari Sabtu lalu, seorang pejabat Israel yang tidak disebutkan namanya mengatakan bahwa dunia harus 'berterima kasih kepada Israel' karena telah melenyapkan Ilmuwan itu.

Hal itu karena Fakhrizadeh dianggap menimbulkan 'ancaman' bagi komunitas internasional melalui 'karyanya' mengacu pada program nuklir Iran.

Iran telah berulang kali menampik klaim AS dan Israel tentang dugaan aktivitas terkait senjata nuklir.

Negara di Timur Tengah itu menegaskan program nuklirnya benar-benar bersifat sipil.

Iran bahkan mengkritik AS dan Israel karena mencoba memberikan 'kuliah' kepada Iran tentang non-proliferasi nuklir, sementara mereka sendiri memiliki senjata nuklir, bahkan menggunakannya. 

Hingga kini, Badan Energi Atom Internasional tidak menemukan satupun bukti yang dapat diyakini berkaitan dengan program senjata nuklir Iran.

Pembunuhan Fakhrizadeh bukan merupakan pembunuhan pertama seorang Ilmuwan nuklir Iran yang ditudingkan pada Israel dan badan-badan intelijen Barat.

Menurut penyelidikan yang dilakukan Sputnik baru-baru ini, setidaknya tujuh Ilmuwan nuklir Iran telah menjadi sasaran serangan antara tahun 2007 hingga 2020.

Beberapa diantaranya ditudingkan pada Dinas Rahasia Israel atau Mossad, sementara serangan lainnya dituduhkan pada badan intelijen AS yakniCIA dan badan intelijen Inggris yakni MI6.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved