Overstayer Indonesia Meninggal di Tahanan Imigrasi Jepang Secara Wajar
Seorang overstayer warga Indonesia, Ahmad Abdul Rahim (52) meninggal di tahanan imigrasi Jepang secara wajar
Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Seorang overstayer warga Indonesia, Ahmad Abdul Rahim (42) meninggal di tahanan imigrasi Jepang secara wajar dan jasadnya telah dikembalikan ke kampung halamannya.
"Kami ikut berduka cita atas meninggalnya warga Indonesia. Yang bersangkutan adalah overstayer yang ditahan di imigrasi Jepang," papar sumber Tribunnews.com Rabu ini (18/11/2020).
Jadi almarhum di saat terakhirnya ditahan di imigrasi Jepang bukanlah sebagai tenaga kerja Indonesia (TKI) tetapi sebagai overstayer yang melanggar hukum imigrasi Jepang.
"Menurut pihak kepolisian Jepang, tidak ada bukti tindak kekerasan atau keanehan lain dari kematian almarhum tersebut," lanjutnya.
Almarhum merupakan pria kelahiran Bone, 18 Agustus 1978, pekerjaan sebagai karyawan swasta, warga Pulau Lae Lae, Kelurahan Lae-Lae, Kecamatan Ujung Pandang, Kota Makassar, Sulawesi Selatan.
Selama tinggal dan bekerja di Jepang, almarhum bermukim di sebuah distrik bernama Minato-Ku di Kota Nagoya-Shi, perfektur Aichi.
Almarhum bekerja di salah satu perusahaan mobil dan perusahaan kompor ternama di Jepang, sejak 7 Juli 2018.
Kemudian almarhum berhenti dan memilih bekerja sebagai pekerja serabutan pada Februari 2020.
Dia ditahan karena kedapatan tidak mengantongi Surat Izin Mengemudi saat mengendarai kendaraan, di jalanan tempatnya bekerja sebagai overstayer asal Sulsel, Indonesia.
Ahmad pun ditahan selama tiga bulan (sejak Juli 2020) dan saat itu akan bebas pada 13 Oktober 2020.
Namun sehari sebelum dapat menghirup udara bebas, dia justru meninggal tanpa penyebab yang pasti.
Pihak keluarga sendiri kecewa dengan pemerintah Jepang, yang menganggap menyembunyikan penyebab kematian almarhum selama ditahan di balik jeruji besi.
"Almarhum telah dimakamkan tanggal 21 Oktober di Bone. Tapi hasil terkait otopsinya tidak ada dari pemerintah Jepang,” kata keluarga almarhum, Sukiman, Selasa (17/11/2020).
Pihaknya saat ini masih berharap uluran tangan Gubernur Sulsel, Nurdin Abdullah untuk membantu mengungkap kematian almarhum yang misterius di ruang tahanan Jepang.