Pemilihan Presiden Amerika Serikat
Mark Zuckerberg: Saya Yakin Hasil Pemilihan Sudah Jelas, Joe Biden akan Menjadi Presiden Kita
Mark Zuckerberg menegaskan bahwa seluruh warga Amerika seharusnya memiliki keyakinan bahwa Pemilu AS berlangsung jujur dan adil.
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, NEW YORK - CEO Facebook Mark Zuckerberg tampaknya meyakini Joe Biden akan menjadi Presiden ke-46 Amerika Serikat (AS).
Hal itu terlihat dari rekaman yang diperoleh Buzz Feed News pada Kamis kemarin waktu setempat, walaupun belum ada pengumuman resmi terkait kemenangan Biden.
"Saya yakin hasil pemilihan sekarang sudah jelas dan Joe Biden akan menjadi presiden kita berikutnya," kata Zuckerberg kepada karyawannya di balai kota perusahaan.
Ia pun menegaskan bahwa seluruh warga Amerika seharusnya memiliki keyakinan bahwa Pemilu AS berlangsung jujur dan adil.
Termasuk mereka yang memutuskan untuk memberikan hak suara kepada petahana Donald Trump.
"Sangat penting untuk orang-orang meyakini bahwa pemilu ini pada dasarnya adil, dan itu berlaku untuk puluhan juta orang yang memilih Trump," jelas Zuckerberg.
Baca juga: Beredar Nama-nama Calon Menteri di Kabinet Joe Biden, Didominasi Perempuan
Dikutip dari laman Sputnik News, Jumat (13/11/2020), media arus utama di AS memang memproyeksikan kemenangan Biden, namun Trump mengatakan bahwa pemilihan presiden tahun ini dicurangi oleh Partai Demokrat untuk mendorong kemenangan Joe Biden.
Trump mengutip laporan saksi yang mengklaim terjadinya penipuan dan penyimpangan dalam pemilihan itu secara massal.
Menyusul hasil jajak pendapat awal, Trump merasa heran karena awalnya perolehan suaranya unggul dibandingkan Biden di sejumlah negara bagian.
Namun dalam beberapa jam, hasilnya malah menunjukkan bahwa mantan Wakil Presiden AS itulah yang unggul.
Menurut Zuckerberg, warga Amerika memang memiliki hak untuk mempertanyakan kredibilitas hasil pemilihan.
Namun ia menekankan bahwa itu 'tidak akan membantu' mereka mengubah hasil pemilihan sesuai dengan apa yang mereka proyeksikan.
Sejumlah karyawan Facebook dikabarkan menantang pernyataan Zuckerberg yang menyebut Biden sebagai pemenang.
Sedangkan satu di antara mereka menyebut pemilihan itu tidak adil.
Beberapa minggu sebelum Pemilu digelar, Facebook memperkenalkan pembatasan baru.
Kebijakan baru jejaring sosial ini mendorong Partai Republik di Komite Kehakiman Senat untuk memanggil Zuckerberg agar memberikan penjelasan atas tindakan sensor dan pembatasan kebebasan berbicara pada Oktober lalu.
Baca juga: Pemerintahan Trump Dikabarkan Menyembunyikan Pesan-pesan untuk Joe Biden dari Para Pemimpin Dunia
"Kami telah melihat Big Tech, kami telah melihat Twitter dan Facebook secara aktif ikut campur dalam pemilihan ini dengan cara yang tidak ada dalam sejarah negara kami," kata Senator Partai Republik Ted Cruz.
Trump bersama dengan anggota lainnya di Partai Republik juga mengecam Facebook karena membatasi peredaran cerita dari The New York Post tentang potensi transaksi korup Joe Biden dan putranya, Hunter di Ukraina.
"Belum pernah kami melihat penyensoran aktif dari publikasi pers besar terkait tuduhan serius korupsi salah satu dari dua calon Presiden," tegas Cruz.
Di parlemen AS, Partai Republik juga meminta kolega Demokrat mereka untuk mengadakan agenda dengar pendapat darurat serupa mengenai isu 'sensor Big Tech dan campur tangan pemilu'.
Pada hari Rabu lalu, Facebook menegaskan akan terus melakukan pelarangan sementara terhadap iklan yang terkait dengan pemilu AS, setidaknya selama satu bulan ke depan.

Media AS melaporkan bahwa Demokrat dan Republik prihatin atas tindakan Facebook yang menyembunyikan iklan politik karena akan ada pemilihan Senat di Georgia.
Kemudian pada hari Selasa lalu, Facebook dikabarkan menarik beberapa halaman yang terhubung dengan mantan Kepala Strategi Administrasi Trump, Steve Bannon karena diduga menyebarkan informasi yang keliru tentang pemilihan presiden 2020 AS.
Selanjutnya, pada awal November, The Washington Post melaporkan bagaimana Facebook, yang juga memiliki media sosial Instagram, dapat menggunakan teknik pelarangan bayangan terhadap Trump dan anggota keluarganya selama berlangsungnya kampanye pemilu 2020.