Sabtu, 4 Oktober 2025

AS Berencana Tutup Kedutaan di Baghdad dan Tarik Diplomatnya, Timbulkan Ketakutan akan Perang

Pada Minggu (27/9/2020), Washington telah memulai persiapan untuk menarik staf diplomatik, kata narasumber tersebut dan dua diplomat Barat.

Kedubes Amerika Serikat
Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo - Pada Minggu (27/9/2020), Washington telah memulai persiapan untuk menarik staf diplomatik, kata narasumber tersebut dan dua diplomat Barat. 

TRIBUNNEWS.COM - Dua pejabat Irak dan dua diplomat AS mengatakan, Gedung Putih bersiap menarik diplomat dari Irak setelah memperingatkan Baghdad bahwa mereka dapat menutup kedutaannya.

Warga Irak khawatir langkah ini dapat mengubah negara mereka menjadi zona pertempuran

Mengutip Al Jazeera, Amerika juga berusaha mengurangi kehadiran diplomatiknya dengan menarik sekira 5.000 pasukan tentara yang dinilai sebagai konfrontasi dengan Iran.

Pada Minggu (27/9/2020), Washington telah memulai persiapan untuk menarik staf diplomatik, kata narasumber tersebut dan dua diplomat Barat. 

Baca: Roket Hantam Zona Hijau Baghdad untuk Kelima Kalinya dalam 10 Hari

Baca: TERBARU Roket Hantam Kedutaan Besar AS di Zona Hijau Baghdad

Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Mike Pompeo
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Mike Pompeo (Carolyn Kaster / AP Foto)

Kekhawatiran di antara warga Irak yakni, penarikan diplomat akan segera diikuti oleh tindakan militer terhadap pasukan yang disalahkan Washington atas serangan.

Pemimpin populis Irak Muqtada al-Sadr, yang memimpin jutaan warga Irak, mengeluarkan pernyataan pekan lalu berisi permohonan agar kelompok-kelompok itu menghindari eskalasi yang akan mengubah Irak menjadi medan pertempuran.

Salah satu diplomat Barat mengatakan pemerintah AS tidak "ingin dibatasi dalam pilihan mereka" untuk melemahkan Iran atau milisi pro-Iran di Irak.

Awal bulan ini, militer AS mengatakan akan mengurangi kehadirannya di Irak menjadi 3.000 tentara dari 5.200 tentara.

Pentagon mengatakan pada Senin (28/9/2020), pihaknya berkomitmen untuk mendukung "keamanan, stabilitas, dan kemakmuran" jangka panjang Irak dan operasi militer AS terhadap kelompok bersenjata ISIL (ISIS) terus berlanjut.

Baca: Roket Serang Zona Hijau Baghdad, Serangan Ke-4 dalam Satu Minggu

Baca: Rentetan Roket Katyusha Serang Pangkalan Militer Dekat Baghdad, 3 Personel Koalisi Pimpinan AS Tewas

Resiko Perang

Lebih jauh, resiko perang semakin besar setelah Januari tahun ini, Washington membunuh Komandan Militer Tertinggi Iran, Qassem Soleimani.

Qassem Soleinmani tewas dalam serangan pesawat tak berawak di bandara Baghdad.  

Jenderal Qassem Soleimani
Jenderal Qassem Soleimani (TIME)

Kemudian, Iran menanggapi dengan rudal yang ditembakkan ke pangkalan AS di Irak.

Roket secara teratur terbang melintasi Tigris menuju kompleks diplomatik AS yang dijaga ketat, dibangun untuk menjadi kedutaan besar AS terbesar di dunia di apa yang disebut "Zona Hijau" Baghdad tengah selama pendudukan AS setelah invasi tahun 2003.

Dalam beberapa pekan terakhir, serangan roket di dekat kedutaan telah meningkat dan bom pinggir jalan menargetkan konvoi yang membawa peralatan ke koalisi militer pimpinan AS.

Baca: Peristiwa Langka, Kota Baghdad Iraq Diselimuti Salju untuk Kali Pertama dalam Sepuluh Tahun Terakhir

Baca: Kedutaan Besar Amerika di Baghdad Dihantam Roket

Gertakan

Lebih jauh, rakyat Irak mengaku prihatin akan pengaruh pemilihan presiden November pada pengambilan keputusan pemerintahan Trump.

Sementara Trump telah membual tentang sikap kerasnya terhadap Iran, dia juga telah lama berjanji untuk menarik pasukan AS dari keterlibatan di Timur Tengah.

AS telah menarik pasukannya yang dikirim untuk membantu mengalahkan pejuang ISIL di Irak dari 2014-2017.

Beberapa pejabat Irak menepis ancaman Pompeo untuk menarik diplomat sebagai gertakan yang dirancang untuk menakut-nakuti kelompok bersenjata agar menghentikan serangan.

Tetapi mereka mengatakan, itu bisa menjadi bumerang dengan memprovokasi milisi, jika mereka merasakan kesempatan untuk mendorong Washington mundur.

"Ancaman Amerika untuk menutup kedutaan mereka hanyalah taktik tekanan, tapi pedang bermata dua," kata Gati Rikabi, anggota komite keamanan parlemen Irak.

(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved