Korea Utara Tembak Mati dan Bakar Mayat Pejabat Korea Selatan, Sempat Dilaporkan Hilang
Pejabat Korea Selatan yang sempat dilaporkan hilang pada 21 September 2020 lalu dilaporkan tewas karena ditembak mati oleh pasukan Korea Utara.
Ayah dua anak berusia 47 tahun itu telah meninggalkan sepatunya di atas kapal.
Diyakini dia telah mencoba untuk membelot, sebuah langkah yang langka tetapi belum pernah terjadi sebelumnya.
Baca: Paranoid dengan Korsel, Kim Jong Un Kembalikan Kiriman Masker ke China, Curiga Diproduksi di Seoul
Seoul menambahkan, sebuah kapal patroli Korea Utara menemukan pria itu, yang mengenakan jaket pelampung, di laut sekitar pukul 15:30 waktu setempat pada hari Selasa.
Mereka mengenakan masker gas dan menanyainya dari kejauhan sebelum "perintah dari (seorang) otoritas yang lebih tinggi" masuk agar orang itu dibunuh.
Pejabat itu ditembak mati di dalam air.
Pasukan Korea Utara kemudian membakar mayat itu saat berada di laut, kata pejabat kementerian pertahanan Korea Selatan.
Baca: KBRI Imbau WNI di Seoul Patuhi Aturan Week of Standstill dari Pemerintah Korsel
Reaksi Moon Jae In
Presiden Moon Jae-in menyebut pembunuhan itu sebagai insiden "mengejutkan" yang tidak dapat ditoleransi.
Dia mendesak Korea Utara untuk mengambil tindakan "bertanggung jawab" atas serangan itu.

Dewan Keamanan Nasional negara itu mengatakan Korea Utara "tidak bisa membenarkan penembakan dan pembakaran mayat warga negara kami yang tidak bersenjata yang tidak menunjukkan tanda-tanda perlawanan".
"Tindakan militer ini melanggar peraturan internasional," kata Suh-Choo-suk, Sekretaris Jenderal Dewan Keamanan Nasional.
"Kami akan dengan tegas menanggapi setiap tindakan Korea Utara yang mengancam kehidupan dan keselamatan rakyat kami," tambahnya.
Baca: Kim Jong Un Kembalikan Ribuan Pasokan Masker dari China, Gara-gara Diproduksi Korea Selatan
Pada konferensi pers sebelumnya, Kementerian Pertahanan Korea Selatan mengatakan pihaknya "mengutuk keras tindakan brutal tersebut dan sangat mendesak Korea Utara untuk memberikan penjelasan dan menghukum mereka yang bertanggung jawab."
Para pejabat mengatakan mereka telah melakukan "analisis menyeluruh terhadap berbagai intelijen", tetapi tidak jelas bagaimana tepatnya mereka mengumpulkan informasi tersebut.
Hotline militer antara Utara dan Selatan terputus pada bulan Juni, dan kantor penghubung antar-Korea, yang dibangun untuk membantu kedua belah pihak berkomunikasi, dihancurkan oleh Korea Utara.