Selasa, 30 September 2025

Virus Corona

Potret Buram Perjalanan Internasional di Masa Pandemi: Sulit, Mahal, dan Serba Tidak Pasti

Pembatasan perjalanan dan penerbangan akibat pandemi Covid-19 telah mengubah tren di seluruh dunia.

combitrip.com
Ilustrasi pesawat yang lepas landas di pagi hari. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pembatasan perjalanan dan penerbangan akibat pandemi Covid-19 telah mengubah tren di seluruh dunia.

Beberapa orang bahkan terpaksa menyewa pesawat sendiri atau membayar berkali-kali lipat tiket reguler untuk kembali ke pekerjaan dan rumah mereka. 

Bloomberg, dalam artikelnya Jumat (7/8/2020) menyebut, memasuki pandemi bulan ke delapan, dorongan untuk normalisasi sudah mulai terlihat.

Baca: Pramugari Ungkap 19 Perilaku Penumpang Pesawat yang Tidak Disukai saat Penerbangan

Beberapa orang mulai mencoba melakukan perjalanan internasional lagi, baik untuk perjalanan bisnis ataupun untuk kembali ke tempat tinggal mereka. 

Namun, saat ini jumlah kasus infeksi Covid-19 saat ini tercatat sudah melebihi 18 juta dan terus meningkat.

Melihat fakta ini, maskapai penerbangan praktis enggan menambah jadwal penerbangan mereka. Apalagi, di beberapa negara sudah memberlakukan aturan perjalanan yang baru. 

Lumpuhnya penerbangan ini menjadi bukti betapa dalam dan langgeng kerusakan pandemi ini. Jumlah penerbangan internasional ke beberapa negara seperti Amerika Serikat (AS), Australia, dan Jepang telah turun lebih dari 80% dari periode tahun lalu.

Sementara penerbangan ke China sudah turun drastis lebih dari 94%, menurut Data Industri Penerangan Cirium. 

Baca: Pemerintah Bahas Penghapusan Rapid Test untuk Penumpang Pesawat

Walhasil, wisatawan pun harus kreatif hanya untuk naik pesawat.

Kelompok-kelompok wisatawan pun mulai bermunculan di Facebook dan WeChat yang telah terjebak ribuan mil dari pekerjaan, rumah, keluarga mereka. Banyak dari antara mereka tidak bisa mendapatkan tiket, dan terpaksa mencoba menyewa pesawat pribadi. 

Bahkan, beberapa agen perjalanan mengatakan mereka terpaksa harus menyuap maskapai penerbangan untuk menambah kursi.

Sementara itu, ada juga yang sudah menghabiskan uang untuk membeli tiket bisnis atau kelas satu, dan terpaksa ditolak karena kurangnya dokumentasi.

"Begitu banyak orang yang terpisah dengan keluarganya, sungguh memilukan," tutur seorang ibu di Shanghai yang mengelola grup WeChat dengan 1.650 anggota aktif.

"Bagian tersulit adalah tidak ada pedoman yang jelas dan tidak ada tanggal kepastian untuk akhir dari masalah ini," katanya. 

Lagi-lagi akibat pandemi, tren liburan musim panas sepertinya tak lagi menjadi angin segar bagi industri pariwisata.

Baca: Dalam 2 Bulan Terakhir, Sudah 4 Kali Tambahan Kasus Positif Covid-19 di Indonesia Tembus 2.000 Orang

Halaman
12
Sumber: Kontan
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan