Militer Korsel Tebar Ancaman, Korut akan Bayar Jika Tindakan Militernya Terus Meningkat
tindakan semacam itu akan menghancurkan semua hasil yang telah dicapai bersama selama lebih dari 20 tahun.
TRIBUNNEWS.COM, SEOUL - Militer Korea Selatan (Korsel) bereaksi keras setelah Korea Utara (Korut) menghancurkan kantor Penghubung Antar-Korea.
Aksi ini tentu saja secara tak terduga meningkatkan ketegangan antara kedua negara.
Dikutip dari laman Sputnik News, Rabu (17/6/2020), militer Korsel telah memperingatkan bahwa jika Korut mengambil tindakan militer terhadap Korsel, maka akan ada harga yang harus dibayar.
Pernyataan keras itu disampaikan menyusul ledakan yang terjadi di kantor Penghubung Antar-Korea di Kaesong.
Seperti yang disampaikan seorang senior militer kepada Kepala Staf Gabungan Republik Korea Selatan.
"Pasukan kami menyatakan keprihatinan mendalam saat mengetahui hari ini, Staf Umum Korut mempublikasikan berbagai rencana militer yang bertentangan dengan perjanjian intra-Korea, Deklarasi Panmunjom dan perjanjian militer 19 September 2018," ujar pejabat tersebut.
Baca: Korea Utara Tolak Tawaran Utusan Khusus dari Korea Selatan, Pilih Terjunkan Tentara ke Perbatasan
Menurutnya, tindakan semacam itu akan menghancurkan semua hasil yang telah dicapai bersama selama lebih dari 20 tahun.
Tidak hanya itu, aksi Korut ini juga akan menghancurkan upaya kedua negara dalam memperbaiki hubungan intra-Korea dan pelestarian perdamaian di Semenanjung Korea.
"Jika pihak Korut melanjutkan ke tindakan nyata, mereka pasti akan membayar dengan harga yang setimpal," tegas pejabat itu.
Ultimatum dari militer Korsel itu merupakan jawaban atas pengumuman yang dibuat oleh Korut bahwa mereka akan melanjutkan 'semua jenis latihan militer reguler' di sekitar Zona Demiliterisasi Korea (DMZ).
Korut juga menolak tawaran Korsel untuk menyelesaikan situasi ini melalui Undang-undang (UU) yang akan melarang praktik para aktivis.
Negara yang dipimpin Kim Jong Un itu sebelumnya telah meledakkan kantor penghubung bersama antar-Korea di kota perbatasan Kaesong pada 16 Juni kemarin.
Aksi ini dilakukan tiga hari setelah saudara perempuan Kim Jong-un, yakni Kim Yo-jong, mengancam akan menyingkirkan hal yang 'tidak berguna' jika Korsel gagal menghentikan pengiriman selebaran propaganda ke perbatasan kedua negara.
"Dengan menggunakan kekuatan saya yang disahkan oleh pemimpin tertinggi, partai kami dan negara bagian, saya memberikan instruksi kepada departemen yang bertanggung jawab terkait urusan dengan musuh, untuk secara tegas melakukan tindakan selanjutnya," kata Yo-jong dalam sebuah pernyataan.
Sementara itu, beberapa hari yang lalu, ia juga menyampaikan bahwa sudah waktunya untuk memutuskan hubungan dengan Korsel.