Virus Corona
Beijing Waspada Gelombang 2 Wabah Corona, Papan Pemotongan Ikan Salmon Diduga Jadi Sumber Virus
Ibu Kota China, Beijing, kini melakukan lockdown di sejumlah kawasan pemukiman pascaditemukannya klaster baru virus corona.
TRIBUNNEWS.COM - Ibu Kota China, Beijing, kini melakukan lockdown di sejumlah kawasan pemukiman pascaditemukannya klaster baru virus corona.
Selain itu pemerintah setempat memperbanyak pengujian Covid-19 untuk menahan laju virus ini.
Dikutip dari BBC, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan kota ini telah mengantongi lebih dari 100 kasus infeksi Covid-19 baru.
Padahal selama lebih dari tujuh minggu, Beijing hanya melaporkan infeksi impor atau orang dari luar negeri.
Kepala program kedaruratan WHO, Mike Ryan, mengatakan klaster baru selalu menjadi perhatian.
"Tapi apa yang kami lakukan adalah melihat tanggapan langsung terhadap hal itu dan serangkaian tindakan komprehensif," tambahnya.

Baca: Amerika Sebut China Berbohong soal Kemunculan Covid-19, Buktikan lewat Foto Satelit, WHO Kecolongan?
Baca: Buntut Kasus Baru Virus Corona di Beijing, 10 Kawasan Perumahan Dikunci
Gelombang wabah baru ini dikaitkan dengan pusat grosir terbesar di Beijing, Xinfadi.
Media lokal mengatakan virus itu ditemukan di papan potong yang digunakan untuk memotong salmon impor di dalam pasar.
Pascamuncul pemberitaan itu, banyak supermarket besar di Beijing mengeluarkan ikan-ikan yang dibeli dari pasar tersebut.
Manajer umum pasar dan beberapa pejabat lokal di sana diberhentikan.
Menyoal dugaan sumber virus, Ryan dan WHO sangat hati-hati mengomentari asal muasal wabah ini.
Dia mengatakan kabar tentang virus berasal dari papan pemotongan salmon dan kemasannya hanyalah hipotesis.
Para ahli kesehatan menilai kontaminasi silang sebagai penyebab yang lebih realistis terhadap kemunculan virus corona kembali.
Kepala ahli epidemiologi dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Tiongkok (CDC) mengatakan jenis virus yang ditemukan di Beijing tidak menyerupai jenis yang beredar di seluruh negara itu.
Atas pernyataan itu, WHO mendesak China agar berbagi urutan genetik dari jenis virus tersebut.