5 Hal yang Bisa Dipelajari dari Selandia Baru Saat Tangani Corona
Perdana Menteri Selandia Baru, Jacinda Ardern mengumumkan bahwa negaranya tak lagi memiliki kasus COVID-19. Jumlah kematian akibat…
Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern mengatakan dirinya sempat "melakukan tarian kecil" ketika menerima kabar bahwa pasien COVID-19 terakhir di Selandia Baru telah pulih.
Selandia Baru punya alasan yang bagus untuk merayakan keberhasilan ini. Negara itu menunjukkan salah satu respons paling efektif di dunia dalam menangani pandemi COVID-19.
Menurut Pusat Sumber Daya Virus Corona di Universitas Johns Hopkins, Selandia Baru tercatat memiliki 1.504 kasus COVID-19 dan angka kematian yang terbilang rendah yakni 22 kematian.
Sebagai perbandingan, Republik Irlandia, negara pulau lain dengan populasi yang sama, memiliki lebih dari 25.000 kasus Covid-19 dan 1.679 kematian.
Jadi, bagaimana Selandia Baru dapat membangun salah satu strategi paling efektif untuk mengalahkan COVID-19?
Lockdown dini dan ketat
"Kita harus bekerja keras dan kita harus melakukannya lebih awal," adalah pesan yang disampaikan Perdana Menteri Jacinda Ardern.
Pada 15 Maret lalu, ketika Selandia Baru mencatat memiliki 100 kasus yang dikonfirmasi positif COVID-19 dan belum ada kematian, negara itu dengan cepat menutup perbatasannya untuk pelancong asing. Selandia Baru juga mengharuskan orang yang pulang ke negara itu untuk menjalani karantina mandiri selama 14 hari.
Kemudian 10 hari setelahnya, Selandia Baru menerapkan penguncian (lockdown) secara penuh dan ketat, mengikuti standar internasional. Hanya toko kelontong, apotek, rumah sakit, dan pompa bensin yang diizinkan tetap buka. Sementara perjalanan kendaraan dibatasi, dan interaksi sosial hanya terbatas pada lingkup rumah tangga.
Pembatasan itu berlangsung lebih dari sebulan sebelum perlahan-lahan dilonggarkan lagi. Hingga berita ini diturunkan, semua pembatasan sosial dan ekonomi telah dicabut, dan hanya pembatasan perbatasan yang tetap diberlakukan.
Aturan lockdown sangat penting karena dapat "menekan penyebaran virus lebih awal dan memanfaatkan waktu berharga yang disia-siakan oleh negara lain," ujar Oksana Pyzik, rekan pengajar senior di Sekolah Farmasi University College London, kepada DW.
Aturan dikomunikasikan secara efektif
Sesaat sebelum lockdown ketat, pemerintah mengirim pesan teks darurat kepada penduduk, yang bertuliskan: "Ini adalah pesan untuk seluruh Selandia Baru. Kami bergantung pada Anda."
“Tempat Anda tinggal malam ini adalah tempat Anda harus tinggal mulai sekarang ... kemungkinan (tindakan terketat) akan tetap berlaku selama beberapa minggu."
Ketika situasi berkembang, Ardern paham dengan jelas pendekatan apa yang ingin diambilnya dalam pertarungan melawan COVID-19.
“Kita memiliki peluang untuk melakukan sesuatu yang belum dicapai negara lain: penghapusan virus," katanya kepada penduduk Selandia baru dalam sebuah briefing pada 16 April lalu.