Virus Corona
Boris Johnson Peringatkan Risiko Lonjakan Korban Jiwa Inggris Bila Lockdown Buru-buru Dilonggarkan
Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson menyerukan kepada warganya untuk bersiap dengan pandemi yang beresiko tinggi.
Jumlah ini termasuk 82 staf NHS dan 16 pekerja perawatan yang meninggal di rumah sakit Inggris.
Namun angka kematian di Inggris ini tidak mencakup jumlah di luar rumah sakit.
Jadi orang-orang yang meninggal karena corona di rumahnya sendiri atau panti jompo tidak terhitung.
Pemerintah berharap bisa mempertahankan jumlah kematian hingga 20.000 saja, namun tidak tahu nanti ke depannya.
Profesor Neil Ferguson, seorang ahli epidemiologi di Imperial College London yang merupakan penasihat berpengaruh bagi pemerintah, memperingatkan bahwa pelonggaran pembatasan terlalu tiba-tiba dapat mengakibatkan lebih dari 100.000 kematian tambahan dari gelombang kedua infeksi.
Sebuah penelitian yang diterbitkan bulan lalu oleh Dr. Ferguson dan rekan-rekannya di Imperial, yang memproyeksikan bahwa penyebaran virus yang tidak terkendali dapat membunuh sebanyak 510.000 orang di Inggris.
Kembalinya Boris Johnson Menyemangati Pemerintah
Sejumlah analis mengatakan, kembalinya Johnson ke pemerintahan akan menyuntikkan semangat kepada para jajarannya ini.
Prediksi ini merujuk pada performa pemerintahan Inggris secara keseluruhan yang lesu sepeninggal perdana menteri saat sakit.
Tapi itu tidak mengubah fakta bahwa Inggris telah bernasib sangat buruk selama pandemi, dengan jumlah kematian mendekati Spanyol dan Italia.
"Kembalinya dia adalah perangsang bagi pemerintah," kata Craig Oliver, mantan direktur politik dan komunikasi di Downing Street.
"Masalahnya adalah harapan bahwa dia bisa melambaikan tongkat sihir, dan semuanya akan beres," lanjutnya dikutip dari New York Times.
Baca: Menteri Kesehatan Inggris: PM Boris Johnson Dalam Kondisi Sangat Baik dan Benar-Benar Sembuh
Baca: Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson Keluar dari Ruang ICU dan Kini Fokus Pemulihan
Sementara itu, Senin lalu tanggapan Johnson pada pandemi ini terlihat berbeda dari sebelumnya.
Pada awal wabah, perdana menteri yang selalu riang ini lebih santai menanggapi dan cenderung acuh menurut pakar.
Namun Senin itu dia terlihat khawatir adanya risiko wabah baru dan kondisi ini akan berlangsung lama.
Bahkan dia mengandaikan virus corona seperti perampok, berdasarkan pengalaman pribadinya itu.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)